c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

03 September 2025

11:45 WIB

Rupiah Melemah, Investor Antisipasi Data Ekonomi AS Pekan ini

Ekonom memproyeksi nilai tukar rupiah dapat melemah pada kisaran Rp16.400-16.500 per dolar AS, lantaran investor mengantisipasi rilis data ekonomi AS.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Rupiah Melemah, Investor Antisipasi Data Ekonomi AS Pekan ini</p>
<p>Rupiah Melemah, Investor Antisipasi Data Ekonomi AS Pekan ini</p>
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024). Antara Foto/Rivan Awal Lingga/foc/pri.

JAKARTA - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan nilai tukar (kurs) rupiah dapat melemah pada kisaran Rp16.400-16.500 per dolar AS, lantaran investor mengantisipasi rilis data ekonomi AS. 

“Sebagian besar mata uang Asia cenderung melemah terhadap dolar AS karena antisipasi investor terhadap rilis data pasar tenaga kerja AS pekan ini,” katanya melansir Antara, Jakarta, Rabu (3/9).

Baca Juga: Rupiah Melemah Imbas Demo, Analis: Suku Bunga The Fed Jadi Penahan

Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (3/9) di Jakarta melemah sebesar 0,13% atau Rp21, dari sebelumnya Rp16.414 menjadi Rp16.435 per dolar AS.

Melansir Bloomberg, pada perdagangan Selasa (2/9), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau lanjut menguat ke level 98,46 poin atau naik 0,07 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,39 poin.

Adapun pergerakan DXY di kemarin (2/9) berkisar antara 98,38-98,49 atau cenderung menguat dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.

Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 11.03 WIB hari ini (3/9) terpantau menguat 0,16% atau naik sekitar Rp27 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.441 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.418-16.445 per dolar AS.

Pada pekan ini, Josua mengingatkan, pasar akan menunggu rilis Purchasing Managers' Index (PMI) PMI Jasa AS pada Kamis (4/9), serta data Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat (5/9).

Adapun S&P Global telah meliris laporan PMI Manufaktur AS pada Selasa (2/9) yang naik ke level 53,0 pada Agustus 2025 dari 49,8 pada bulan sebelumya. Angka itu menandai peningkatan PMI Manufaktur AS terkuat sejak Mei 2022.

Baca Juga: Analis: Sentimen Inflasi AS Batasi Pelemahan Lanjutan Rupiah Imbas Demo

Kondisi operasional manufaktur AS membaik ke level tertinggi di tengah lonjakan produksi, pertumbuhan solid jumlah pesanan baru yang masuk, dan peningkatan persediaan barang perusahaan manufaktur yang juga mempekerjakan lebih banyak pekerja, meningkat selama delapan bulan berturut-turut.

Kenaikan jumlah pekerjaan baru difokuskan di dalam negeri seiring penjualan internasional sedikit menurun yang dipengaruhi kebijakan tarif dan ketidakpastian perdagangan membebani permintaan luar negeri.

“Selain itu, ISM (Institute for Supply Management) Manufacturing (yang juga melaporkan PMI Manufaktur AS) hanya naik menjadi 48,7 dari 48,0, lebih rendah dari perkiraan sebesar 49,0,” kata Josua.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar