c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

01 Oktober 2025

11:29 WIB

Shutdown AS Dekat! Rupiah Diramal Menguat Tipis di Kisaran Rp16.620

Analis memperkirakan rupiah menguat seiring shutdown pemerintah federal AS yang makin dekat. 

Editor: Khairul Kahfi

<p>Shutdown AS Dekat! Rupiah Diramal Menguat Tipis di Kisaran Rp16.620</p>
<p>Shutdown AS Dekat! Rupiah Diramal Menguat Tipis di Kisaran Rp16.620</p>
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta. Antara Foto/Dhemas Reviyanto/foc.

JAKARTA - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah menguat seiring shutdown pemerintah federal Amerika Serikat (AS) yang makin dekat. 

Pemerintah federal akan ditutup pada pukul 00.00 dini hari ini (12.00 WIB), kecuali Kongres AS menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) anggaran federal dalam beberapa jam ke depan.

Berdasarkan pembukaan perdagangan di Jakarta, Rupiah melemah tipis 0,05% atau Rp9, dari sebelumnya Rp16.665 menjadi Rp16.674 per dolar AS. Melansir Bloomberg, Rupiah bahkan ditransaksikan melemah lebih dalam, yakni di Rp16.697 per dolar AS pada pukul 11.08 WIB.

"(Meski begitu) rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat kisaran sempit Rp16.620-16.670 (per dolar AS) dipengaruhi oleh faktor global tren penurunan index dollar sehubungan dengan shutdown pemerintah federal AS tengah malam ini waktu AS," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Rabu (1/10).

Baca Juga: Shutdown Pemerintah AS Ancam Dolar, Analis Prediksi Rupiah Menguat

Sentimen lain terhadap kurs rupiah berasal dari sikap wait and see pelaku pasar atas data inflasi Indonesia pada September dan neraca perdagangan.

"Inflasi September bulanan diperkirakan terkendali di level 0,14% dan neraca perdagangan masih akan mencatatkan surplus," kata dia.

Krisis Shutdown AS Picu Ketidakpastian
Mengutip Xinhua, Senat AS gagal meloloskan RUU belanja jangka pendek pada Selasa (30/9/2025) malam, yang membuat pemerintah federal berada di jalur penutupan pemerintah, dimulai tengah malam. Kondisi ini menandai penutupan pemerintah federal pertama dalam hampir tujuh tahun.

Senat Demokrat memblokir resolusi berkelanjutan yang diusulkan oleh Partai Republik untuk sementara waktu agar pemerintah tetap beroperasi. RUU tersebut tidak mendapatkan dukungan cukup, kurang dari 60 suara yang dibutuhkan untuk pengesahan.

Dalam negosiasi terbaru, tunjangan kesehatan menjadi salah satu poin utama yang diperdebatkan antara kedua partai.

Baca Juga: Menkeu Yakin Nilai Tukar Rupiah Pulih Pekan Depan

Partai Demokrat menuntut tunjangan terkait layanan kesehatan lebih kuat, termasuk perpanjangan subsidi ditingkatkan untuk UU Perawatan Terjangkau yang akan berakhir pada akhir tahun. Selain itu, juga pemulihan kelayakan cakupan UU tersebut bagi imigran tertentu yang secara legal berada di negara itu, termasuk pengungsi dan pencari suaka.

Di sisi lain, Partai Republik menentang langkah-langkah tersebut dan telah mendorong untuk sementara waktu mempertahankan tingkat pendanaan pemerintah saat ini agar memberikan lebih banyak waktu untuk negosiasi.

Baca Juga: Perbanas: Bunga Deposito Valas Himbara Jadi Pemicu Rupiah Melemah

Trump mengancam, penutupan pemerintah berpotensi memberhentikan sekaligus PHK banyak orang dan menyalahkan Partai Demokrat atas kebuntuan negosiasi pendanaan saat ini.

Partai Republik, yang saat ini memegang 53 kursi di senat, membutuhkan setidaknya tujuh anggota Partai Demokrat di majelis tinggi untuk bergabung dengan mereka guna meloloskan RUU tersebut.

"Dalam jangka pendek, (penutupan pemerintah) berakibat pada penundaan publish data tenaga kerja AS, sehingga akan menimbulkan ketidakpastian kebijakan bunga The Fed. Dalam jangka menengah panjang, akan menekan index dollar dan membuka ruang penguatan rupiah," ucap Rully.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar