c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

23 Juli 2025

10:16 WIB

Tarif Masuk AS ke RI 0%, Pemerintah: RI Tidak Khawatir

Pemerintah tidak khawatir membebaskan tarif 0% untuk barang AS yang akan masuk RI. Barang-barang asal AS ini tidak akan bersaing langsung, terutama jika produknya tidak diproduksi di dalam negeri.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p>Tarif Masuk AS ke RI 0%, Pemerintah: RI Tidak Khawatir</p>
<p>Tarif Masuk AS ke RI 0%, Pemerintah: RI Tidak Khawatir</p>

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam agenda UOB Media Editors Circle, Jakarta, Selasa (22/7). Dok Kemenko Ekonomi

JAKARTA - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, kesepakatan tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia sejatinya tidak terlalu mengkhawatirkan.

"Yang ingin kami garisbawahi dengan membuat trade deal dengan Amerika, sehingga tarif masuknya barang-barang Amerika 0%, saya kira tidak akan terlalu mengkhawatirkan," ujar Sesmenko Susiwijono dalam acara UOB Media Editors Circle, Jakarta, Selasa (22/7).

Baca Juga: Pemerintah Optimis Tarif 19% Bisa Kerek Pertumbuhan Ekonomi 5%

Penilaian tersebut, Susiwijono ungkap meski Indonesia dikenakan tarif 19% atas barang yang masuk ke pasar AS di saat bersamaan.

Menurutnya, barang AS yang dikenakan tarif 0% tidak akan bersaing dan memengaruhi barang domestik, terutama jika jenis produknya tidak diproduksi di dalam negeri. Dengan demikian, pemerintah meyakini antara produk AS dan Indonesia tidak akan berkompetisi secara langsung.

"Apalagi kalau produk-produknya memang sifatnya bukan produk-produk yang akan berkompetisi dengan produk yang kita produksi di dalam negeri,” imbuhnya.

Lebih lanjut, dengan keberhasilan Indonesia memperoleh tarif 19% atau lebih kompetitif daripada negara ASEAN dan negara kompetitor lainnya, Sesmenko menilai hal tersebut memberi keuntungan besar bagi ekspor nasional.

Baca Juga: Daya Saing Kalah, Tarif 19% AS Tidak Otomatis Untungkan RI

Tarif rendah tersebut juga memperkuat posisi Indonesia sebagai tujuan investasi karena dinilai lebih menarik untuk relokasi industri. Hal Ini membuka peluang baru bagi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

“Nah sisi positifnya, justru dengan kondisi global seperti ini walaupun ketidakpastiannya masih sangat tinggi, namun sebenarnya sebagian perkembangan yang ada justru menjadi opportunity untuk Indonesia. Menjadi kesempatan yang sangat baik terutama untuk mendukung investasi,” tambahnya.

Imbauan Pengusaha Nasional
Terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyambut baik proyeksi pemerintah atas berbagai dampak positif yang ditimbulkan sebagai hasil kesepakatan tarif 0% yang diberikan Indonesia untuk AS.

Namun berbeda dengan Susiwijono yang menyebut hal tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan, Shinta tetap mengimbau pemerintah untuk tetap menyiapkan strategi perlindungan industri dan produk dalam negeri yang nantinya akan dibanjiri produk AS.

Pengusaha juga meminta pemerintah untuk waspada kebanjiran produk AS di Indonesia. Sebagai bentuk antisipasi, Apindo meminta pemerintah untuk menyiapkan aturan anti-dumping dan safeguard untuk mengatasinya.

"Karena banjir produk ini juga bisa ada. Dengan tarif Trump yang tinggi (untuk Indonesia), jadi tentunya banyak hal-hal harus diperhatikan kondisinya. Belum lagi yang illegal-illegal import," imbuh Shinta usai peluncuran Taxpayers Charter di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Selasa (22/7).

Baca Juga: Imbas Tarif 19%, Apindo Minta Insentif Fiskal Untuk Sektor Padat Karya

Selain itu, Shinta juga skeptis pada hitungan pemerintah mengenai investasi fasilitas produksi sektor padat karya yang tidak akan menimbulkan masalah karena tidak akan berkompetisi langsung. Malahan, kondisi ini berpeluang mencaplok pasar domestik imbas dari kebijakan tarif yang sama.

Adapun Ketum Apindo ini mencontohkan, salah satu relokasi industri yang dimaksud dan sudah terlihat menyaingi produk domestik adalah sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang dilakukan China.

"Sekarang kalau kita lihat seperti TPT aja udah ada kan yang (relokasi) ke Indonesia. Padahal itu kan menjadi salah satu target karya Indonesia. Kita harus perhatikan hal-hal seperti itu," imbuhnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar