c

Selamat

Rabu, 8 Mei 2024

EKONOMI

27 Maret 2023

17:55 WIB

Tragedi MT Kristin dan Plumpang; Buruknya Standar Keamanan Pertamina

Tragedi MT Kristin dan Depo Plumpang disebut menjadi bukti nyata buruknya standar keamanan Pertamina. Mereka harus mengaudit aset-aset strategis untuk mengetahui sejauh mana keamanan diterapkan.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Rheza Alfian

Tragedi MT Kristin dan Plumpang; Buruknya Standar Keamanan Pertamina
Tragedi MT Kristin dan Plumpang; Buruknya Standar Keamanan Pertamina
Kapal tanker MT Christian terbakar di perairan Pantai Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (26/3/2023). Ant ara Foto/Ahmad Subaidi

JAKARTA – Kabar tidak enak kembali datang dari laut lepas di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kapal MT Kristin pengangkut BBM Pertamina terbakar pada Minggu (26/3) sore waktu setempat.

Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyayangkan kejadian tersebut. Dia menilai harusnya kecelakaan itu tidak pernah terjadi karena kapal tanker pengangkut BBM merupakan aset strategis berisiko tinggi.

"Mestinya Pertamina punya sistem keamanan yang berstandar internasional sehingga kecelakaan itu tak pernah terjadi," ungkap Fahmy saat dihubungi Validnews dari Jakarta, Senin (27/3).

Meskipun hanya kapal sewaan, dia mengatakan PT Pertamina seyogianya melakukan seleksi lebih matang sebelum memilih kapal tersebut. Pasalnya, kejadian terbakarnya MT Kristin merupakan kecelakaan tunggal dan hal itu membuktikan Pertamina abai terhadap sistem keamanan aset-aset strategis mereka.

"Lain masalahnya kalau bertabrakan. Ini kan kecelakaan tunggal, sudah mendekati Depo lalu terbakar. Sekalipun (kapal) diasuransikan dan tidak mengganggu pasokan, tapi saya kira ini juga kelalaian yang mengakibatkan kerugian bagi Pertamina," kata dia.

Baca Juga: Profil Depo Pertamina Plumpang yang Terbakar, Pasok 20% BBM Nasional

Fahmy juga mengamini bahwa sistem health, safety, security, and environment (HSSE) PT Pertamina masih jauh dari standar internasional. Hal itu dikarenakan dalam standar internasional, sistem keamanan, khususnya di kilang dan depo, harus zero accident.

Dalam hal ini apabila terjadi percikan api atau kebakaran kecil, semestinya dapat dipadamkan secara bertahap agar tidak terjadi kebakaran yang lebih luas.

Tetapi jika aset strategis terbakar begitu saja, artinya tidak ada sistem pengamanan yang memadai untuk sebuah kapal tanker pengangkut BBM dan mengindikasikan hiporesa bahwa sistem keamanan di Pertamina sangatlah buruk.


Sejumlah warga menyaksikan Kapal tanker MT Christian yang terbakar di perairan Pantai Ampenan, Matar am, NTB, Minggu (26/3/2023). Antara Foto/Ahmad Subaidi 


Apalagi, terbakarnya MT Kristin pengangkut BBM Pertamina tak berselang lama dari insiden kebakaran TBBM Plumpang di Jakarta beberapa waktu lalu yang mengakibatkan puluhan korban jiwa. Untuk itu, dia berharap Pertamina sesegera mungkin membenahi sistem keamanan mereka agar kejadian serupa tak terulang lagi.

"Jadi terbakar tanpa sebab yang jelas, ini mengindikasikan sistem keamanan Pertamina sangat buruk," tuturnya.

Lebih lanjut, Fahmy menilai pembentukan direktorat baru yang berkaitan dengan HSSE Pertamina saat ini tidak begitu urgen. Setelah terbakarnya MT Kristin, Pertamina harus lebih cermat dalam mengamankan aset strategis yang berisiko tinggi.

Baca Juga: Menteri ESDM Buka Suara Soal Rencana Direktorat Baru Di Pertamina

Ketimbang membentuk direktorat baru, ia menyarankan Pertamina agar melakukan audit aset-aset strategis. Bila perlu, audit itu turut melibatkan lembaga tingkat internasional supaya terlihat jelas seberapa baik standar keamanan yang diterapkan di perusahaan pelat merah tersebut.

Sekalipun ada kepolisian yang menginvestigasi penyebab terbakarnya MT Kristin, Fahmy menyebut akan lebih valid apabila dilakukan audit secara reguler terhadap aset-aset Pertamina yang berisiko tinggi.

Dia meyakini bahwa selama ini tidak ada audit terhadap aset-aset tersebut. Apabila audit sudah dilakukan, insiden terbakarnya aset strategis semestinya bisa diminimalkan

"Tapi yang terjadi justru terbakar beruntun dari kilang ke depo lalu ke kapal tanker. Terlepas dari apa penyebabnya, tapi publik tahu itu aset milik Pertamina sehingga muncul pertanyaan kenapa mudah terbakar? Jawaban saya, sistem keamanan di Pertamina amat buruk," tandas Fahmy Radhi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar