10 Desember 2024
16:45 WIB
SKK Migas Pede Lifting Minyak 2025 Tercapai
Komitmen KKKS yang dibungkus dalam WP&B diharapkan bisa rampung akhir Desember 2024.
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi pengeboran darat minyak. Shutterstock/dok
JAKARTA - Lifting minyak bumi pada tahun 2025 mendatang diprediksi bisa mencapai target, yakni di kisaran 605 ribu barel per hari (BOPD).
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto menjelaskan saat ini pihaknya baru saja menyelesaikan persetujuan program kerja dan budget (Work Program and Budget/WP&B) 2025 yang diharapkan bisa rampung selambatnya akhir Desember 2024 ini.
"Komitmen sih target di APBN-nya 605 (ribu BOPD), mudah-mudahan kita bisa mencapainya," ujar Djoko kepada awak media di sela kegiatan Anugerah Dewan Energi Nasional (DEN), Selasa (10/12).
WP&B yang disusun SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) pun bisa dirubah di tengah jalan jika ada inovasi baru dalam rangka menaikkan produksi migas.
"Untuk komitmen KKKS mencapai target paling telat akhir Desember. Tapi dalam perjalanannya 2025, itu bisa direvisi kalau ada inovasi baru untuk kenaikan," ucapnya.
Termasuk soal investasi, Djoko menyebut saat ini KKKS masih memperhitungkan secara mendalam terkait modal yang akan mereka tanamkan untuk proyek-proyek hulu migas di Indonesia pada tahun depan.
"Belum selesai, tapi kira-kira jumlahnya masih belasan miliar US Dollar. Tapi pastinya ya nanti setelah akhir tahun baru bisa kita lihat angka pastinya," jelas dia.
Optimisme Djoko Siswanto terkait pencapaian lifting minyak tahun depan itu tak lepas dari adanya temuan eksplorasi di Jambi Merang, intervensi teknologi oleh ExxonMobil Cepu Limited di Blok Cepu, dan beberapa proyek yang bakal onstream pada 2025.
SKK Migas sendiri membidik sebanyak 15 proyek hulu migas bakal mulai berproduksi atau onstream pada tahun 2025 mendatang.
Proyek-proyek itu terbagi menjadi enam proyek minyak dan sembilan proyek gas bumi. Tak tanggung-tanggung, total capital expenditure (capex) untuk fasilitas produksi pada 15 proyek itu diperkirakan menyentuh US$753,2 juta.
Untuk proyek minyak, terdiri dari Terubuk oleh Medco EP Natuna dengan rencana onstream kuartal II 2025, Balam GS Upgrade oleh Pertamina Hulu Rokan pada kuartal I 2025, NDD A14 Stage-2 oleh PHR pada kuartal II 2025, dan CEOR Minas yang juga oleh PHR pada kuartal IV tahun depan.
Proyek minyak selanjutnya, ialah Akasia Bagus Stage-1 oleh Pertamina EP, serta OPL Rama yang digarap oleh PHE OSES dan direncanakan onstream kuartal II 2025.
Lalu pada proyek gas, terdapat Bentu Production Line oleh EMP Bentu pada kuartal II 2025, A-24 oleh Premier Oil Natuna Sea B.V. pada kuartal III 2025, serta OPL LES yang digarap PHE ONWJ yang direncanakan onstream kuartal IV 2025 mendatang.
Selain itu, ada pula Letang Tengah Rawa Expansion oleh Medco E&P Grissik Ltd di kuartal I 2025, Suban Future Facility Optimization oleh Medco E&P Grissik Ltd, dan Bangkudulis oleh PT Pertamina EP di kuartal I 2025.
Proyek gas Karamba oleh ISOG pun direncanakan bisa onstream pada kuartal II 2025, Sisi Nubi AOI oleh Pertamina Hulu Mahakam pada kuartal IV 2025, dan Senoro Selatan oleh JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi yang juga onstream di kuartal IV tahun depan.
Sementara hingga Oktober 2024 ini, SKK Migas mencatat sudah ada 12 proyek hulu migas yang onstream dari target hingga akhir tahun sebanyak 15 proyek.
Secara total, capex yang dikeluarkan untuk ke-12 proyek itu mencapai kisaran US$560,1 juta. Dari 12 proyek yang sudah onstream, tiga diantaranya merupakan proyek minyak bumi dan sembilan sisanya adalah proyek gas.
"Total ada 10 proyek gas (akan onstream 2024) dan minyak ada 5 separuhnya. Ini membuktikan bahwa Indonesia dikaruniai gas bumi dan ini sangat tepat waktunya dimana kita memasuki masa transisi dari fosil ke non-fosil," kata Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR di Gedung Parlemen, Senin (18/11) lalu.
Pada RDP bersama Komisi XII DPR itu, Djoko berharap proyek-proyek hulu migas yang ditargetkan bisa onstreamtahun depan dapat membantu menahan laju penurunan alami atau natural declining produksi minyak dan gas bumi Indonesia.
Djoko menegaskan penurunan produksi sudah menjadi keniscayaan pada setiap lapangan minyak dan gas bumi, terutama yang sudah tua. Sehingga, harus ada upaya untuk setidaknya menahan laju penurunan tersebut.
"Termasuk ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sebetulnya juga sudah mengalami melewati puncak produksinya yang tempo hari sempat mencapai 225 ribu barel per hari (BOPD), saat ini sudah mencapai di 160 ribu BOPD," pungkasnya.