c

Selamat

Sabtu, 20 April 2024

EKONOMI

02 Juni 2021

18:44 WIB

Tahun 2021, 150 Gerai Ritel Modern Di Jakarta Tutup

Imbas pandemi, banyak perusahaan ritel yang harus menutup gerainya, karena pendapatan yang tidak sebanding dengan beban operasional

Editor: Faisal Rachman

Tahun 2021, 150 Gerai Ritel Modern Di Jakarta Tutup
Tahun 2021, 150 Gerai Ritel Modern Di Jakarta Tutup
Tertarik diskon besar, pembeli antre masuk ke gerai Giant yang akan ditutup di Sempu, Serang, Banten, Senin (31/5/2021). Antara Foto/Asep Fathulrahman

JAKARTA – Sebanyak 150 gerai ritel modern di DKI Jakarta tutup sepanjang 2021 akibat pandemi covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020. Kondisi ini tak terlepas dari kinerja penjualan dari ritel modern yang tak kunjung menunjukkan adanya pemulihan atau under performance selama 12 bulan terakhir.
 
"Kami mencatat di Jakarta saja totalnya dari Januari sampai April 2021 sekitar 120 sampai 150 toko yang tutup," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey seperti dikutip Antara, Rabu (6/2). 

Berdasarkan catatan Aprindo, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada tiga bulan terakhir menunjukkan kontraksi, yakni minus 18,1% pada Februari, minus 17,1% pada Maret dan minus 14,1% pada April 2021. Roy mengakui, saat ini sejatinya tren penjualan mulai meningkat meski tidak terlalu signifikan.

Peningkatan ini, menurutnya, tak terlepas dari kegiatan vaksinasi yang terus gencar dilakukan. Efeknya, masyarakat mendapatkan optimisme dalam beraktivitas.
 
Selain itu, frekuensi belanja di ritel modern meningkat, karena dipengaruhi oleh pemberian tunjangan hari raya (THR). Hal ini pada akhirnya mendorong konsumsi masyarakat untuk berbelanja.
 
Meski demikian, Aprindo menilai pemerintah belum menjadikan sektor ritel sebagai prioritas untuk mendapatkan insentif selama pandemi. Akibatnya, banyaknya perusahaan ritel yang harus menutup gerainya, karena pendapatan yang tidak sebanding dengan beban operasional yang harus dikeluarkan.
 
"Karena selama 12 bulan sudah under perform dan kita tidak dijadikan prioritas, akhirnya masalah likuiditas itu terjadi. Perusahaan mengambil kebijakan strategis untuk menutup gerai dan menggantikan gerai yang masih berproduksi," tuturnya. 

Dinamika Pasar
 Seperti ramai dikabarkan belakangan, beberapa gerai hypermart Giant sempat diserbu pembeli karena memberikan diskon yang cukup besar sebelum gerai tersebut ditutup. Perusahaan ritel multiformat PT Hero Supermarket Tbk (Hero Group) sebagai pemegang lisensi merk menyatakan, perusahaan akan fokus ke merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan Giant.

"Seperti bisnis mumpuni lainnya, kami terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah. Termasuk menurunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia; sebuah tren yang juga terlihat di pasar global," kata Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall lewat keterangannya di Jakarta, Selasa (25/5) kemarin.

 



Sejumlah konsumen memilih produk yang tersisa pada hari terakhir pengoperasian toko ritel Giant Ekstra di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (17/3/2021). ANTARA FOTO/Feny Selly

 


Patrik mengatakan, perusahaan tetap meyakini sektor peralatan rumah tangga, kesehatan, dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk kelas atas, memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi

"Dalam kurun waktu dua tahun, kami menargetkan akan menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA kami dibanding tahun 2020, serta membuka hingga 100 gerai Guardian baru hingga akhir tahun 2022," tambahnya.

Sebagai bagian dari fokus baru ini, Hero akan mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA, yang diharapkan dapat menambah aksesibilitas bagi pelanggan.

"Gerai Giant lainnya akan dengan berat hati ditutup pada akhir Juli 2021, walaupun negosiasi terkait potensi pengalihan kepemilikan sejumlah gerai Giant kepada pihak ketiga masih berlangsung," tuturnya. 

Selain itu, Hero Group juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket.

"Kami sangat berterima kasih kepada karyawan kami, pelanggan kami, serta mitra bisnis kami yang telah mendukung bisnis Giant selama ini. Kami akan memastikan, proses komunikasi dengan seluruh karyawan kami yang terdampak oleh perubahan ini akan berlangsung dengan penuh empati dan rasa hormat,"  ungkap Patrik.

Ia menambahkan perusahaan juga akan memastikan proses yang adil bagi seluruh mitra bisnis.

"Keputusan besar seperti ini tidaklah mudah, tetapi kami percaya keputusan ini perlu diambil untuk kepentingan jangka panjang PT Hero Supermarket Tbk. dan para karyawan kami yang berada di bawah naungan perusahaan," pungkas Patrik.


Produk UMKM
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan berharap, tutupnya salah satu ritel modern Giant, tidak merambat dan mempengaruhi sektor-sektor lainnya. Terutama yang berkaitan dengan penyaluran produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
 
“Sudah pasti berdampak negatif, mudah-mudahan tidak merambat ke sektor-sektor lainnya terutama untuk menyalurkan produk UMKM,” kata Oke.

Oke memaparkan, meski disayangkan pemerintah, penutupan beberapa gerai retail merupakan keputusan internal perushaan.

“Tentunya sangat disayangkan, karena di tengah pandemi salah satu upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga yang kontribusinya sangat signifikan, yakni kurang lebih 59 % dari Produk Domestik Bruto (PDB),” ucapnya.

Oke menambahkan, berbagai insentif sebenranya sudah disiapkan berupa stimulus ekonomi. Termasuk penyediaan pinjaman korporasi dengan bunga sangat bersaing dan upaya peningkatan daya beli masyarakat berupaya bantuan sosial dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah.
 
“Rupanya bagi beberapa perusahaan belum bisa membantu sehingga harus menutup sebagian gerainya karena pandemi yang berdampak multidimensi,” tukas Oke.
 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar