c

Selamat

Minggu, 19 Mei 2024

EKONOMI

03 Januari 2023

16:48 WIB

Sri Mulyani: Ekonomi Global Melambat Signifikan pada 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan assesmen Kementerian Keuangan menyebutkan proyeksi pertumbuhan global melambat signifikan dan semakin lemah pada 2023.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Rheza Alfian

Sri Mulyani: Ekonomi Global Melambat Signifikan pada 2023
Sri Mulyani: Ekonomi Global Melambat Signifikan pada 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani berbicara dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (12/12/2022). Antara Foto/Aprillio Akbar

JAKARTA – Kementerian Keuangan menilai, kondisi perekonomian global 2023 masih akan cukup mirip situasinya dengan apa yang terjadi selama 2022. Bahkan, ada kecenderungan ekonomi dunia tahun baru ini akan lebih melemah akibat dampak sejumlah kebijakan dan dinamika situasi global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia 2022 diproyeksi hanya akan mencapai 3,2%, jauh lebih rendah dari prediksi awal di kisaran 4,4%. 

Sementara itu, dirinya juga berhati-hati pertumbuhan ekonomi dunia 2023 hanya akan tumbuh 2,7%, seperti yang sudah dilaporkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF).

“(Pertumbuhan ekonomi) ini juga revisi yang cukup tajam dari tadinya prediksi bahwa perekonomian 2023 akan tumbuh 3,8% secara dunia, kemudian direvisi ke bawah menjadi 3,6%, 2,9% dan  2,7%,” katanya dalam Konpers Realisasi APBN 2022, Jakarta, Selasa (3/1).

Asesmen Kementerian Keuangan juga menyebutkan, proyeksi pertumbuhan global melambat signifikan dan semakin lemah pada 2023. Di antaranya disebabkan oleh semakin ketatnya kebijakan moneter, sempitnya ruang fiskal, serta masih terjadinya disrupsi pasokan.

Baca Juga: Dua Hal Ini Jaga Stabilnya Pertumbuhan Ekonomi RI

Pengetatan kebijakan moneter menyebabkan semakin ketatnya likuiditas global dan semakin tingginya cost of fund (biaya dana). Sementara itu, tensi geopolitik yang belum mereda, akan mendisrupsi sisi suplai dengan munculnya fragmentasi dan regionalisme.

Belum lagi, Sebagai salah satu perekonomian terbesar, China masih dihadapkan pada persoalan pandemi dan krisis di sektor properti.

“Ke depan, tantangan ekonomi memang akan diwarnai dengan suasana yang mirip 2022. Pelemahan ekonomi mungkin mulai terjadi secara nyata di berbagai belahan dunia,” jelasnya. 

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menyoroti proyeksi pertumbuhan di beberapa negara dengan perekonomian dominan cenderung melemah pada 2023. Seperti, pertumbuhan di Amerika Serikat yang hanya akan mencapai 1%, lebih rendah daripada proyeksi capaian 2022 di level 1,6%

“(AS) masih ada prediksi bahwa terjadi kemungkinan negative growth pada satu-dua Kuartal pada tahun 2023 ini,” sebutnya.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi zona Eropa yang akan mengalami penurunan yang sangat dramatis dari 3,1% menjadi kisaran 0,5% saja pada 2023. Akibat pertumbuhan tipis ini, Sri Mulyani indikasikan, Eropa juga masih akan dibayangi resesi.

Selanjutnya, pertumbuhan China 2023 akan mengalami sedikit perbaikan ke kisaran 4,4%, membaik dari apa yang terjadi pada 2022 di 3,2% yang cukup berat. Kebijakan pembukaan dari kegiatan masyarakat di Negeri Tirai Bambu menjadi katalis perekonomian di sana.

Baca Juga: Proyeksi Ekonomi 2023: Indonesia Unggul di Produksi Manufaktur

Perlemahan juga akan berdampak pada posisi perekonomian India yang hanya akan tumbuh di kisaran 6,1%. Adapun proyeksi pada 2023 menjadi koreksi perekonomian yang nyata daripada tahun sebelumnya yang menyentuh 6,8%.

“Secara umum, (perekonomian) ASEAN-5 terlihat pemulihan di 2022 (tumbuh) 5,3%, (sementara untuk 2023) di 4,9%,” ungkapnya. 

Pemulihan Ekonomi Indonesia Terjaga
Meski situasi dan tren ekonomi global begitu suram, Bendahara Negara mengajak semua pihak untuk tetap bersyukur dengan apa yang terjadi di Indonesia. Pasalnya, momentum pemulihan ekonomi Nusantara masih cukup terjaga. 

Tren pertumbuhan Indonesia selalu berada di sekitar 5% selama empat kuartal beruntun, sejak kuartal ke IV/2021. Pertumbuhan stabil pada kuartal IV/2021 dan kuartal I/2022 di 5%, kemudian meningkat ke 5,4% pada kuartal II/2022, dan menjadi 5,72% di kuartal III/2022.

“Kami masih memperkirakan sampai dengan akhir tahun (2022) momentum pemulihan masih akan bertahan,” paparnya. 

Sekali lagi, dia menekankan, pertumbuhan ekonomi nasional tidak immune atau tidak terpengaruh dari suasana global, pasti sedikit-banyak ada pengaruhnya. Namun, daya tahan perekonomian nasional cukup baik dengan pertumbuhan yang tetap terjaga.

“Kita lihat di kuartal ke IV ini kondisi dari kegiatan ekonomi juga masih relatif baik,” paparnya. 

“Ini tentu memberikan suatu optimisme pada kita semuanya, ada confidence. Namun kita hati-hati, karena memang imbas dan gelombang gejolak dunia itu begitu sangat dahsyatnya,” sambung Sri Mulyani.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar