08 Oktober 2024
10:32 WIB
Sisa 6 Tahun, Ini Target SDGs Yang Masih Harus Dikejar
Pemerintah telah membuat Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023-2030 yang kemudian bisa diakses melalui website.
Editor: Fin Harini
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, dan para pejabat lainnya foto bersama dalam pembukaan Sustainable Development Goals (SDGs) Conference (SAC) 2024 di Jakarta, Senin (7/10/2024). ANTARA/HO-Bappenas
JAKARTA - Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Pungkas Bahjuri Ali menyampaikan sejumlah target Sustainable Development Goals (SDGs), yang telah tercapai dan masih harus dikejar.
Bahjuri yang juga menjabat sebagai Kepala Sekretariat Nasional SDGs menerangkan capaian SDGs di Indonesia hingga saat ini sebesar 62,5% dari 222 indikator SDGs yang telah on track dan masih terdapat 29,5% indikator yang off track karena stagnan, bahkan memburuk.
"Ada beberapa target yang sudah progresnya sangat baik, tapi ada beberapa target yang ketinggalan sangat jauh, dan variasi antara kota, kabupaten, dan provinsi juga sangat-sangat tinggi," ucapnya dalam acara SDGs Annual Conference 2024 di Jakarta, Senin (8/10), dikutip dari Antara.
Beberapa target yang telah tercapai cukup baik berkaitan dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka, rasio gini, indeks kualitas udara membaik, serta perempuan usia kawin pertama di bawah umur 18 tahun atau nikah muda berkurang.
Baca Juga: Bappenas Luncurkan Platform SDGs Investment
Adapun indikator-indikator yang masih tertinggal antara lain mengenai akses terhadap sanitasi aman belum memadai karena masih banyak rumah tangga buang air besar sembarangan.
Kedua, ialah banyak penduduk dewasa tak mendapatkan pendidikan formal, sehingga perlu diberikan akses ke perguruan tinggi terutama bagi kelompok perempuan dan rentan, pendidikan vokasi untuk mempersiapkan kebutuhan tenaga kerja, hingga inovasi pembelajaran jarak jauh dan teknologi dalam rangka menutupi kesenjangan pendidikan antara kota dengan desa.
Ketiga, yaitu tingkat pengangguran tinggi dan mayoritas dari kalangan pemuda kelas menengah di perkotaan kendati telah dibuka 5,26 juta lapangan kerja baru dalam beberapa tahun terakhir.
"Di kota itu jauh lebih tinggi, dua kali lipat dibanding dengan di desa, yang mungkin terkait dengan jenis pekerjaannya. Nah, hal-hal yang diperlukan antaranya adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja, khususnya untuk mikro informal yang jumlahnya semakin besar, semakin tahun jadi tantangan besar," ujar Bahjuri.
Tantangan lainnya adalah, meningkatkan produktivitas dari lapangan kerja yang ada. Dia menilai pentingnya program pelatihan vokasi dan kebijakan tenaga kerja yang mendukung kewirausahaan muda. Termasuk di dalamnya adalah akses terhadap layanan finansial, karena baru 63% UMKM yang punya akses terhadap layanan finansial.
Terkait dengan industri, inovasi, dan infrastruktur, juga masih terdapat tantangan cukup besar walaupun sudah menunjukkan kemajuan cukup baik. Beberapa di antaranya adalah proporsi tenaga kerja pada sektor industri manufaktur belum ideal atau hanya sebesar 20,39%.
Baca Juga: Airlangga Pamer Peringkat SDGs RI Naik 27 Peringkat Kurun 2019-2023
Karena itu, perlu dilakukan inovasi lebih lanjut dengan teknologi bersih dan teknologi hijau untuk meningkatkan daya saing global yang di antaranya melalui peningkatan produktivitas dan investasi di bidang teknologi, serta pelatihan keterampilan transformasi industri.
Pemerintah, lanjutnya, telah membuat Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2023-2030 yang kemudian bisa diakses melalui website. Peta jalan ini menceritakan tentang proyeksi ke depan terkait pencapaian SDGs.
Menurut dia, pihaknya sudah melakukan proyeksi sampai 2030 dan proyeksi sampai tingkat provinsi.
"Harapannya, dari pemda (pemerintah daerah) dapat melihat target-target SDGs di sini karena target yang di sini sudah selaras dengan target-target RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah nasional) dan RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah nasional)," sebutnya.