c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

03 Maret 2025

19:22 WIB

Siap Sinkronisasi Pasokan MBG, BGN Bakal Serap Produksi Peternak Domestik

BGN menarget sinkronisasi rantai pasok bahan baku MBG rampung akhir Agustus atau September 2025. Upaya ini untuk serap hasil peternak dan petani dalam negeri. 

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<p>Siap Sinkronisasi Pasokan MBG, BGN Bakal Serap Produksi Peternak Domestik</p>
<p>Siap Sinkronisasi Pasokan MBG, BGN Bakal Serap Produksi Peternak Domestik</p>
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyampaikan saat ini pemerintah tengah melakukan sinkronisasi rantai pasok antara kebutuhan bahan baku program Makan Bergizi Gratis (MBG), Jakarta, Senin (3/3). ValidnewsID/Erlinda PW

JAKARTA - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan, saat ini pemerintah tengah melakukan sinkronisasi rantai pasok antara kebutuhan bahan baku program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sinkronisasi dilakukan dengan penyedia bahan baku seperti koperasi, UMKM, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Upaya sinkronisasi tersebut juga ditempuh untuk menghindari suplai pasokan berlebih dari para penyedia bahan baku. Dadan mengakui, penyediaan bahan baku MBG memerlukan rantai pasok yang cukup besar.

Karenanya diperlukan koordinasi dengan banyak kementerian yang membina petani, peternak, nelayan, UMKM, dan lain untuk menyukseskan sinkronisasi. Suplai bahan baku tersebut, nantinya akan memasok kebutuhan di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG).

"Kami harus sinkronisasi antara kebutuhan kami yang terus meningkat dengan rantai pasoknya. Kalau tidak diimbangi, sekarang telur yang lebih, ayam yang lebih, kalau tidak dipersiapkan (rantai pasok) pasti suatu saat akan kekurangan," jelas Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Senin (3/3).

Baca Juga: Peternak Ayam Mengeluh Stok Melimpah Gara-Gara Proyek MBG Lambat

Dadan mencontohkan, jika ke depannya BGN menetapkan menu telur dengan kebutuhan telur mencapai 82,9 juta butir telur atau sekitar 5 juta ton per hari untuk sekali makan, kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh penyuplai yang telah terintegrasi dalam rantai pasok MBG. 

Terkait kesiapan rantai pasok tersebut, Dadan menargetkan pada Agustus 2025, BGN akan melayani 6 juta penerima manfaat. Sehingga dia berharap seluruh kementerian dan para penyuplai bahan baku MBG untuk bisa mempersiapkannya. 

"Mulai akhir Agustus atau September (kebutuhan MBG) itu akan melonjak tajam, apalagi di Desember kebutuhannya akan besar mencapai 5 juta ton. Selama ini (supplier) kelebihan stok, tapi nanti ketika kebutuhan ini ada, pasti sudah akan dibutuhkan rantai pasok khusus," tuturnya. 

Dadan melaporkan, sepanjang Januari-Februari, total SPPG di seluruh Indonesia baru mencapai 726 unit dengan jumlah penerima manfaat 2.050.000 orang. Sedangkan saat ini pihaknya tengah memverifikasi 300 SPPG baru. 

"Dua minggu lagi kita sudah akan melayani 3 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia, dengan menganggarkan kurang lebih Rp1 triliun per bulan," tandas Dadan.

Baca Juga: Telur Ayam Makin Murah, Peternak Minta MBG Segera Serap

Sebelumnya, Asosiasi Pinsar Petelur Nasional (PPN) mengeluhkan pasokan telur di pasaran yang berlebih karena tak terserap MBG. Alhasil harga telur dengan kualitas ekspor pun terpaksa dijual di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP).

Perwakilan asosiasi PPN, Ketua Pinsar Lampung Jenny Soelistiani menyampaikan, harga telur ayam ras saat itu sempat berkisar Rp24 ribu/kg. Harga tersebut berada di awah HAP telur di tingkat konsumen yang seharusnya Rp27 ribu/kg. Sedangkan HAP telur di tingkat produsen di kisaran Rp22-24 ribu/kg.

"Telur saat ini aman karena sudah surplus. Kami menjual telur harganya di bawah HAP, bahkan sampai ada di Rp21-22 ribu/kg. Di Jakarta hari ini tertinggi di kisaran Rp24,5-25 ribu (per kg), itu seharusnya harga di produsen. Jadi saat ini seluruh daerah hingga Jakarta menerima telur kualitas ekspor," ungkap Jenny, Rabu (12/2).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar