28 Mei 2025
15:51 WIB
Setiap Investasi Kesehatan Mental Remaja Beri Keuntungan 23,6%
Kajian dari Z Zurich Foundation menemukan hampir setengah dari seluruh masalah kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun.
Penulis: Fin Harini
Ilustrasi kesehatan mental. Shutterstock/CalypsoArt
JAKARTA - Kajian terbaru dari Z Zurich Foundation mengungkap setiap dana yang diinvestasikan untuk intervensi kesehatan mental remaja bisa menghasilkan keuntungan sebesar 23,6%.
Temuan ini didasarkan pada analisis biaya-manfaat dari berbagai intervensi di 36 negara, termasuk di kawasan Asia-Pasifik (APAC), yang menyoroti urgensi dan nilai strategis dari investasi di bidang ini.
“Akan tetapi, kesehatan mental sering kali menerima kurang dari 1% anggaran kesehatan di banyak bagian kawasan, sementara lebih sedikit lagi yang digunakan untuk inisiatif edukasi kesejahteraan mental,” kata Head of Z Zurich Foundation Gregory Renand dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (28/5), dilansir dari Antara.
Kajian tersebut menggarisbawahi kawasan Asia Pasifik, dengan populasi lebih dari 750 juta pemuda usia 15-24 tahun, menghadapi tantangan besar dalam hal kesehatan mental.
Baca Juga: Waspada Doomscrolling Dan Bahaya Pada Kesehatan Mental
Hampir setengah dari seluruh masalah kesehatan mental dimulai pada usia 14 tahun. Bahkan, bunuh diri menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan remaja dan dewasa muda.
Dalam laporan tersebut, Z Zurich Foundation menyerukan investasi lintas sektor dalam tiga bidang utama, yakni kolaborasi multipihak, integrasi kesejahteraan mental dalam sistem pendidikan, serta penguatan sistem pendukung berbasis komunitas.
Langkah-langkah ini dinilai krusial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung literasi emosional dan pemberdayaan remaja melalui pendekatan pencegahan dan edukasi berkelanjutan.
"Inisiatif yang menjanjikan, seperti platform untuk kaum muda, inisiatif olahraga, program pendidikan emosional, dan model pembiayaan campuran, menggabungkan kekuatan berbagai sektor untuk menciptakan perubahan jangka panjang," ujar Gregory.
Ia menilai, tujuan untuk mencapai kesejahteraan mental kaum muda memerlukan tindakan segera dan komitmen jangka panjang. Hal ini termasuk kebijakan yang difokuskan pada pencegahan, pendanaan berkelanjutan, tenaga kerja terlatih, dan tata kelola yang menggabungkan suara kaum muda dari berbagai latar belakang budaya.
Terlebih lagi, diperlukan perubahan pola pikir untuk mengakui kesehatan mental dan kesejahteraan kaum muda sebagai hal yang penting bagi ketahanan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Tetap Produktif Mampu Bantu Jaga Kesehatan Mental
Adapun saat ini, World Health Assembly 2025 tengah berlangsung di Jenewa dari 19-27 Mei, dengan tema "One World for Health"
“Kita harus menyelaraskan lintas sektor, meningkatkan pendekatan yang telah terbukti, membangun kolaborasi, dan berinvestasi dalam sistem yang menempatkan kaum muda sebagai pusat. Masa depan kawasan APAC bergantung padanya. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan tempat kaum muda tidak hanya bertahan hidup tetapi juga berkembang,” tutur Gregory.
Sebagai informasi, Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan 2% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami masalah kesehatan jiwa. Terdapat tiga masalah Kesehatan mental dengan prevalensi tertinggi yaitu depresi, kecemasan, dan schizophrenia.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan jiwa nasional melalui puskesmas secara bertahap, dan menargetkan 50% puskesmas bisa menyediakan layanan tersebut pada tahun ini.
Hingga akhir 2024, jumlah puskesmas yang menyediakan layanan kesehatan jiwa baru sebesar 40%. Itu pun tidak merata di Indonesia.