06 Agustus 2025
19:35 WIB
Tak Khawatir Rojali-Rohana, Ini Tanggapan Wamen Perdagangan dan Peritel
Kementerian Perdagangan menyatakan fenomena Rojali dan Rohana hanya perubahan pola berbelanja masyarakat yang beralih ke belanja online. Bagaimana tanggapan asosiasi peritel?
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri dan Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja dalam Konferensi Pers Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025 di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (6/8). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menyatakan, munculnya fenomena rojali sebagai akronim ‘rombongan jarang beli’ dan rohana atau ‘rombongan hanya nanya’ di pusat perbelanjaan saat ini, merupakan bentuk perubahan pola masyarakat dalam berbelanja. Ia justru menilai konsumsi masyarakat tetap tinggi, hanya saja beralih dengan belanja online.
"Rojali atau Rohana itu kan sebenarnya masyarakat diberi opsi, bisa berbelanja langsung di pusat perbelanjaan, mall, departemen store, supermarket, atau juga dengan opsi lain. Karena gaya hidup masyarakat baik Indonesia maupun dunia mulai berubah," ungkap Roro dalam Konferensi Pers Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025 di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (6/8).
Roro menjelaskan, saat ini masyarakat lebih memilih untuk berbelanja secara online daripada secara fisik atau langsung ke pusat belanja. Meski jumlah kedua rombongan tersebut makin banyak, namun dia meyakini konsumsi masyarakat masih tetap tinggi, karena beralih ke belanja secara online.
Baca Juga: Istana Jadikan Rohana-Rojali Sebagai Lecutan Benahi Ekonomi
"Dengan platform online, yang tadinya belanja secara fisik sekarang sudah berubah secara online. Tapi tetap mengonsumsi beberapa produk yang dijual baik itu di supermarket ataupun di mall. Apalagi dengan beberapa online platform, sekarang itu bisa sangat dilakukan," imbuhnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja juga menyebut bahwa fenomena rojali dan rohana bukan sesuatu yang baru terjadi di akhir-akhir ini. Rojali dan rohana, menurutnya, akan selalu ada di pusat perbelanjaan manapun.
Hal tersebut lantaran, pusat perbelanjaan saat ini telah beralih bukan sekadar tempat berbelanja, namun bertambah fungsi untuk edukasi, fungsi sosial, hingga fungsi hiburan.
"Jadi yang datang ke pusat belanja itu tidak melulu belanja. Ada fungsi-fungsi lain, makanya ada rojali tadi. Rojali itu bukan sesuatu yang baru, hanya saja memang intensitasnya kadang turun kadang naik, tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi," tutur Alphonzus.
Baca Juga: Menko Airlangga: Isu Rohana dan Rojali Sengaja Ditiup-tiup
Sementara untuk jumlah rojali dan rohana yang diperkirakan bertambah saat ini, Alphonzus menilai hal tersebut karena daya beli masyarakat yang melemah. Selain itu juga karena low season yang bertambah panjang. Pasalnya, di tahun 2025 ini, momen Ramadan Idulfitri yang biasa menjadi peak season atau musim ramai sudah berlalu dan terjadi di awal tahun. Sehingga low season tahun ini cenderung terasa lebih panjang.
"Jadi ada tambahan low season sekitar 2,5 bulan, yaitu April, Mei hingga pertengahan Juni. Pertengahan Juli kan sudah libur sekolah, kalau libur sekolah biasanya mulai meningkat lagi. Jadi itulah yang membuat rojali dan rohana ini bertambah," tutup Alphonzus.