c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

31 Oktober 2025

12:15 WIB

'Swasembada' Kemasan Susu Ikut Menentukan Kesuksesan MBG RI

Kemandirian industri kemasan nasional menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan Program Susu Gratis serta Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintahan Prabowo.

<p>&#39;Swasembada&#39; Kemasan Susu Ikut Menentukan Kesuksesan MBG RI</p>
<p>&#39;Swasembada&#39; Kemasan Susu Ikut Menentukan Kesuksesan MBG RI</p>

Executive Director of IPF Henky Wibawa, Deputi Kemenko Perekonomian Ali Murtopo, dan Country Sales Manager LamiPak Jusuf Hisjam dalam 'Strategy Outlook for a Sustainable Aseptic Packaging Manufacture', Serang, Kamis (30/10). Antara/Devi Nindy

SERANG - Pemerintah menegaskan, kemandirian industri kemasan nasional menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan Program Susu Gratis serta Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Deputi Bidang Perniagaan dan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Ali Murtopo mengatakan, penguatan sektor ini penting untuk memastikan keberlanjutan rantai pasok produk bergizi dan mendorong tumbuhnya industri pendukung di dalam negeri.

“Kalau bicara MBG, ini bukan sekadar bagi susu, tapi memastikan sistemnya siap, dari peternak, produsen, hingga kemasannya. Karena kemasan adalah ujung yang menentukan kualitas dan distribusi,” ujar Ali Murtopo melansir Antara, Jakarta, Jumat (31/10).

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Konsumsi Susu Per Kapita Naik Jadi 20,1 Kg/Tahun

Ali menjelaskan, selama ini sebagian besar kemasan susu di Indonesia masih bergantung pada impor. Dengan berdirinya industri kemasan aseptik lokal seperti LamiPak Indonesia, pemerintah melihat peluang besar untuk memperkuat kemandirian nasional.

“Awalnya kita pikir kemasan susu untuk MBG cukup diimpor, tapi ternyata tidak ada produsen lokalnya. LamiPak jadi yang pertama berani investasi besar di sektor ini,” katanya.

Ia menambahkan kemampuan LamiPak memproduksi hingga 21 miliar kemasan per tahun akan menjadi tulang punggung logistik bagi pelaksanaan program gizi nasional.

Dulu 100% kemasan minuman kita impor. Sekarang sudah bisa diproduksi di dalam negeri dan bahkan siap ekspor ke Tiongkok,” ujar Ali.

Industri Pengemasan Strategis Dukung MBG
Sementara itu, Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) Epi Taufik menilai, dukungan industri pengemasan sangat strategis dalam menjamin keberhasilan Program MBG.

Ia menegaskan aspek distribusi dan daya tahan produk menjadi perhatian utama pemerintah agar susu yang dibagikan tetap aman dan bergizi hingga ke daerah terpencil.

“Program MBG ini tidak hanya bicara soal gizi, tapi juga tentang efisiensi logistik dan ketahanan pangan. Kalau distribusinya tidak terjamin, maka intervensi gizinya tidak akan optimal,” ujar Epi.

Baca Juga: BGN Ungkap Alasan Food Tray MBG Masih Impor

Menurut dia, kemasan aseptik berperan penting karena dapat menjaga mutu produk hingga satu tahun tanpa pendinginan, berbeda dengan kemasan konvensional yang hanya bertahan 2-3 pekan.

“Kita ini negara kepulauan. Dengan kemasan aseptik, susu bisa sampai ke pelosok tanpa tergantung kulkas. Ini solusi yang konkret untuk pemerataan gizi,” katanya.

Managing Director LamiPak Indonesia, Anton Hui, menyatakan pihaknya siap mendukung penuh pelaksanaan program pemerintah dengan menyediakan kemasan aman, berkualitas, dan ramah lingkungan.

“Sebagai salah satu pelaku utama di industri kemasan aseptik, kami berkomitmen mendukung Program Makan Bergizi Gratis dengan menyediakan kemasan lokal yang memenuhi standar keamanan dan keberlanjutan,” ujarnya.

Baca Juga: Membumikan Susu Ikan Lewat Program Makan Siang

Anton menambahkan, inovasi kemasan berperan bukan hanya dalam menjaga mutu, tetapi juga dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

“Kami percaya inovasi kemasan berperan penting tidak hanya menjaga keamanan dan keberlanjutan produk, tapi juga mendorong peningkatan gizi dan ketahanan pangan nasional,” katanya.

Rerata Konsumsi Susu RI
Data LamiPak Indonesia menunjukkan, rata-rata konsumsi susu di Indonesia baru mencapai 16,3 kilogram per kapita per tahun, jauh di bawah Thailand, Malaysia dan Vietnam yang memiliki konsumsi 50-100% lebih tinggi.

Dengan pelaksanaan Program MBG, kebutuhan susu nasional diperkirakan meningkat dari 4,4 juta ton menjadi 5,5 juta ton pada 2030, dan bisa mencapai 8,9 juta ton jika program berjalan penuh.

Baca Juga: Pakar Ungkap Risiko Menu MBG Diganti Camilan Kemasan

Untuk menopang kebutuhan tersebut, LamiPak telah beroperasi sejak April 2024 dengan kapasitas awal 12 miliar kemasan per tahun, dan meningkat menjadi 21 miliar kemasan per Agustus 2025. Investasi senilai Rp3 triliun ini menandai tonggak penting menuju kemandirian industri kemasan nasional serta memperkuat rantai pasok domestik.

“Melalui investasi dan inovasi berkelanjutan, kami ingin menciptakan nilai keberlanjutan bagi bangsa, memperkuat kemandirian industri, dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih sehat dan sadar gizi,” tegas Anton.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar