c

Selamat

Sabtu, 27 April 2024

EKONOMI

26 Juli 2021

18:22 WIB

Semester I 2021, Program B30 Untungkan Negara Rp29,9 Triliun

Implementasi biodiesel juga diklaim berhasil mengurangi emisi 11,4 juta ton CO2e

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Fin Harini

Semester I 2021, Program B30 Untungkan Negara Rp29,9 Triliun
Semester I 2021, Program B30 Untungkan Negara Rp29,9 Triliun
Peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Jakarta, Kamis (13/6/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar.

JAKARTA – Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM mengumumkan, penyaluran B30 sepanjang Semester I 2021 telah memberi keuntungan atau manfaat ekonomi bagi Indonesia setara Rp29,9 triliun.

Angka tersebut terdiri dari penghematan devisa sebesar Rp24,6 triliun dari penyaluran 4,3 juta kilo Liter (kL) biodiesel sepanjang semester I 2021, atau setara 46,7% dari target penyaluran biodiesel tahun ini. Pada periode yang sama, penyaluran B30 tersebut juga menciptakan nilai tambah Crude Palm Oil (CPO) sebesar Rp5,3 triliun setelah dikonversi menjadi biodiesel.

Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana juga menyebutkan, implementasi biodiesel telah berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 11,4 juta ton CO2e.

Ia menjelaskan, Program Mandatori B30 menjadi salah satu program prioritas nasional untuk mengurangi emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil, khususnya di sektor transportasi.

Capaian tengah tahun ini pun, Dadan klaim sebagai penanda keberhasilan Indonesia menjadi pioneer B30 dunia.

“Penyediaan dan pemanfaatan B30 telah menempatkan Indonesia pada posisi terdepan di dunia dalam implementasi biodiesel. Program B30 telah dinikmati oleh para konsumen yang menggunakan mesin dengan bahan bakar diesel baik di sektor transportasi maupun sektor industri lainnya,” terang Dadan, yang Validnews kutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Senin (26/7).

Perlu diketahui, tahun ini, pemerintah menetapkan alokasi biodiesel sebesar 9,2 juta kL dengan dukungan 20 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati atau BU BBN yang mengikuti pengadaan fatty acid methyl ester (FAME). Serta 20 BU BBM yang wajib melakukan pencampuran BBN jenis biodiesel dengan BBM jenis minyak solar.

Kementerian ESDM mencatat, rata-rata serapan B30 setiap bulan diperkirakan sebesar 766 ribu kL. Sejak Januari hingga Juni 2021, capaian rerata pemenuhan Purchase Order bulanan mencapai 93,03% dengan serapan terendah pada Januari dan tertinggi pada Juni 2021.

Pandemi covid-19 ditengarai sedikit memperlambat penyerapan biodiesel akibat adanya pembatasan mobilitas. Sehingga penjualan bahan bakar campuran 30% biodiesel dengan 70% minyak solar turun, baik di sektor transportasi maupun industri.

“Namun, pemerintah optimis di akhir tahun penyerapan biodiesel akan mencapai target yang telah ditetapkan,” tandas Dadan.

Ia pun menguraikan beberapa kendala yang terjadi dalam penyaluran biodiesel pada paruh pertama ini. Antara lain, terbatasnya tangki penyimpanan, keterlambatan dalam unloading FAME yang diakibatkan kepadatan di jetty, hingga terjadinya kerusakan peralatan di pabrik BU BBN.

Dadan mengaku, pihaknya terus melakukan beberapa upaya untuk memastikan penyaluran B30 berjalan lancar dan tidak adanya penyaluran B0 atau solar murni. Antara lain dengan mendorong percepatan penyiapan tangki penyimpanan tambahan, penambahan fasilitas jetty, meningkatkan pengawasan, dan mengimbau kepada industri BUBBN untuk menghindari unplanned maintenance.

Sebelumnya, Indonesia sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia dideklarasikan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada awal tahun ini. Dengan catatan, jumlah produksi biodiesel di Indonesia mencapai 137 ribu barel minyak per hari, lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat, Brazil, dan Jerman.

“Sedangkan Amerika Serikat dengan 112 ribu barel, Brazil 99 ribu barel, dan Jerman 62 ribu barel minyak per hari,” ujar Airlangga pada April 2021.

Kementerian ESDM pun mengklaim, angka pemanfaatan B30 telah tumbuh tiga kali lipat atau 300% dalam kurun lima tahun terakhir. Dadan menjabarkan, pada 2015 ada bahan bakar B10 dengan realisasi produksi mencapai 3 juta kiloliter, kemudian meningkat menjadi B30 dengan realisasi 8,5 juta kiloliter pada 2020.

“Dalam lima tahun kita bisa meningkatkan tiga kali lipat pemanfaatan bahan bakar nabati di dalam negeri, termasuk dengan ekspor jauh lebih banyak,” akunya.

Dadan meyakini, implementasi kebijakan mandatori pemanfaatan bahan bakar nabati telah berhasil menciptakan pasar biodiesel di dalam negeri yang tumbuh signifikan terhitung sejak 2008 hingga 2020.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar