18 September 2024
08:35 WIB
Serangan di Lebanon Dorong Harga Minyak Mentah
Harga minyak mentah Brent diperdagangkan mendekati US$74 per barel setelah naik hampir 3% selama dua hari sebelumnya, dengan West Texas Intermediate di atas US$71.
Editor: Fin Harini
Produksi hulu migas berlangsung di Anjungan Central Plant dan Anjungan Bravo Flow Station PHE Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat. Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA – Harga minyak mentah atau crude oil stabil setelah kenaikan dua hari, karena para pedagang menilai ketegangan di Timur Tengah meningkat, stok AS terindikasi naik, dan kemungkinan arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Dikutip dari Reuters, kedua kontrak tersebut ditutup pada level tertingginya sepanjang bulan ini. Minyak mentah berjangka AS naik US$1,10, atau 1,6%, menjadi US$71,41. Minyak mentah berjangka Brent naik 95 sen, atau 1,3%, menjadi US$73,70 per barel.
Dilansir dari Bloomberg, Hizbullah menuduh Israel mengatur serangan menggunakan pager di Lebanon yang menyebabkan sejumlah orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan di Timur Tengah dan meningkatkan harga pada Selasa (18/9).
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Lanjut Menguat Karena Badai Francine
Di AS, sebuah laporan dari American Petroleum Institute menunjukkan persediaan minyak mentah nasional meningkat hampir 2 juta barel pada minggu lalu. Persediaan bensin dan sulingan juga membengkak. Namun, stok minyak mentah di pusat Cushing menurun.
Harga minyak mentah masih jauh lebih rendah hingga saat ini, dengan prospek permintaan China yang buruk dan rencana OPEC+ untuk mengembalikan pasokan yang terbatas sehingga membebani harga.
Hal ini diimbangi oleh prospek kebijakan moneter AS, dengan investor memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Rabu nanti, meskipun tidak ada konsensus mengenai besaran penurunan suku bunganya.
Mencerminkan lemahnya permintaan, beberapa kilang di Eropa telah mengurangi tingkat pemrosesan karena keuntungan dari penyulingan minyak mentah menjadi bahan bakar turun. Di China, importir minyak terbesar, margin yang buruk telah menyebabkan kebangkrutan dua pabrik kecil.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Melemah Dipicu Kekhawatiran Resesi
Dikutip dari Mint, para analis mencatat harga minyak mentah telah berada dalam mode pemulihan sejak Rabu lalu, di tengah kekhawatiran pasokan setelah Badai Francine di Teluk Meksiko AS, serta ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS.
Lebih dari 12% produksi minyak mentah dari Teluk Meksiko AS terhenti setelah Badai Francine pekan lalu, mengangkat harga minyak dalam tiga dari empat sesi terakhir, sebuah rebound setelah minyak mentah berjangka Brent pada Selasa lalu mencapai titik terendah dalam hampir tiga tahun.