10 Oktober 2024
11:24 WIB
Sasar Gen Z, Jumlah Pengguna Jenius Hampir 6 Juta
Anak muda saat ini memiliki perilaku maupun kebutuhan yang sudah berbeda dengan zaman sebelumnya. Hal ini menjadi alasan Jenius menyasar Gen Z.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Salah seorang penjaga menunjukkan aplikasi dan kartu jenius yang telah terinstal di gawai genggam di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. ValidNewsID/ Agung Natanael
JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) menyampaikan bahwa pengguna digital banking Jenius saat ini telah menembus hampir 6 juta orang, atau tepatnya sebesar 5,8 juta orang.
Head of Wealth Management Business and Network & Distribution Bank BTPN Helena mengatakan, jumlah tersebut tercapai setelah Jenius pertama kali diluncurkan pada 2016 alias delapan tahun lalu.
Menurutnya, nasabah yang menggunakan aplikasi Jenius didominasi oleh nasabah yang berusia muda atau nasabah yang lebih cepat memahami dan/atau menggunakan aplikasi dengan teknologi (digital savvy).
"Nasabah kami terutama yang memakai Jenius didominasi oleh nasabah yang berusia muda. Karena memang orang-orang muda yang lebih cepat memahami atau menggunakan alat-alat ataupun aplikasi dengan teknologi," kata Helena di Jakarta, Rabu (9/10).
Dirinya mengakui bahwa anak muda saat ini memiliki perilaku maupun kebutuhan yang sudah berbeda dengan zaman sebelumnya.
Jadi, nasabah Jenius dinilai sangat lincah, kritis, dan menyukai hal-hal baru. Salah satunya adalah berinvestasi dengan produk reksa dana dibandingkan produk lain seperti deposito yang dimiliki bank.
Oleh karena itu, Helena merekomendasikan agar anak muda untuk mulai berinvestasi reksa dana di line product Jenius, seperti reksa dana pasar uang (BNI-AM Dana Likuid), dua reksa dana pendapatan tetap (BNI-AM Teakwood dan BNI-AM Ardhani Pendapatan Tetap Syariah) dan enam reksa dana indeks (BNI-AM Indeks IDX30 (BNI30), BNI-AM IDX Growth 30 , BNI-AM SRI-KEHATI Kelas R1, BNI-AM IDX - PEFINDO Prime Bank Kelas R1, BNI-AM PEFINDO i-Grade Kelas R1, BNI-AM IDX High Dividend 20.
Baca Juga: BNI AM-Bank BTPN Perluas Jaringan Pemasaran Reksa Dana Indeks
Harapannya, melalui kerja sama antara BNI Asset Management (BNI AM) dan Bank BTPN tak hanya sekadar memberikan solusi investasi, tetapi juga melakukan proses edukasi kepada anak muda.
Dengan demikian, diharapkan ke depan anak muda bisa memiliki ekonomi dan kesejahteraan yang lebih baik.
"Menurut saya nasabah kami memang sangat-sangat membutuhkan pilihan-pilihan yang banyak dalam melakukan investasi, walaupun mereka akan memulai dengan jumlah uang tidak besar," ungkapnya.
Digital Banking Product & Innovation Head Bank BTPN Febri Rusli menambahkan, Jenius memiliki fokusnya di pengalaman dan inovasi untuk para penggunanya.
"Jadi, kita sudah delapan tahun di pasar, dan spesifik living well. Yang menariknya di Jenius itu adalah bagaimana kita bisa melakukan, karena targetnya adalah para digital savvy, orang-orang yang sudah mengerti/melek digital. Tidak menutup Gen Z dan juga yang lebih senior," jelas dia.
Untuk itu, Febri menyebutkan, ada beberapa pertimbangan bagi Jenius dalam menawarkan product well. Pertama, pertimbangan pengguna Jenius bisa mengakses dengan mudah. Kedua, mereka harus bisa memilih-milihnya dengan jelas. Ketiga, bertransaksi lebih mudah. Keempat atau yang terakhir, bisa dimonitor.
"Itu adalah findings yang kita temukan saat kita berbicara gitu dengan user," imbuhnya.
Begitu pula saat menentukan program investasi, Jenius juga mengimplementasi berbagai hal tersebut. Fitur menarik yang juga ditawarkan Jenius untuk investasi adalah auto-invest.
Kinerja Bank BTPN
Sebelumnya, hingga Juni 2024, penyaluran kredit Jenius tumbuh 134% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp3,1 triliun dan pengelolaan dana pihak ketiga (DPK) naik 10% yoy menjadi Rp27,2 triliun.
Adapun sepanjang Semester I/2024, aset Bank BTPN meningkat 22% yoy menjadi Rp235,8 triliun, penyaluran kredit tumbuh 19% yoy menjadi Rp176,2 triliun, dan pendapatan bunga bersih naik 17% menjadi hampir Rp7 triliun.
Baca Juga: BNI AM Targetkan AUM Hingga Rp300 M Lewat Kerja Sama Bank BTPN
Kendati demikian, laba bersih Bank BTPN setelah pajak (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada akhir Juni 2024 turun 15% yoy menjadi Rp1,24 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp1,46 triliun.
Penurunan laba bersih ini terjadi karena peningkatan biaya kredit sebesar 46% yoy, atau sebesar Rp540 miliar, pascaakuisisi OTO Group.
Penurunan laba bersih juga terjadi akibat kenaikan 26% yoy di biaya operasional menjadi Rp4,6 triliun, sejalan dengan pertumbuhan volume usaha dan inisiatif-inisiatif yang Bank BTPN sedang kerjakan.