c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

02 Juni 2025

17:03 WIB

Surplus 60 Bulan, Neraca Dagang Indonesia Ditopang Surplus Dari AS

BPS melaporkan neraca dagang Indonesia per April 2025 masih surplus, dengan dominasi surplus terbesar dari AS. Komoditas mesin, alas kaki, dan pakaian paling banyak menyumbang surplus.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Surplus 60 Bulan, Neraca Dagang Indonesia Ditopang Surplus Dari AS</p>
<p id="isPasted">Surplus 60 Bulan, Neraca Dagang Indonesia Ditopang Surplus Dari AS</p>

Foto udara aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Kendari New Port, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (9/4/2025). Antara Foto/Andry Denisah

JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini melaporkan, neraca perdagangan barang Indonesia April 2025 mencatat surplus sebesar US$0,16 miliar. Artinya, surplus telah terjadi selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus ini didorong oleh surplus ekspor sektor nonmigas.

“Surplus pada April 2025 ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar US$1,51 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral atau HS 27,” ungkap Pudji dalam Rilis BPS 'Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia April 2025', Jakarta, Senin (2/6).

Baca Juga: Industri Pengolahan Dominan, Nonmigas Dongkrak Ekspor RI April 2025

Selain komoditas tersebut, Pudji juga menuturkan bahwa ekspor nonmigas didorong oleh ekspor komoditas lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).

Berbanding terbalik dengan surplus di sektor ekspor nonmigas, neraca perdagangan komoditas migas justru tercatat defisit senilai US$1,35 miliar. Defisit migas utamanya didorong oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah.

Negara Penyumbang Surplus dan Defisit Migas-Nonmigas Terbesar
Secara kumulatif, Pudji menyampaikan, terjadi surplus neraca dagang sebesar US$11,07 miliar sepanjang Januari-April 2025. Lagi-lagi, surplus ini masih didominasi dari surplus ekspor nonmigas Indonesia yang totalnya senilai US$17,26 miliar. Sementara komoditas migas masih mengalami defisit sebesar US$6,19 miliar.

Lebih lanjut, Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar ekspor sektor nonmigas maupun migas kumulatif sebesar US$5,44 miliar, diikuti India sebesar US$3,98 miliar, dan Filipina sebesar US$2,92 miliar.

“Sementara negara penyumbang defisit terbesar... yang pertama Tiongkok yang minus US$6,28 miliar, kedua ada Singapura yaitu sebesar US$2,41 miliar, dan ketiga adalah Australia minus sebesar US$1,75 miliar,” imbuhnya.

Baca Juga: BPS Beberkan Riwayat Ekspor RI ke AS 10 Tahun Terakhir

Khusus sektor nonmigas, Pudji menyampaikan, tiga negara terbesar penyumbang surplus adalah AS senilai US$6,42 miliar, India sebesar US$4,00 miliar, dan Filipina sebesar US$2,92 miliar.

Sedangkan tiga negara yang menyumbang defisit terbesar pada neraca nonmigas adalah China yang memberikan minus senilai US$6,90 miliar, kedua Australia minus sebesar US$1,57 miliar, dan Hongkong minus sebesar US$0,49 miliar.

Jika dilihat dari komoditasnya, sepanjang Januari-April 2025, komoditas yang menyumbang surplus di antaranya lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) senilai US$9,85 miliar, lalu ada bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$9,16 miliar, komoditas besi dan baja (HS 72) senilai US$5,54 miliar.

Kemudian, komoditas nikel dan barang daripadanya (HS 75) senilai US$2,59 miliar, dan komoditas alas kaki (HS 74) senilai US$2,05 juta.

Adapun komoditas penyumbang defisit, utamanya berasal dari mesin dan peralatan mekanis (HS 84) minus US$8,42 miliar, komoditas mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) minus senilai US$3,56 miliar, komoditas plastik dan barang dari plastik (HS 39) yang defisit senilai US$2,50 miliar. 

Baca Juga: Sentuh US$87,36 M, Ekspor Indonesia Januari-April 2025 Naik 6,65% Dari Tahun Lalu

Selanjutnya, ada komoditas serealia (HS 10) yang defisit senilai US$1,19 miliar, dan komoditas instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis (HS 90) yang defisit sebesar US$0,95 miliar.

Negara Terbesar Penyumbang Surplus dan Defisit Januari-April 2025
Pudji melanjutkan, dari sekian negara yang bermitra dagang dengan Indonesia, AS menduduki peringkat pertama penyumbang surplus neraca dagang nonmigas Indonesia, dengan komoditas yang diperdagangkan adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) senilai US$1.250 juta. 

Komoditas tertinggi berikutnya adalah alas kaki (HS84) senilai US$838,4 juta, dan pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) senilai US$801,4 juta.

Kedua, India dengan komoditas yang diperdagangkan antara lain bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$2.032,4 juta, lalu lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) senilai US$805,0 juta, dan besi dan baja (HS 72) senilai US$398,4.

Ketiga, Filipina menduduki penyumbang surplus tertinggi dengan komoditas terbanyak yang diperdagangkan antara lain kendaraan dan bagiannya (HS 87) senilai US$904,2 juta, bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$751,3 jut, dan lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) senilai US$326,2 juta.

Baca Juga: Indef: Hadapi Perang Dagang, RI Perlu Diversifikasi Pasar Ekspor Halal

Di sisi lain, negara penyumbang defisit terbesar adalah China meliputi komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) senilai US$5,72 miliar, komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$5,20 miliar, dan komoditas kendaraan dan bagiannya (HS 87) senilai US$1,38 miliar.

Kemudian negara penyumbang defisit kedua adalah Australia dengan komoditas yang diperdagangkan terdiri dari bahan bakar mineral (HS 27) US$441,2 juta, serealia (HS 10) defisit senilai US$435,1 juta, dan logam mulia dan perhiasan/permata (HS71) defisit senilai US$329,8 juta.

Ketiga, Hongkong dengan komoditas yang dijualbelikan yakni logam mulia dan perhiasan/permata (HS71) senilai US$329,4 juta, kain rajutan (HS60) US$56,8 juta, dan komoditas instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis (HS90) senilai US$49,3 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar