14 Desember 2022
12:10 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Kemampuan produk makanan dan minuman Indonesia meraup transaksi potensial sebesar US$15,32 juta, atau sekitar Rp241 miliar di pameran Food Africa ke-7, menunjukkan nilai tambah dan daya saing untuk dapat diterima di pasar Mesir, Afrika, serta Timur Tengah.
Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Merry Maryati menjelaskan, potensi nilai transaksi tahun ini lebih tinggi dibandingkan capaian pada Food Africa 2021 lalu yang tercatat sebesar US$13,6 juta.
Dia menjelaskan, pameran yang diselenggarakan pada 5–7 Desember 2022 di Egypt International Exhibitions Center (EIEC), Kairo, Mesir, ini diikuti 11 pelaku usaha Indonesia di sektor mamin dan produk turunan agro.
Menurutnya, produk mamin Indonesia yang ditampilkan melalui Paviliun Indonesia pada Food Africa 2022 diminati buyer dari berbagai negara, antara lain Mesir, Yaman, Libanon, Rusia, Burundi, Palestina, Yordania, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Libya, Turki, dan Italia.
Partisipasi Indonesia pada Food Africa setiap tahunnya sekaligus ikut memperkuat hubungan antara Indonesia dan Mesir.
Keikutsertaan Indonesia pada Food Africa 2022 bertujuan untuk memperkenalkan dan mendorong ekspor rempah dan bumbu masakan Indonesia melalui program 'Indonesia Spice Up the World'. Partisipasi Kemendag pada pameran Food Africa sekaligus bentuk komitmen dan realisasi gastrodiplomasi Indonesia.
“Sejalan dengan program pengembangan ekspor produk primer, yang menjadi salah satu kontributor utama terhadap kinerja ekspor nonmigas keseluruhan," katanya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Selasa (13/12).
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi mengatakan, keikutsertaan Indonesia pada perhelatan ini merupakan implementasi arahan presiden untuk memperluas pangsa ekspor ke pasar nontradisional.
"Selain mamin dan produk turunan agro, Kementerian Perdagangan juga terus mengupayakan agar komoditas lokal lainnya bisa masuk ke pasar-pasar nontradisional. Pameran ini juga diharapkan dapat meningkatkan ekspor nonmigas," katanya.
Didi menyampaikan, kehadiran Paviliun Indonesia pada Food Africa 2022 adalah upaya penetrasi produk mamin Indonesia ke pasar Afrika dan Timur Tengah, terutama Mesir.
Nilai transaksi diproyeksikan masih akan bertambah seiring upaya negosiasi lanjutan yang dilakukan peserta usai pameran berlangsung.
Kemendag juga mengapresiasi kerja keras para eksportir Indonesia yang mempromosikan produk-produknya kepada para buyer di Food Africa 2022.
“Transaksi potensial yang diraih di pameran tersebut tidak hanya akan mendorong peningkatan ekspor nasional ke Mesir, tetapi juga emerging markets lainnya di Kawasan Teluk, Timur Tengah, dan Afrika," ungkap Didi.
Adapun 11 pelaku usaha yang menempati Paviliun Indonesia seluas 54 meter persegi yaitu PT Mandala Prima Makmur, AK Goldenesia, PT Chita Agri Indonesia, PT Internasional Niaga Globalindo, Nusako, PT Sumber Kopi Prima, PT Mayora, PT Selaras Rasakoe Indonesia, PT Alam Scientia Asia, PT Ikafood Putramas, dan PT Sasa Inti.
Sedangkan, produk-produk yang dipamerkan berupa biji kopi, kopi instan, cokelat bubuk, minyak sawit (palm olein), mentega putih (shortening), pengganti minyak kakao (cocoa butter substitute/CBS), teh dauh kelor (moringa), kelapa kering (dessicated coconut), rempah-rempah, bumbu masakan, jagung pakan ternak, serta alat pengolah limbah makanan.
Pasar Potensial
Didi menjelaskan, Food Africa merupakan salah satu pameran dagang terbesar di Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Kesuksesan Paviliun Indonesia pada Food Africa 2022 merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Direktorat Jenderal PEN dengan KBRI Kairo. Saya berterima kasih dan mengapresiasi kepada pimpinan beserta jajarannya di negara akreditasi setempat atas kerja sama dan dukungannya," imbuh Didi.
Duta Besar RI di Kairo Lutfi Rauf menambahkan, Mesir merupakan salah satu negara yang mampu bertahan di tengah hempasan gelombang pandemi covid-19. Karena itu, sektor perdagangan dan roda perekonomian dapat terus bergerak.
Pertumbuhan populasi yang cukup pesat juga mempengaruhi tingkat belanja masyarakat, terutama kebutuhan pangan dengan alokasi 30% dari pendapatan per keluarga.
Selain itu, Mesir merupakan hub atau pintu masuk perdagangan ke negara-negara lain di sekitarnya.
“Maka, tidak mengherankan jika pasar produk mamin dan komoditas olahan agro sangat potensial untuk dijajaki lebih optimal," jelas Lutfi.