11 Agustus 2025
11:24 WIB
Rupiah Diprospek Menguat, Pejabat The Fed Sinyalkan Pangkas Suku Bunga
Rupiah berpotensi menguat seiring pernyataan dovish pejabat The Fed yang mendukung pemangkasan suku bunga di 2025. Faktor pendukung pemotongan suku bunga mengacu data ketenagakerjaan AS yang melemah.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi menguat seiring pernyataan dovish pejabat Federal Reserve (The Fed) Michelle Bowman yang mendukung tiga kali pemangkasan suku bunga selama 2025.
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang masih dalam tekanan dari prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed menyusul pernyataan dovish The Fed Bowman yang mendukung tiga kali pemangkasan hingga akhir tahun,” jelasnya melansir Antara di Jakarta, Senin (11/8).
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Menguat, Isu Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Sentimen
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin pagi (11/8) di Jakarta menguat sebesar 0,26% atau 42 poin, dari sebelumnya Rp16.293 menjadi Rp16.251 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Minggu (10/8), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau memerah ke level 98,08 poin atau turun 0,10 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,18 poin.
Adapun pergerakan DXY kemarin (10/8) berkisar antara 98,08-99,32 atau masih cenderung menguat dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.27 WIB hari ini (11/8) terpantau melemah 0,35% atau turun sekitar Rp57 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.236 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.231-16.252 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Kinerja Ekonomi AS Picu Penguatan Dolar AS
Sementara itu, Lukman melanjutkan, faktor utama Bowman memberikan dukungan pemotongan suku bunga The Fed berdasarkan data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) yang sangat melemah pada pekan lalu.
Tercatat, NFP AS mencapai 73 ribu lapangan kerja pada Juli 2025, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 106 ribu. Data pekerjaan dua bulan sebelumnya juga direvisi turun secara total menjadi lebih dari 250 ribu, yakni dari 147 ribu menjadi 14 ribu pada Juni dan 144 ribu menjadi 19 ribu pada Mei.
Menurut Lukman, revisi besar tersebut memicu keraguan atas data-data pekerjaan AS yang selama ini telah dipublikasikan. Di sisi lain, penguatan rupiah turut dipengaruhi prediksi kenaikan data penjualan ritel Indonesia yang akan diumumkan siang nanti.
“Penjualan ritel Indonesia diperkirakan akan meningkat 1,7% pada bulan Juli,” katanya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memproyeksi kurs rupiah bergerak di kisaran Rp16.200-16.300 per dolar AS.