01 April 2022
12:23 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pelaku usaha perikanan, khususnya budi daya udang untuk peroleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) guna menggenjot ekspor udang. Apalagi, berdasarkan data BPS yang diolah Kementerian ini menunjukkan bahwa udang berkontribusi 38,98% dari total ekspor produk perikanan Indonesia tahun 2021 yang mencapai US$2,23 miliar
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti, Jumat (1/4) menyatakan, pihaknya terus menggenjot produksi udang nasional untuk meningkatkan ekspor. Kementerian Kelautan dan Perikanan membidik peningkatan nilai ekspor udang budi daya hingga dua kali lipat mencapai US$4 miliar pada 2024.
"Tahun ini juga ada tambahan subsidi bunga KUR sampai dengan bulan Desember 2022, sehingga bunga yang ditetapkan bagi penerima KUR adalah sebesar 3%," kata Artati.
Dia menjabarkan, nilai ekspor udang RI meningkat hingga 9,25% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$2,04 miliar.
Kini, pemerintah telah menetapkan plafon KUR nasional sebesar Rp373,17 triliun di tahun 2022. Dengan demikian, Artati menyatakan, ada peluang besar bagi sektor kelautan dan perikanan untuk perluasan pemanfaatan KUR. Dengan penetapanb bunga KUR yang kecil tersebut, dia mengajak masyarakat untuk menangkap peluang usaha dari komoditas udang salah satunya udang windu.
"Langkah peningkatan produksi, tak hanya mempersiapkan dari aspek teknis. Tetapi juga dari sisi pembiayaan terhadap budidaya udang hingga pengolahan dan pemasaran," katanya.
Sementara itu, Direktur Usaha dan Investasi Ditjen PDSPKP, Catur Sarwanto menyebut KKP bersama dengan Forum Udang Indonesia (FUI) akan terus bersinergi untuk mendorong pembentukan klaster pembiayaan untuk komoditas udang dan lainnya.
Salah satu caranya, menurut dia, adalah dengan menggandeng industri pengolahan ikan sebagai offtaker guna menjamin kepastian pasar bagi mitra pembudi daya udang maupun komoditas lainnya.

Kurangi Pengangguran
Usaha budi daya udang juga berkontribusi besar terhadap pengurangan angka pengangguran. Di Bangka, hal ini tercermin dari data.
Angka pengangguran di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada 2021 turun menjadi 4.732 orang dari tahun sebelumnya sebanyak 5.637 orang.
"Sejak 2017 angka pengangguran terus naik dan baru pada 2021, grafiknya mulai turun," kata Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTK) Kabupaten Bangka Tengah, Aisyah Sisylia di Koba, Kamis.
Dikutip dari Antara, Sisylia menjelaskan turunnya angka pengangguran karena beberapa faktor. Menggeliatnya industri budidaya udang vaname yang membutuhkan banyak tenaga kerja, dalah salah satunya.
"Memang ada tenaga ahli budi daya vaname didatangkan dari luar, tapi untuk pekerja biasa kebanyakan adalah masyarakat sekitar," katanya.
Di saat sama, beberapa sektor lainnya seperti pertanian dan perkebunan juga menunjukkan grafik yang cukup bagus, karena adanya aturan baru yang memberikan kemudahan bagi para investor untuk menanamkan modal di Bangka Tengah.
"Selain itu, turunnya angka pengangguran juga tidak terlepas dari tingginya harga pasir timah yang membuat banyak masyarakat beralih profesi menjadi penambang timah untuk mendapatkan penghasilan," katanya.
"Rata-rata pengangguran di daerah ini dengan kualifikasi pendidikan SMA dan S1 dan baru lulus kuliah atau pencari kerja aktif," imbuhnya.