c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 April 2021

08:00 WIB

Tahun Ini, Astra Berinvestasi di Halodoc dan Sayurbox

Grup Astra berinvestasi sekitar US$5 juta di Sayurbox dan sekitar US$35 juta di Halodoc, penanaman modal dilakukan Maret dan April

Tahun Ini, Astra Berinvestasi di Halodoc dan Sayurbox
Tahun Ini, Astra Berinvestasi di Halodoc dan Sayurbox
Ilustrasi aplikasi Halodoc, layanan kesehatan yang memberikan informasi dan layanan lengkap terkait kesehatan. Dok/Halodoc.com

JAKARTA - Grup Astra berinvestasi sekitar US$5 juta di Sayurbox dan sekitar US$35 juta di Halodoc, masing-masing pada bulan Maret dan April 2021. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari inisiatif strategis untuk mempercepat transformasi digital.

Sayurbox adalah e-commerce grocery farm-to-table platform and distributor of fresh goods. Sedangkan Halodoc, merupakan platform kesehatan berbasis online. Grup Astra merupakan investor utama pada funding rounds baru dari kedua startup asal Indonesia ini.

"Kenapa berinvestasi di Sayurbox dan Halodoc? Kita melihat bahwa dua startup ini yang mungkin baru muncul beberapa tahun belakangan memiliki satu visi, misi, dan komitmen yang baik dengan memanfaatkan teknologi," ujar Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro dalam konferensi pers virtual RUPST Astra di Jakarta, Kamis (22/4), dikutip dari Antara.

Menurut Djony, Astra melihat Halodoc merupakan platform layanan kesehatan dan memiliki salah satu misi untuk mengurangi ketimpangan layanan akses kesehatan di Indonesia. Dan satu business case yang sangat jelas serta memiliki tujuan yang baik.

Sedangkan Sayurbox, merupakan e-commerce bagi produk-produk segar atau fresh product dari petani, sehingga bisa sampai ke tangan pelanggan. Itu juga dinilainya sebagai salah satu business case yang baik.

Astra sudah serius melakukan berbagai hal, termasuk salah satunya digitalisasi sejak beberapa tahun terakhir. Digitalisasi di Astra bukan hanya investasi untuk mendapatkan pertumbuhan inorganik, tetapi juga modernisasi yang dilakukan untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan daripada Astra sendiri tetap relevan.

"Bagi Astra selain kita melakukan modernisasi di internal, secara organik kita juga ingin lebih agresif melihat peluang-peluang secara inorganik termasuk tentunya di startup-startup berbasis teknologi," kata Djony.

Laporan Keuangan

Sementara itu, berdasarkan laporan kuartal I-2021, emiten induk grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) melaporkan kinerja yang menurun. Meski tercatat turun, tanda pemulihan justru mulai terlihat.

Pendapatan bersih konsolidasian Grup sebesar Rp51,7 triliun, menurun 4% dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu sebesar Rp54 triliun. Laba bersih mencapai Rp3,72 triliun, juga tercatat turun 22% dibandingkan dengan kuartal I-2020 yang sebesar Rp4,81 triliun, disebabkan kontribusi yang lebih rendah dari hampir semua segmen bisnis.

Djony menuturkan, pendapatan dan laba bersih grup Astra pada kuartal I-2021 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mengingat tahun lalu pandemi baru mulai memengaruhi ekonomi Indonesia dan kinerja bisnis secara substansial pada bulan Maret 2020.

"Walaupun kinerja usaha Grup perlahan membaik pada beberapa bulan terakhir, prospek kinerja tahun ini masih dibayangi oleh ketidakpastian akibat dampak dari pandemi yang masih berlanjut,” jelas Djony, Rabu (21/4)

Di sisi lain, nilai aset bersih per saham pada 31 Maret 2021 sebesar Rp3,97 triliun, meningkat 3% dibandingkan posisi pada 31 Desember 2020 sebesar Rp3,84 triliun.

Kas bersih (tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup) mencapai Rp15,9 triliun pada 31 Maret 2021, dibandingkan Rp7,3 triliun pada akhir tahun 2020. Arus kas yang lebih tinggi pada kuartal I-2021 disebabkan oleh kinerja bisnis yang membaik, serta belanja modal dan modal kerja yang lebih rendah.

Jika volume bisnis terus membaik hingga akhir tahun, belanja modal dan modal kerja kemungkinan akan meningkat. Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup meningkat dari Rp39,2 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp40,3 triliun pada 31 Maret 2021.

Djony mengungkapkan, kontribusi yang meningkat hanya dari sektor alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang naik 3% menjadi Rp1,08 triliun dari Rp1,05 triliun. Serta, sektor properti yang naik 23% menjadi Rp49 miliar dibandingkan dengan Rp40 miliar.

Kontribusi laba bersih konsolidasian paling anjlok datang dari sektor agribisnis yang turun sebesar 56% menjadi Rp129 miliar dari tahun sebelumnya Rp296 miliar. Kemudian, sektor teknologi informasi turun 50% menjadi Rp1 miliar dari Rp2 miliar, infrastruktur dan logistik turun 42% menjadi Rp42 miliar dari Rp73 miliar.

Sementara, laba bersih konsolidasian dari sektor jasa keuangan turun 30% menjadi Rp985 miliar dari kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp1,41 triliun. Diikuti sektor otomotif menurun 26% menjadi Rp1,43 triliun dibandingkan dengan Rp1,93 triliun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar