29 Agustus 2024
15:26 WIB
Terjegal EUDR, Zulhas Tak Khawatir Ekspor CPO Ditolak Di Eropa
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan akui Indonesia tak perlu khawatir jika kebijakan EUDR terus berlaku, sehingga larangan ekspor kelapa sawit dan turunannya ke Eropa tetap berlanjut.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (29/8). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyampaikan Indonesia akan segera menyelesaikan perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) pada September 2024 ini, sebelum berganti pemerintahan Presiden Joko Widodo. Salah satu poin utama yang akan dikejar untuk rampung pada perundingan tersebut adalah sektor pertanian perihal Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Seperti diketahui, sejak disahkan pada 31 Mei 2023 lalu oleh Parlemen Uni Eropa, EUDR telah membuat pembatasan ekspor beberapa komoditas nasional ke negara Uni Eropa seperti ternak sapi, kakao, kopi, kelapa sawit, kedelai dan kayu, hingga produk-produk turunannya seperti kulit, coklat, dan furnitur. Pelarangan ini disinyalir dengan alasan adanya deforestasi di Indonesia.
Khusus komoditas kelapa sawit, meski telah dilarang ekspor ke Uni Eropa, Zulhas mengatakan Indonesia tak perlu khawatir. Sebab, nyatanya kebutuhan sawit untuk pemenuhan dalam negeri juga semakin tinggi, antara lain untuk pengembangan biodiesel dan avtur atau bahan bakar pesawat.
Baca Juga: Singgung Program Prabowo, Mendag Tak Takut Dengan Kebijakan Sawit Eropa
"Kita nggak usah khawatir, itu kan sebagian besar palm oil kita nanti kurang, karena kita akan bikin, Pak Prabowo akan bikin dari B20 sekarang B35, naik B40, naik B60, selesai. Jadi terima kasih kalau Barat itu nggak beli nantinya," ujar Zulhas saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (29/8).
Sementara untuk pengembangan avtur, saat ini diakui Zulhas akan ada investasi di dalam negeri untuk bahan bakar pesawat tersebut dari kelapa sawit atau CPO. Jika berhasil, maka CPO yang akan terserap di dalam negeri bertambah 3 juta ton.
"Kalau avtur itu bikin lagi, bisa 3 juta ton lagi kesedot tuh. Jadi justru kita sekarang akan perlu banyak dari CPO itu," tegas Zulhas.
Baca Juga: Dampak EUDR, GAPKI Kaji Pasar Sawit Luar Eropa
Lebih lanjut, Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Internasional Kemendag Bara Krishna Hasibuan mengungkapkan saat ini Indonesia juga mulai beralih dari orientasi ekspor CPO, akan menjadi orientasi pasar dalam negeri. Hal ini tentu untuk pengembangan biodiesel dan avtur.
Namun, Bara berujar untuk ekspor CPO akan tetap berlanjut, meski jumlahnya semakin dikurangi.
"Pasar luar negeri tetap akan ekspor karena tentu saja kebutuhan CPO di luar itu masih sangat besar. Jadi tidak akan dihentikan, tapi mungkin akan dikurangi karena prioritasnya untuk memenuhi di dalam negeri," tandas Bara.