c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

29 Juli 2025

18:55 WIB

Rosan: Kesepakatan Beli 50 Pesawat Boeing Sudah Ada Sebelum Covid-19

Rosan mengungkap kesepakatan pembelian 50 unit pesawat Boeing US$3,2 miliar sebagai syarat kesepakatan dagang RI-AS bukan hal baru. Sementara ini, Boeing baru mengirim 1 unit, sisanya dikirim 2031.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Rosan: Kesepakatan Beli 50 Pesawat Boeing Sudah Ada Sebelum Covid-19</p>
<p id="isPasted">Rosan: Kesepakatan Beli 50 Pesawat Boeing Sudah Ada Sebelum Covid-19</p>

Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani  dalam konferensi pers di kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Selasa (29/7). ValidNewsID/ Siti Nur Arifa

JAKARTA - Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengungkap, kesepakatan pembelian 50 unit pesawat Boeing senilai US$3,2 miliar yang menjadi syarat kesepakatan dagang antara RI-AS sejatinya bukan hal baru.

Menurutnya, kesepakatan tersebut sudah terjadi sebelum covid-19 melanda. Adapun dari 50 unit pesawat baru yang dimaksud, pihak Boeing baru mengirimkan satu unit ke Indonesia.

"Sebetulnya, kesepakatan antara Boeing dan Garuda itu sudah ada sudah ada sebelum covid-19, (sebanyak) 50 pesawat Boeing itu yang sudah terkirim baru satu, jadi 49 yang kurang," beber Rosan usai konferensi pers realisasi investasi di kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Selasa (29/7).

Baca Juga: Menko Airlangga: Rencana Pembelian Pesawat Boeing Masih Tahap Negosiasi

Lebih lanjut, Rosan menjelaskan, baik pihak Garuda dan Boeing telah melakukan pertemuan untuk kepastian transaksi. Sebab, pengiriman pesawat baru dari pihak Boeing baru bisa dilakukan paling cepat pada 2031-2032.

Sembari menunggu kedatangan pesawat yang dimaksud, Menteri Investasi mengungkap pihaknya telah meminta Garuda untuk lebih dahulu melakukan optimalisasi terhadap armada yang ada. Pihaknya mengidentifikasi, kendala pesawat yang 'bermasalah' sangat merugikan karena maskapai tetap harus membayar biaya sewa (leasing) pesawat-pesawat tersebut.

Adapun salah satu dukungan untuk optimalisasi tersebut dilakukan melalui Danantara, yang sebelumnya diketahui memberikan pinjaman sebesar US$400 juta. Dia menerangkan, pinjaman modal itu diberikan utamanya untuk perbaikan pesawat. Karena itu, Rosan membuka peluang pinjaman tersebut dapat bertambah.

"Itu (US$400 juta) hanyalah baru sebagian, itu untuk apa sih? untuk pemeliharaan dan perbaikan, karena banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded tidak bisa terbang. Padahal kita tetap bayar leasing-nya," jelasnya. 

Baca Juga: Ekonom Beberkan Dampak Negatif Ketimpangan Tarif Dagang AS 19% Bagi RI

Pemerintah pun berupaya untuk memperbaiki pesawat pelat merah tersebut yang masuk hanggar. Belum lagi, pemerintah juga menyorot jam terbang pesawat-pesawat ini yang masih rendah. 

"Itu kita bilang diperbaiki dulu supaya mereka bisa terbang. Karena sekarang Garuda rata-rata terbang pesawatnya itu per hari baru 5 jam, idealnya 12 jam," urainya.

Lebih lanjut, Rosan yang juga menjabat sebagai CEO Danantara itu juga meminta agar pihak Garuda melakukan optimalisasi dengan melaksanakan transformasi di sisi teknologi hingga pelayanan.

Baca Juga: Trump Turunkan Tarif Resiprokal Untuk Indonesia Jadi 19%

Sekali lagi, Rosan menegaskan, pemesanan sebanyak 50 unit pesawat Boeing juga dilakukan dari sekarang mengingat waktu tunggu yang cukup lama yakni berkisar selama 6-7 tahun.

Beriringan, Rosan kembali meminta manajemen Garuda untuk membuat perencanaan rute penerbangan pesawat yang dimaksud dan kepastian jumlah pesawat yang akan dibeli untuk kebutuhan negosiasi lanjutan dengan AS.

"Kita akan selalu hormati komitmen yang kita hadapi, kita komitmen untuk beli 50 (pesawat Boeing) dan itu sudah ada, sudah ditandatangani tapi mungkin kita akan coba renego lagi, dari term dan kondisinya yang lebih baik," pungkas Rosan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar