c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

17 Maret 2025

14:07 WIB

PT GNI Terancam Tutup, Danantara Bisa Jadi Penyelamat?

PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) memiliki lebih dari 12 ribu tenaga kerja, investasi sebesar US$3 miliar, serta input bijih nikel 21,6 juta ton.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">PT GNI Terancam Tutup, Danantara Bisa Jadi Penyelamat?</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">PT GNI Terancam Tutup, Danantara Bisa Jadi Penyelamat?</p>

Para pekerja Indonesia di PT Gunbuster Nickel Industry. Dok PT GNI 

JAKARTA - Center of Economic and Law Studies (Celios) menyebut, ancaman penutupan sebuah smelter nikel milik Tiongkok di Sulawesi Tengah, PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), berpotensi mengguncang produksi nikel nasional dan mengganggu stabilitas ekonomi regional. 

Pasalnya, PT GNI memegang peran krusial dalam rantai industri nikel Indonesia dengan lebih dari 12 ribu tenaga kerja, investasi sebesar US$3 miliar, serta input bijih nikel 21,6 juta ton.

Potensi kebangkrutan perusahaan induk menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya ribuan lapangan kerja, risiko lingkungan, dan menurunnya kepercayaan investor asing terhadap stabilitas investasi di Indonesia.

Namun di tengah krisis ini, Celios mengungkapkan terbuka peluang strategis untuk mereformasi sektor nikel, memperkuat kedaulatan nasional atas sumber daya mineral strategis, serta mendorong partisipasi lebih besar dari entitas domestik, seperti Danantara dalam memastikan keberlanjutan industri nikel nasional.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menjelaskan, nikel merupakan elemen strategis dalam ekonomi global, khususnya sebagai komponen utama baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi terbarukan. 

"Dengan cadangan yang melimpah, Indonesia memainkan peran sentral dalam transisi energi global. Namun, krisis yang melanda PT GNI menyoroti kerentanan akibat tingginya ketergantungan pada investasi asing dalam sektor strategis," kata Bhima dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin (17/3).

Info saja, melansir Bloomberg, PT GNI dilaporkan telah memangkas produksi dan hampir tutup total, hanya beberapa bulan setelah bangkrutnya perusahaan induknya di China.

PT Gunbuster Nickel Industry yang berafiliasi dengan raksasa baja tahan karat Jiangsu Delong Nickel Industry Co yang bangkrut, menunda pembayaran kepada pemasok energi lokal dan tidak dapat memperoleh bijih nikel. Pabrik peleburan tersebut kemungkinan akan segera menghentikan produksi jika situasi terus berlanjut

Oleh karena itu, Bhima mengungkapkan, perlu pendekatan proaktif untuk memastikan pengelolaan sumber daya nasional yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang dan keberlanjutan. 

Menurutnya, akuisisi strategis PT GNI oleh BPI Danantara sebagai instrumen dana kekayaan negara, dapat menjamin kesinambungan operasional, menjaga stabilitas tenaga kerja, dan memperkuat daya saing Indonesia dalam rantai pasokan nikel global.

Baca Juga: Sukseskan Agenda Hilirisasi, Pengamat Dorong Danantara Akuisisi Saham PT GNI

Lebih lanjut, keterlibatan Danantara dalam akuisisi PT GNI bukan sekadar upaya penyelamatan, melainkan langkah strategis untuk mengamankan rantai pasokan nikel nasional. Dalam dinamika global, di mana nikel menjadi komoditas krusial industri baterai dan kendaraan listrik, penguasaan atas aset-aset ini sangat penting bagi Indonesia. 

"Akuisisi ini tidak hanya memastikan bahwa nilai tambah dari sumber daya alam kita tetap berada di dalam negeri, tetapi juga memperkuat daya tawar Indonesia di pasar internasional," terangnya.

Integrasi produksi PT GNI ke dalam ekosistem manufaktur baterai domestik krusial untuk memperkuat rantai pasokan nasional dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, sekaligus mendorong hilirisasi industri nikel Indonesia.

Direktur China-Indonesia Desk Celios Muhammad Zulfikar Rakhmat menekankan, integrasi tersebut tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan baterai global, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. 

"Lebih dari sekadar meningkatkan produksi baterai domestik, langkah ini bertujuan membangun ekosistem industri yang berkelanjutan. Di tengah melemahnya permintaan nikel dari Tiongkok, diversifikasi pasar menjadi krusial," ujar Zulfikar.

Ia menilai, dengan memperkuat rantai nilai dalam negeri dan memperluas tujuan ekspor, maka Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk nikelnya, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. 

Selain itu, lanjut dia, strategi ini juga membuka peluang untuk memperdalam kerja sama industri dengan mitra internasional, khususnya dalam pengembangan teknologi baterai.

Investasi Berkelanjutan
Di sisi lain, peneliti Celios Yeta Purnama mengatakan, penerapan standar lingkungan dan tenaga kerja yang ketat sangat penting untuk meningkatkan reputasi Indonesia sebagai destinasi investasi berkelanjutan.

Yeta menegaskan, pemerintah harus berfokus tidak hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga pada dimensi lingkungan dan sosial dalam pengelolaan PT GNI. 

Baca Juga: Danantara Dan Peluang Percepatan Transisi Energi Indonesia

Menurutnya, operasi PT GNI ke depan harus mematuhi standar lingkungan dan ketenagakerjaan yang ketat. Tak sekadar kepatuhan regulasi, tetapi sebagai upaya membangun industri nikel yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. 

"Dengan memastikan praktik pertambangan yang ramah lingkungan serta kondisi kerja yang layak, Indonesia dapat meningkatkan citra industrinya di tingkat global dan menarik investasi yang lebih berkualitas," sebut Yeta.

Diversifikasi sumber investasi dan renegosiasi kebijakan ekspor mineral sangat penting untuk memastikan kemitraan masa depan selaras dengan kepentingan nasional. 

Peran Danantara sangat penting dalam menstabilkan industri nikel. Dengan demikian, dia berharap, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam ekonomi hijau dan transisi energi berkelanjutan. 

"Respons yang tegas, proaktif, dan terukur tidak hanya dapat mengubah krisis ini menjadi peluang, tetapi juga membangun industri nikel yang lebih tangguh, berkelanjutan, dan berdaya saing global," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar