c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

19 Agustus 2024

17:44 WIB

Resmi Jadi Menteri ESDM, Bahlil Fokus Sektor Migas Dua Bulan Ke Depan

Menteri ESDM yang baru, Bahlil Lahadlia, ajak Bos Pertamina untuk bicara peningkatan produksi migas nasional.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Resmi Jadi Menteri ESDM, Bahlil Fokus Sektor Migas Dua Bulan Ke Depan</p>
<p id="isPasted">Resmi Jadi Menteri ESDM, Bahlil Fokus Sektor Migas Dua Bulan Ke Depan</p>

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Mantan Menteri ESDM Arifin Tasrif usai upacara serah terima jabatan di Jakarta, Senin (19/8). ValidNewsID/ Yoseph Krishna

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan dirinya bakal fokus membenahi sektor minyak dan gas bumi (migas), setidaknya hingga Presiden Terpilih Prabowo Subianto dilantik dua bulan lagi.

"Saya hanya fokus pada sisa waktu ini, perintah Presiden Jokowi dan Prabowo, tadi saya sowan ke beliau pagi hari, adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan Pak Arifin Tasrif terkait optimalisasi peningkatan lifting minyak kita terhadap sumur-sumur idle yang sudah diberikan oleh SKK Migas," tegas Bahlil dalam Serah Terima Jabatan Menteri ESDM di Jakarta, Senin (19/8).

Pasalnya, produksi minyak Indonesia diketahui terus menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan catatan Validnews, lifting minyak sepanjang 2023 hanya mencapai 605 ribu barel per hari (BOPD) atau jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN sebesar 660 ribu BOPD. 

Setahun sebelumnya, industri hulu migas RI hanya mencatat produksi minyak di kisaran 612 ribu BOPD

Karena itu, Bahlil meminta Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati agar membicarakan lebih lanjut mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan guna mendongkrak produksi minyak nasional.

"Jadi Bu Dirut Pertamina, ini kita harus bicara detail karena lifting kita turun terus, konsumsi naik, impor terus, padahal barang (minyak.red) kita ada," imbuhnya.

Baca Juga: Maksimalkan Program Jargas, Pemerintah Siapkan Subsidi Gas Hulu

Perbaikan-perbaikan, jelas Bahlil, harus segera dilakukan. Utamanya dari aspek regulasi supaya daya tarik investasi sektor migas Indonesia bisa meningkat.

"Kalau memang persoalannya di regulasi, apa yang harus kita ubah, sweetener apa yang harus negara berikan, supaya kita bisa kompetitif gitu," lanjut Bahlil.

Tak hanya pada sumber daya minyak, perhatian Bahlil juga tak luput dari impor LPG yang sudah terlalu banyak. Presiden Jokowi maupun Presiden Terpilih Prabowo Subianto pun sudah memerintahkannya untuk menggenjot produksi LPG.

"Pak Dwi Soetjipto (Kepala SKK Migas), saya minta betul data untuk menindaklanjuti apa yang disampaikan Pak Arifin Tasrif terhadap impor gas kita yang sudah terlalu banyak, C3 dan C4 (propana dan butana) di mana saja. Arahan Pak Presiden Prabowo dan Jokowi itu segera kita bangun hilirisasi LPG," kata dia.

Jadi, dia meminta Pertamina bukan hanya mengurus masalah anjloknya lifting minyak, tetapi juga soal impor LPG yang semakin membengkak. Persoalan itu, sambungnya, menjadi fokus kerja dalam dua bulan ke depan sebelum Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Presiden RI.

"Nanti Dirut Pertamina, jangan sampai harga LPG dalam negeri itu lebih murah banyak sekali daripada impor. Jadi Pertamina nanti kita duduk bareng, jangan selisih harga US$50-US$60, itu berarti memberikan peluang impor masuk banyak," tutur Bahlil.

Sebagai informasi, Kementerian ESDM mencatat kebutuhan LPG di dalam negeri mencapai 8 juta ton per tahun. Sementara itu, produksi dalam negeri hanya sebesar 1,2 juta ton per tahun. Dengan demikian, Indonesia masih perlu mengimpor 6,7 juta ton untuk menambal kebutuhan.

Tantangan Penurunan Produksi
Pada kesempatan yang sama, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengakui saat ini industri hulu migas tengah menghadapi tantangan penurunan produksi yang terus terjadi setiap tahun.

Oleh karena itu, Menteri Bahlil disebutnya punya tantangan yang besar guna mengangkat lifting minyak. Sedangkan untuk gas bumi, dia mengatakan produksinya saat ini sudah semakin membaik sehingga mampu menopang produksi migas secara keseluruhan.

Baca Juga: Jadi Kado Kemerdekaan, Produksi Migas RI Tembus 1,87 Juta BOEPD

"Saat gas sudah cukup bagus meningkat sehingga barrel of oil equivalent per day (BOEPD)-nya mulai meningkat, tetapi khusus minyak masih sangat struggle untuk kita bisa meningkat," ucap dia.

Karena itu, Dwi berkomitmen untuk menjalankan arahan dari Menteri Bahlil, khususnya mengenai optimalisasi sumur-sumur atau wilayah kerja yang potensial namun selama ini tidak diusahakan oleh KKKS (idle).

"Tentu di Pertamina kita masih melihat idle field yang bisa kita kembangkan. Nanti kita akan lebih concern dan beliau sudah menekankan pada Pertamina agar lebih agresif dalam pengelolaannya," pungkas Dwi Soetjipto.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar