22 April 2025
11:09 WIB
Surplus Neraca Perdagangan Naik, BI: Topang Ketahanan Perekonomian
Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Sejumlah truk trailer menunggu muatan peti kemas di lapangan penumpukan peti kemas (container yard) PT Terminal Petikemas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (18/3/2025). AntaraFoto/Didik Suhartono
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 mencatat surplus sebesar US$4,33 miliar.
Angka ini meningkat 38,78% atau US$1,23 miliar dibandingkan dengan surplus pada Februari 2025 yang sebesar US$3,12 miliar.
Dengan demikian, surplus yang terjadi pada Maret 2025 menjadi surplus yang ke-59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain.
Baca Juga: BPS: Surplus Neraca Perdagangan RI Maret 2025 Naik Jadi US$4,33 M
"Hal itu guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny dalam keterangan resmi, Senin (21/4).
Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan yang lebih tinggi terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat.
Neraca perdagangan nonmigas pada Maret 2025 mencatat surplus sebesar US$6 miliar, seiring dengan ekspor nonmigas yang meningkat menjadi sebesar US$21,80 miliar.
Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut didukung oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti bijih logam, terak, dan abu, serta nikel dan barang daripadanya.
Baca Juga: Apa itu Neraca Perdagangan?
Selain itu, juga didukung oleh ekspor produk manufaktur, seperti besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat (AS), dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia.
Defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun menjadi sebesar US$1,67 miliar pada Maret 2025.
"Hal itu sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan ekspor migas," pungkas Ramdan.