09 Oktober 2025
11:10 WIB
Rupiah Menguat ke Rp16.556! The Fed Sinyal Pangkas Suku Bunga 2 Kali
Optimisme penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dua kali lagi hingga akhir 2025 ikut memperkuat rupiah saat ini. Rupiah hari ini diperkirakan menguat di kisaran Rp16.500-16.575 per dolar AS.
Editor: Khairul Kahfi
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). Antara Foto/Muhammad Adimaja
JAKARTA - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menilai, penguatan nilai tukar (kurs) rupiah ditopang optimisme penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dua kali lagi hingga akhir 2025.
"Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat di kisaran Rp16.500-16.575 (per dolar AS) dipengaruhi oleh global, (yakni) rilis notulen meeting September The Fed yang memberikan optimisme penurunan suku bunga dua kali lagi sampai dengan akhir tahun ini," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Kamis (9/10).
Baca Juga: Pernyataan Hawkish The Fed Bikin Rupiah Anjlok Lagi Ke Rp16.618
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis (9/10) di Jakarta, menguat sebesar 0,10% atau 17 poin, dari sebelumnya Rp16.573 menjadi Rp16.556 per dolar AS.
Sementara itu, Bloomberg mencatat, dolar AS di pasar spot yang dipantau pada pukul 10.46 WIB (9/10) nampak bergerak melemah 0,30% atau sekitar 49 poin. Sementara ini, rupiah ditransaksikan sekitar Rp16.524 per dolar AS, dengan perkiraan pergerakan harian di kisaran Rp16.515-16.566 per dolar AS.
Adapun sinyal pelemahan dolar AS juga ditunjukkan oleh data indeks DXY kemarin (8/10) yang melemah 0,20% ke level 98,72, atau masih di atas batas bawah DXY setahun terakhir di kisaran 96,21-110,17.
Mengutip Anadolu, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga pada Oktober dan Desember 2025. Potensi pemangkasan ini didorong angka inflasi AS yang lemah, data pengangguran AS yang meningkat, serta desakan Presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, terlepas dari kekhawatiran seputar penutupan pemerintah AS, harga emas melanjutkan tren kenaikannya, didorong oleh risiko geopolitik, kekhawatiran terhadap ekonomi global, permintaan emas bank sentral, dan siklus penurunan suku bunga The Fed.
Menyusul desakan Presiden AS Donald Trump, The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps pekan lalu.
Pasar memperkirakan penurunan suku bunga baru dalam pertemuan The Fed pada Oktober dan Desember. Angka inflasi yang lemah dan meningkatnya data pengangguran, serta Trump, dapat mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga lanjutan.
Baca Juga: Shutdown AS Berlanjut, Rupiah Diprediksi Melemah Ke Rp16.625
Sementara itu, Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyampaikan, rilis notulensi Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan sebagian anggota mendukung pemangkasan suku bunga kebijakan lebih lanjut, meski tetap berhati-hati terhadap risiko inflasi.
Beberapa anggota juga memprediksi penurunan signifikan dalam lapangan kerja di AS kemungkinan kecil terjadi. Proyeksi ini implisit mengafirmasi sikap hati-hati anggota FOMC terhadap laju pelonggaran moneter.
Para anggota FOMC menegaskan akan menyeimbangkan risiko inflasi dan lapangan kerja dalam menilai keputusan kebijakan selanjutnya.
Konsumen Domestik Optimis
Adapun, Rully menilai, penguatan rupiah saat ini juga ditopang oleh laporan positf konsumen belum lama ini. Konsumen dalam negeri masih cukup optimis pada perekonomian domestik
"Sementara dari domestik, rilis data survei keyakinan konsumen oleh BI masih menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap kondisi perekonomian Indonesia ke depan," ucap Rully Nova.
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2025 masih berada pada level optimis (di atas 100) sebesar 115,0 poin, walaupun mengalami penurunan dari bulan sebelumnya di level 117,2 poin.
Keyakinan konsumen tetap terjadi karena ditopang Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tetap berada pada level optimis.