17 Januari 2025
08:56 WIB
Sisa Dana IPO Rp9,3 T, Bukalapak Buka Suara
Bukalapak baru menggunakan dana hasil IPO senilai Rp11,99 triliun dari total dana hasil IPO senilai Rp21,32 triliun.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Tangkapan layar paparan publik Bukalapak secara daring, Kamis (16/1). ValidNewsID/ Fitriana Monica Sari
JAKARTA - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) buka suara terkait sisa dana hasil penawaran umum (initial public offering/IPO) senilai Rp9,33 triliun hingga akhir tahun 2024.
Berdasarkan keterbukaan informasi, per 31 Desember 2024, Bukalapak baru menggunakan dana hasil IPO senilai Rp11,99 triliun dari total dana hasil IPO senilai Rp21,32 triliun. Artinya, masih tersisa sebesar Rp9,33 triliun dari hasil IPO yang bisa dimanfaatkan oleh perseroan.
Direktur Bukalapak Victor Putra Lesmana mengatakan, perseroan berencana akan menggunakan sisa dana hasil IPO tersebut untuk pengembangan usaha dan entitas anak melalui modal kerja, pembelian aset, joint ventures, dan investasi.
"Dana IPO digunakan untuk modal kerja BUKA dan entitas anak kami. Sampai dengan akhir Desember 2024, kami telah merealisasikan Rp11,9 triliun, atau sekitar 56% dari seluruh dana IPO. Sisanya, kurang lebih sebesar Rp9,33 triliun akan digunakan untuk pengembangan usaha BUKA," kata Victor dalam paparan publik Bukalapak secara daring, Kamis (16/1).
Baca Juga: Hentikan Layanan Produk Fisik, Bukalapak: Bukan Karena Kondisi Keuangan Buruk
Viktor menegaskan Bukalapak juga tidak menutup kemungkinan di kemudian hari melakukan aksi koporasi, seperti akusisi untuk pergerakan investasi atau pengembangan ke depan.
"Apalagi, jika kita melihat atau menilai bahwa ada potensi positif dan baik untuk perkembangan perusahaan ke depannya," tambah Victor.
BUKA mengambil keputusan penting berupa penghentian bertahap penjualan produk fisik di aplikasi dan situs web Bukalapak, yang akan dilaksanakan pada Februari 2025.
Keputusan ini diambil berdasarkan evaluasi kontribusi segmen produk fisik yang hanya menyumbang sekitar 3% dari total pendapatan BUKA.
Dengan berfokus pada bisnis yang memiliki prospek jangka panjang yang lebih baik, Bukalapak bertujuan untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan Adjusted EBITDA yang positif dalam waktu dekat.
Victor juga menekankan segmen Online-to-Offline (O2O) dan marketplace tetap menjadi fokus BUKA.
Menurutnya, model bisnis O2O yang memberdayakan UMKM kini menyumbang 40-50% dari total pendapatan perusahaan, sedangkan segmen marketplace menyumbang 50-60%.
"Selain melalui aplikasi dan situs web Bukalapak, BUKA terus memperluas layanan, seperti Mitra Bukalapak, BMoney, itemku, Lapakgaming serta berbagai merek ritel seperti Rexus, Russ and Co, Pexio dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasar," terangnya.
Baca Juga: Saham BUKA Merah Di Tengah Isu Penutupan Layanan Produk Fisik
Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (15/1), Direktur Utama Bukalapak Willix Halim menyampaikan 40% dari sisa dana IPO akan dialokasikan untuk modal kerja pada 2025.
Kemudian, sekitar 13,35% akan digunakan untuk modal kerja entitas anak perusahaan. Sisanya atau 46,65%, akan dimanfaatkan oleh Perseroan atau entitas anak, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.
“Saat ini alokasi penggunaan sisa dana IPO tetap berfokus kepada bisnis yang sudah ada, dengan tidak menutup kemungkinan akan digunakan untuk pengembangan lini bisnis baru jika memang membawa pengaruh positif terhadap kondisi keuangan Perseroan,” tulis Willix.
Ia menambahkan, sisa dana IPO akan dioptimalkan hingga akhir 2025 sesuai rencana yang telah disetujui oleh pemegang saham.
Namun, mengingat kondisi global yang masih penuh ketidakpastian serta dinamika politik domestik pada tahun 2024, Bukalapak akan bersikap selektif dalam penggunaan dana tersebut.