c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

28 Mei 2024

13:03 WIB

Sri Mulyani: Track Record Baik, Investasi Portofolio RI Tetap Menarik

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, track record fiskal Indonesia yang baik menciptakan konfidens kepada pelaku pasar portofolio di dalam negeri.

Penulis: Khairul Kahfi

<p>Sri Mulyani: <i id="isPasted">Track Record</i> Baik, Investasi Portofolio RI Tetap Menarik</p>
<p>Sri Mulyani: <i id="isPasted">Track Record</i> Baik, Investasi Portofolio RI Tetap Menarik</p>

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2024, Jakarta, Senin (27/5). Dok. Kemenkeu

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, track record fiskal Indonesia yang baik menciptakan confidence kepada pelaku pasar portofolio di dalam negeri. Hal ini terlihat jelas dalam stabilitas atas pasar obligasi, nilai tukar rupiah, dan saham yang sempat diterpa tekanan sentimen negatif global yang begitu volatile selama April.

“Pada April, dengan volatilitas itu kita lihat terjadi kepanikan atau sedikit kenaikan dari sisi gejolak di pasar keuangan termasuk di pasar bond, nilai tukar dan saham, (namun pasar portofolio) kita bisa cukup steady,” jelasnya dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2024, Jakarta, Senin (27/5).

Kondisi ini Menkeu nilai cukup menguntungkan bagi Indonesia, pasalnya selisih imbal hasil atau spread yield obligasi RI terhadap US Treasury masih cukup aman. Hal ini tidak lain disebabkan karena terukurnya pemerintah Indonesia dalam menerbitkan surat utang.

APBN Kita mencatat, realisasi pembiayaan anggaran sampai 30 April 2024 baru mencapai Rp71,1 triliun. Capaian ini baru mencapai 13,6% atau terhitung lebih kecil daripada target pembiayaan anggaran tahun ini yang dipatok sebesar Rp522,8 triliun.

“(Realisasi pembiayaan anggaran) kita turun cukup sangat tajam di 68,3% (yoy) dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp224,4 triliun pada saat market sedang jittery (gelisah). Ini yang menyebabkan kita bisa menjaga (level) yield kita,” terangnya.

Baca Juga: Hingga April 2024, APBN Masih Surplus Rp75,7 Triliun

Adapun, penerbitan utang dalam bentuk SBN secara neto sekitar Rp128,6 triliun atau baru terealisasi 19,3% dibandingkan target APBN 2024 yang sebesar Rp666,4 triliun. Kemenkeu mendata, terjadi penurunan pertumbuhan SBN sebesar 46,4% (yoy) dari posisi tahun lalu yang sebesar Rp240 triliun.

Secara keseluruhan, pemenuhan kebutuhan pembiayaan utang oleh pemerintah masih terhitung manageable. Didukung optimalisasi penerbitan SBN, penarikan pinjaman tunai bilateral dan multilateral, serta pemanfaatan SAL.

Bendahara negara melanjutkan, penurunan yield US Treasury pada Mei ini juga turut mendorong investasi kembali masuk (capital inflow) ke RI sebesar Rp13,56 triliun (month-to-date/mtd) di pasar SBN. Pergerakan aliran investasi ini juga menyebabkan yield SUN tenor 10 tahun menurun sebanyak 33 bps (mtd).

Dirinya pun sulit membayangkan bahwa kondisi positif ini relatif membaik hanya dalam waktu dekat antara April-Mei. Apalagi ditambah dengan situasi tekanan suku bunga acuan The Fed yang higher for longer.

“Bayangkan, pada saat The Federal Reserve enggak turunkan (suku bunga), pasar gelisah karena itu enggak turun, dengan spekulasi enggak akan turun sampai akhir tahun… Ini gambaran SUN kita sangat dipercaya, dijaga, oleh karena itu kita mendapatkan dampak dari stabilitas harga meskipun dunia sedang mengalami gejolak,” paparnya.

Dengan demikian, pemerintah tetap bisa menjalakan pembiayaan utang secara strategis. Yang dilakukan dengan prudent, terukur, oportunistik, dan fleksibel dalam aspek timing, tenor, currency, dan instrumen untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Rp50,8 T Untuk Bayar Gaji-Pensiun Ke-13 

Lagi-lagi, Menkeu menyebutkan capaian ini sulit dicapai jika bukan dengan rekam jejak APBN yang cukup prudent, transparan, dan akuntabel yang dilakukan selama ini. Hal ini juga sudah dibuktikan ketika pemerintah tetap terbuka soal penurunan penerimaan negara yang sangat tajam akibat terjangan pandemi covid-19 lalu.

Track record ini membuahkan hasil dalam bentuk kita bisa jaga dari sisi strategi issuance-nya (utang), sisi yield curve, dan dari sisi APBN untuk belanja terutama bunga utang,” katanya.

Di sisi lain, Sri juga memaparkan, pembiayaan non-utang terutama untuk pendanaan investasi below the line masih tetap bisa berjalan dengan baik sejauh ini. Realisasinya sebesar Rp48 triliun atau sekitar 38,3% dari target tahun ini sebesar Rp125,3 triliun.

“(Pembiayaan non-utang) ini ada kenaikan, namun memang itu sudah dianggarkan untuk pembiayaan investasi, termasuk untuk PMDN,” ucapnya.

Kemenkeu menjamin, pembiayaan non-utang untuk pendanaan investasi pemerintah berjalan on-track. Dan diharapkan turut mendukung percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar