17 September 2025
11:15 WIB
Rupiah Menguat Jelang FOMC, Sentimen Domestik Jadi Pembatas
Nilai tukar rupiah berpeluang terus menguat terhadap dolar AS jelang FOMC. Namun, penguatan tertahan oleh sentimen domestik soal perluasan mandat-pengawasan BI sekaligus keputusan BI-Rate September.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, nilai tukar rupiah berpeluang terus menguat terhadap dolar AS jelang pengumuman hasil rapat bank sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC), pada Rabu (17/9) waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pelemahan dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat. Meski demikian, ia menilai pergerakan rupiah masih akan dibatasi oleh sentimen domestik.
"Rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yang terus tertekan menjelang rapat FOMC. Namun, penguatan akan terbatas oleh kekhawatiran dan polemik seputar perluasan mandat Bank Indonesia dan fungsi pengawasan Bank Indonesia oleh DPR RI," katanya melansir Antara, Jakarta, Rabu (17/9).
Baca Juga: Tekanan The Fed Bikin Dolar AS Lemah, Rupiah Menguat ke Rp16.380
Berdasarkan pantauan pagi ini, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (17/9) di Jakarta, menguat tipis sebesar 0,13% atau Rp21, dari sebelumnya Rp16.440 menjadi Rp16.419 per dolar AS. Sementara, per 16 September 2025, kurs rupiah sesuai Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp16.385 per dolar AS.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.25 WIB (17/9) terpantau melemah 0,14% atau melemah sekitar Rp24 terhadap mata uang rupiah.
Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.416 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.409-16.432 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (16/9), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau ditutup menguat ke level 96,71 poin atau naik 0,08 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 96,63 poin.
Adapun pergerakan DXY kemarin (16/9) berkisar antara 96,58-96,75 atau bergerak ke level melemah dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Karena itu, Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp16.350-16.500 per dolar AS pada hari ini.
Sebagai informasi, perluasan mandat Bank Indonesia yang dimaksud merupakan bagian yang dibahas dalam revisi Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Salah satu yang dibahas yakni soal tujuan BI yang tidak lagi hanya sebatas mencapai stabilitas nilai rupiah, tetapi juga memelihara stabilitas sistem keuangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, aturan ini masih belum mencapai pembahasan final.
Sentimen BI-Rate
Selain menunggu keputusan suku bunga The Fed, Lukman menilai, pasar juga tengah menantikan keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang digelar hari ini pukul 14.00 WIB.
Adapun sejumlah ekonom memproyeksikan BI akan tetap menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5% pada September 2025.
Baca Juga: Ekonom Proyeksi BI-Rate September 5%, Antisipasi Inflasi Efek Dana Rp200 T
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menilai BI akan lebih dulu mengevaluasi transmisi kebijakan moneter sebelum melakukan penyesuaian suku bunga.
“View kami flat (BI-Rate tetap). Alasannya, BI akan lebih meng-assess transmisi kebijakan moneternya terlebih dahulu,” kata Andry.
Sementara itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menekankan pentingnya menjaga stabilitas moneter dan makroekonomi di tengah ketidakpastian global.
“BI menurunkan suku bunga sampai 125 bps sejak September tahun lalu, dan dampaknya masih berjalan. Jadi, sambil mengantisipasi risiko global, saya rasa BI akan menjaga suku bunga di level yang sama,” ujar Myrdal.
Dengan kombinasi faktor eksternal dan domestik tersebut, rupiah masih berpotensi bergerak fluktuatif jelang pengumuman kebijakan The Fed dan keputusan RDG BI pada Rabu (17/9).