24 Maret 2025
21:00 WIB
Tabso Enak; Panganan Lokal Rasa Kekinian
Pandemi lagi-lagi secara tidak terduga memunculkan bisnis panganan baru dan viral. Tabso Enak lahir menjadi alternatif jajanan tahu bakso yang sedianya masih begitu-begitu saja.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Varian produk tahu bakso rawit Tabso Enak. Shopee/tabsoenak
JAKARTA - Siapa yang tidak mengenal tahu bakso? Ya, pasti hampir seluruh masyarakat di Indonesia sudah mengenal salah satu kuliner yang terkenal di banyak daerah ini. Semarang adalah salah satu kota tempat tahu bakso menjadi makanan yang disukai warganya.
Hidangan satu ini punya perpaduan unik antara kelembutan tahu dan kenyalnya bakso, menciptakan sensasi rasa yang menggunggah selera. Tak heran, tahu bakso kerap kali diburu wisatawan maupun warga lokal.
Terinspirasi dari tahu bakso Semarang, Ian Sri Mulyani bersama suaminya, Tanto Junio kompak memodifikasi jajanan satu ini dan memboyongnya ke Kota Bandung. Di tangan sepasang suami istri ini, tahu tak hanya diberi isian bakso seperti yang sudah-sudah, tapi juga hadir dengan aneka isian tambahan, seperti rawit hingga keju mozzarella.
Ian juga mengaku tidak memakai adonan bakso antara campuran sapi dan ayam, melainkan menggunakan 100% daging sapi segar lokal.
"Kalau kelebihannya kita tuh dari daging sapi sih keunggulannya, karena kebanyakan orang tuh (tahu bakso) kayak campuran daging sapi sama daging ayam, kalau kita tuh benar-benar full daging sapi," kata Ian setengah berpromosi kepada Validnews, Jakarta, Rabu (19/3).
Perempuan berusia 32 tahun ini juga menjamin tahu baksonya yang diberi merek 'Tabso Enak' tidak menggunakan pengawet dan micin, sehingga aman dilahap konsumen muda maupun tua. Demi memikat konsumen, produknya pun sudah mengantongi sertifikat halal MUI.
Umumnya, produk tahu bakso Tabso Enak buatan Ian dan Tanto dapat bertahan selama dua hari di suhu ruang dan satu bulan dalam kondisi beku. Sehingga, praktis dan dapat dinikmati kapan saja.
Modal Bertahan Hidup
Ian bercerita, awal mula merintis usaha adalah untuk menyambung hidup pada 2020. Kala itu, sebagaimana orang tahu, pandemi covid-19 yang menerpa tanah air sukses meluluhlantahkan berbagai sektor industri. Imbasnya, banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan hingga berakhir terkena PHK. Salah satu korbannya adalah sang suami, Tanto yang bekerja sebagai pegawai keuangan di proyek salah satu perusahaan kontraktor BUMN.
Belakangan juga diketahui, sebelum fokus berbisnis Tabso Enak, Tanto juga sempat menduduki posisi HRD di bidang usaha properti.
Ya, sama dengan banyak pekerja yang terimbas pandemi, Tanto sulit mencari kerja di zaman pagebluk. Tantangan ekonomi bertambah manakala keduanya dianugerahi seorang bayi yang memerlukan banyak kebutuhan. Ian sendiri sudah berhenti kerja alias resign setelah menikah pada 2019.
Tak mau menyerah pada keadaan, keduanya lantas memutar otak, dan mulai memutuskan buka usaha kecil-kecilan. Pilihan pertama jatuh berbisnis keripik bayam. Sayangnya, usaha ini tak bertahan lama. Sampailah pada suatu ketika, ide usaha terlintas pada tahu bakso Semarang yang pernah diberikan teman suami.
Berangkat dari situ, keduanya yang mengaku pecinta tahu bakso mulai mengeksekusi dan membuat tahu bakso versi sendiri pada Januari 2021.
"Kan memang harusnya Semarang, ya tahu bakso. Terus kita berpikir, di Bandung belum ada nih tahu bakso, yaudah kita bikin tahu bakso aja," ungkapnya.
Ian menyampaikan modal awal merintis Tabso Enak tidak besar, yakni Rp300 ribu. Uang itu pun didapat dari sisa uang dari menjual perhiasan. Dananya serba pas, Rp200 ribu dibelanjakan daging sapi untuk isian tahu bakso dan sisa Rp100 ribu digunakan untuk membeli alat vakum di marketplace. Sedangkan alat-alat untuk membuat tahu bakso, menggunakan peralatan masak yang tersedia di rumah orang tua.
Keduanya lalu menjelajah internet mencari resep dan video tutorial cara membuat tahu bakso. Voila, jadilah tahu bakso versi Ian dan Tanto.
Setelah jadi, Ian mulai mengenalkan produknya melalui foto-foto yang diunggah di status WhatsApp. Dari titik ini, gayung bersambut. Teman hingga kerabat dekat mulai membeli dagangannya. Ian pun bersyukur, meski tanpa uji coba banyak karena keterbatasan modal, pesanan demi pesanan perlahan mulai masuk.
Tak hanya mengandalkan WA, dia juga memanfaatkan akun Instagram @tabsoenak dan marketplace seperti Shopee dan Tokopedia untuk menjajakan dagangan. Permintaan pun terus meningkat. Hingga sebulan berselang, keduanya sudah bisa balik modal.
"Tapi memang, kita tuh waktu itu ngejual tidak menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP). Kita tuh cuma berpikir bagaimana caranya bisa bertahan hidup, jadi gapapalah ngejual murah," kenangnya.
Bahkan, Ian pun menyambut baik teman saudaranya yang tertarik untuk menjual kembali alias jadi reseller Tabso Enak.
Pelopor Tahu Bakso Variatif
Ian menyampaikan, permintaan produk Tabso Enak terus naik, namun belum bisa melonjak tajam. Diakuinya, orang-orang Bandung belum terlalu akrab dengan penganan tahu bakso original.
"Sampai akhirnya (penjualan) naik, tapi ya naik biasa aja gitu. Karena pada saat itu kan di Bandung, orang-orang kayak enggak banyak yang tahu tahu bakso. Kayak susah banget mengenalkan si produk tahu bakso itu," katanya.
Melihat hal itu, Ian mulai berpikir keras dan berani berinovasi menciptakan rasa baru agar bisa menggaet lebih banyak konsumen. Dari sana, lahirlah tahu bakso dengan varian rasa rawit, udang, hingga keju mozzarella. Alhasil, Tabso Enak menjadi pelopor tahu bakso varian viral di Indonesia. Upaya inovasi juga dipicu dari ketiadaan rasa tahu bakso lain di pasaran waktu Tabso Enak merintis di 2021. Di sisi lain, produk tahu bakso asal Semarang hanya menawarkan rasa original dengan tahu putih.
"Tapi kalau di Tabso Enak, tahunya kayak tahu Sumedang karena pingin cari ciri khas di Bandung. Terus searching-searching sih enggak ada saat itu kayak gitu (tahu bakso variatif), adanya yang (rasa) original-original," ungkapnya.
Tak hanya menawarkan varian rasa, wanita lulusan S1 Sastra Indonesia Universitas Padjajaran (Unpad) dan lelaki lulusan S1 Manajemen SDM Universitas Widyatama ini juga mulai membuat tahu bakso walik daging sapi, varian tahu bakso yang bisa digoreng.
"Tahu walik kalau di Bandung kan dari aci ya, kalau kita dari daging sapi. Jadi ya gitu sih lebih ke arah sana, gimana caranya biar orang tuh enggak bosan beli lagi, meski dari orang yang sama," jelasnya.
Sejak Tabso Enak menciptakan rasa baru, permintaan terus mengalami kenaikan. Tak ingin berpuas diri, Ian tetap memaksimalkan resep yang dipunya, salah satunya adalah tahu bakso varian mozzarella. Dari semula hanya sedikit isian mozzarella-nya, kini tahu bakso varian ini sudah semakin lumer dan menjadi andalan konsumen.
"Antusias dari yang mozzarella, tapi waktu itu tuh kita masih labil mozzarella-nya sih. Kalau sekarang kayak udah lumer banget gitu, kalau dulu tuh kayak sedikit aja gitu," imbuhnya.

Mulai Viral
Usai pandemi covid-19 berakhir, Tabso Enak mulai mengikuti kurasi Festival Kuliner Kota Bandung 2023 'All About Tahu' dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung untuk berjualan di Union Square, Cihampelas Walk Bandung.
Hasil setelah buka stand di sana, Tabso Enak menempati peringkat kedua dengan kategori penjualan terbaik. Capaian ini mengantarkan Tabso Enak mendapat konsumen lebih banyak.
Tak sampai di situ, Ian dan Tanto mulai melebarkan sayap bisnis panganan ini di 2024. Mereka mulai menggandeng influencer. Sesuai ekspektasi, Tabso Enak menjadi viral di media sosial.
Berkat viral itu, makin menggugah rasa penasaran infuencer lain untuk turut membeli, mencoba, dan me-review tahu bakso bikinan Tabso Enak. "Kalau viral kan biasanya mungkin beberapa hari, tapi alhamdulillahnya tuh kayak rezeki buat kita. Banyak influencer orang Jakarta, mereka tuh beli dan review juga gitu. Jadi makin banyak. Jadi kayak di TikTok jadi makin viral pada saat itu," kenang Ian.
Setelah viral, banyak pihak yang mulai meniru tahu bakso ala Tabso Enak. Kendati demikian, dia tidak khawatir dan tidak ambil pusing karena yakin dengan produk jualannya.
Selain mozarella, Tabso Enak menawarkan 12 varian rasa yang kesemuanya telah mendapat sertifikat Halal MUI. Diantaranya adalah tahu bakso jamur dan tahu bakso telur puyuh. Saat ini dirinya hanya fokus menjual varian rasa yang laris saja di kalangan masyarakat.
Tabso Enak pun dibanderol dengan harga relatif terjangkau, yakni mulai dari Rp5.000 per biji untuk varian original dan rawit, hingga Rp8.000 per biji untuk varian mozzarella.
Hari ini, Ian tak lagi hanya berdua dengan sang suami mengurusi bisnis Tabso Enak. Dirinya kini telah dibantu dengan dua karyawan, yang terdiri dari satu karyawan di bagian admin dan satu karyawan di bagian packing. Dengan memanfaatkan pemasaran secara online dan offline, rata-rata tahu bakso yang bisa dibuat dan dijual Tabso Enak berkisar 1.000 hingga 2.500 biji per hari.
Bahkan, jumlahnya bisa melonjak 2-3 kali lipat dari kondisi normal, jika ada momen tertentu seperti menjelang puasa dan Hari Raya Idulfitri karena permintaan hampers. Begitu pula saat ada bazar bisa memproduksi 5.000 biji tahu bakso dalam sehari.
Walhasil, rata-rata omzet yang bisa dihasilkan Ian dan Tanto dapat menembus tiga digit per bulan. Paling jauh, produk Tabso Enak sudah sampai lidah orang Medan, Sumatera Utara.
"Kemarin sudah ada puluhan hampers yang masuk, belum sampai ratusan hampers. Tapi satu orang saja bisa pesan 23 (paket hampers)," ujarnya.
Tantangan Edukasi dan Izin Usaha
Meski Tabso Enak kini telah menuai sukses, namun Ian mengakui jalannya cukup terjal untuk dapat sampai di tahap ini. Salah satunya, soal edukasi masyarakat Bandung mengenai tahu bakso, yang notabene lebih dikenal di Semarang. Selain itu, menemukan resep yang pas di lidah masyarakat juga menjadi tantangan berikutnya. Untuk menyiasati hal ini, Ian rutin mengikuti seminar dan bimbingan UMKM.
"Jadi kita kalau jualan itu enggak hanya jualan, kita juga harus punya setidaknya ilmu yang bisa kita kolaborasikan dengan jualan. Ketika sudah belajar, kita lebih mengerti pasar dan tahu target market-nya," terangnya.
Meski telah mendapat sertifikat Halal MUI, Ian juga sempat kesulitan untuk mendapat izin BPOM dan izin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Hal itu lantaran produksi Tabso Enak yang berlokasi di Cigadung masih di rumah, sedangkan untuk bisa mendapat izin BPOM harus terpisah. Untuk itu, Ian kini tengah mencari tempat untuk bisa memproduksi Tabso Enak dan bisa segera mendapat izin BPOM. Sedangkan untuk izin edar PIRT, Tabso Enak terkendala karena produknya hanya dapat bertahan selama dua hari di suhu ruang. Sedangkan untuk mendapat izin edar PIRT, syaratnya produk harus tahan tujuh hari.
Meski tidak terimbas pandemi karena lahir di antaranya, namun Tabso Enak juga bukan berarti terus-terusan bertumbuh karena mengalami penurunan saat covid-19 berakhir.
Mau tidak mau, Tanto sempat kembali bekerja kantoran untuk menambah penghasilan keluarga. Setelah usaha kembali ramai, dia kembali fokus pada Tabso Enak.
"Setiap manusia ya pasti ada pingin nyerah-nya, tapi setiap kita mau nyerah, terus saya sholat istikharah, sama Allah tuh dikasih kayak petunjuk lagi, dalam artian tiba-tiba (usaha) rame lagi," tuturnya.
Tanto mengaku, banyak orang yang menyatakan tertarik menjadi reseller Tabso Enak. Akan tetapi, Ian belum bersedia karena pertimbangan satu dan lain hal yang ada di benaknya.
"Kan ini produknya kalau dibilang tuh rawan banget. Jadi masih banyak ketakutan-ketakutan. Banyak sih yang nanyain reseller atau kemitraan, tapi masih belum deh, pingin besarkan dulu nama kita, pingin punya tempat dulu," bebernya.
Mimpi bisnis Tabso Enak masih panjang ke depan. Keduanya ingin membuka tempat offline dan bisa berkolaborasi dengan tempat lainnya. Sehingga, pangsa pasar yang dijangkau bisa semakin luas.