c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

26 November 2022

11:53 WIB

Sapi Bali Bisa Jadi Penghasil Daging Premium

Sapi Bali berkontribusi terhadap 26.5% atau 4,7 juta ekor dari populasi nasional yang mencapai 18 juta ekor.

Editor: Rikando Somba

Sapi Bali Bisa Jadi Penghasil Daging Premium
Sapi Bali Bisa Jadi Penghasil Daging Premium
Ilustrasi pedagang memilah daging sapi di sebuah pasar tradisional di Jakarta. ANTARAFOTO/Aprillio Akbar

BOGOR –Indonesia bisa menjadi penghasil sapi dengan kualitas daging premium. Dan, yang dinilai cocok sebagai sapi berkriteria tersebut adalah sapi Bali.  Guru Besar Fakultas Peternakan IPB Profesor Jakaria mengemukakan potensi sapi Bali sebagai rumpun asli Indonesia sebagai penghasil daging premium dilakukan ndengan pengembangan bibit yang sedang dilakukan para peneliti. Nantinya sapi ini akan ditujnukan sebagai pemenuh kebutuhan konsumsi pangan hewani masyarakat secara nasional ke depan.

Menurut Profesor Jakarja,  sapi Bali berkontribusi terhadap 26.5% atau 4,7 juta ekor dari populasi nasional yang mencapai 18 juta ekor. Sapi Bali tersebar di  pulau Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan dan Lampung. Sedang dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai  272 juta jiwa, kebutuhan daging nasional masih belum dapat dipenuhi dan bahkan masih defisit sebesar 39%.

"Upaya peningkatan produktivitas sapi pedaging di Indonesia terus dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti peningkatan kualitas dan kuantitas pakan berbasis bahan baku lokal, manajemen pemeliharaan, manajemen reproduksi, dan penanganan serta pencegahan penyakit," katanya di Bogor, Jumat (25/11).

Secara konvensional, peningkatan mutu genetik sapi Bali dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu seleksi dan persilangan atau cross-breeding.

Dia menerangkan, bahwa sapi Bali merupakan hasil domestikasi banteng. Banteng sebagai moyang sapi Bali secara taksonomi disebut dengan nama Bos sondaicus, Bos sundaicus, Bos javanicus, Bos bantinger, Bos banten, Bibos banteng dan Bibos sondaicus dengan potensi pengembangan yang baik.


Aplikasi konsep pemuliaan ternak konvensional yakni seleksi berdasarkan data fenotipik dan persilangan serta non-konvensional dengan menggunakan informasi data genom untuk menghasilkan bibit menjadi salah satu alternatif dan cara baru dalam membangun metode seleksi yang lebih efektif dan efesien.

Terus Meningkat
Dikutip dari Antara, Profesor Jakaria menyebutkan, sejak ditemukan teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) dan teknologi sekuensing, marka genetik berbasis genom menjadi sangat intensif dilakukan dan dianalisis khususnya pada sapi Bali untuk mendapatkan data genom yang dapat digunakan sebagai marker assisted selection (MAS).

Aplikasi marka berbasis total genom yaitu Bovine SNP 50K menggunakan pengait gelang atau bead chip untuk memperkuat hasil dan sejalan dengan penggunaan marka DNA mikrosatelit dan DNA mitokondria, bahwa sapi Bali berbeda dengan rumpun sapi lainnya di dunia.

"Analisis keragaman genom inti menggunakan marka DNA mikrosatelit dan DNA mitkondria berdasarkan fragmen D-loop dan gen 16SrRNA ditemukan alel dan haplotype spesifik sapi Bali yang tidak ditemukan pada rumpun sapi lainnya. Berdasarkan analisis filogenetik, sapi Bali atau Bos javanicus berbeda dengan dengan rumpun sapi pedaging lainnya," jelasnya.

Di sisi lain, secara nasional, kebutuhan bibit masih sangat tinggi mencapai 7.745 ekor. Sebaliknya, bibit yang dihasilkan masih sangat terbatas. Kemudian, diproyeksikan pada 11 tahun belakangan,  mulai 2011-2022 dihasilkan bibit bersertifikat 2.409 ekor atau 31,1 persen menurut data LsPro Dirjen PKH 2022. 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi potong secara nasional terus meningkat sejak 2018 hingga 2021, yakni secara berturut-turut 16,4 juta ekor, 16,9 juta ekor, 17,4 juta ekor, dan 18 juta ekor.

Jakaria menguraikan, untuk menghasilkan daging yang premium, upaya peningkatan produktivitas sapi Bali juga perlu dibarengi kualitas yang tidak kalah pentingnya, yaitu melalui peningkatan terhadap mutu genetic. Sapi lain yang bisa dikembangkan juga sebagai sapi premium adalah sapi Madura, sapi Peranakan Ongole (PO), sapi Pesisir Sumatera Barat, sapi Aceh, sapi Kahayan dan sapi Sumba-Ongole (SO) sebagai sapi hasil hibridisasi banteng.

Integrasi Sawit
Sementara, di Kalimantan Barat, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Tanjupura (Untan) Pontianak menggencarkan program sosialisasi tentang manfaat dan pola integrasi sawit sapi.

"Kerja sama kami dengan LPPM Untan Pontianak berupa menggencarkan sosialisasi tentang manfaat dan pola integrasi sawit sapi yang lebih baik sehingga lebih dapat diterima oleh semua pelaku perkebunan, baik perusahaan maupun pekebun sawit mandiri atau swadaya," ujar Kepala Bidang Peternakan Disbunnak Kalbar, Novita Salim di Pontianak, Rabu.

Ia menjelaskan 12 kabupaten di Kalbar memiliki potensi untuk membangun dan mengembangkan integrasi sawit sapi. Untuk percepatan diperlukan komitmen kepala daerah dengan menyusun payung hukum di daerahnya masing-masing agar dapat seluruh pelaku usaha perkebunan dan masyarakat di sekitar perkebunan sawit dapat merasakan manfaat ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Novita Salim mengatakan bahwa integrasi sawit sapi merupakan salah satu agenda dari rencana aksi perkebunan sawit berkelanjutan sesuai instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2019 tentang rencana aksi nasional perkebunan sawit berkelanjutan tahun 2019-2022.

"Rencana aksi tersebut dilanjutkan di tingkat daerah dengan yang diatur dalam peraturan gubernur Nomor 3 tahun 2022 tentang rencana aksi perkebunan sawit berkelanjutan tahun 2022-2024, yang mengisyaratkan rencana aksi yakni kegiatan integrasi perkebunan kelapa sawit dan peternakan sebagai bagian dari komponen pengelolaan dan pemantauan lingkungan," kata dia.

Ia menjelaskan sosialisasi integrasi sawit sapi pertama dilaksanakan telah dilakukan di Balai Desa Sandai Kiri, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang. Dalam kegiatan tersebut langsung menghadirkan praktisi yang bergelut di integrasi sawit sapi.

"Ke depan Disbunnak Kalbar akan bersinergi dengan berbagai pihak untuk terus melakukan edukasi dan komunikasi melakukan percepatan implementasi integrasi sawit sapi," katanya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar