c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 Agustus 2022

15:00 WIB

Potensi Besar, Kemenperin Terus Pacu Kinerja Industri Pangan Nasional

Lima komoditas ekspor dari industri pangan Indonesia adalah minyak kelapa sawit, bungkil sawit, margarin, minyak kelapa, dan udang beku.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Potensi Besar, Kemenperin Terus Pacu Kinerja Industri Pangan Nasional
Potensi Besar, Kemenperin Terus Pacu Kinerja Industri Pangan Nasional
Truk trailer melintas di lapangan penumpukan kontainer di PT Terminal Petikemas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (16/8/2022). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

JAKARTA – Pemerintah terus menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang merata untuk semua orang, baik di tingkat nasional maupun daerah. Penjaminan ini sesuai dengan amanat undang-undang 18/2012 tentang Pangan.

“Oleh karena itu, industri pangan berperan penting guna mencapai sasaran tersebut. Selama ini, sektor industri pangan telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (23/8).

Ia menyebutkan, subsektor industri pangan menyokong sebesar 38,38% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada kuartal II/2022. Selain itu, subsektor industri pangan turut berandil besar pada capaian nilai ekspor nasional, dengan menembus angka US$21,35 miliar.

“Data tersebut menunjukkan kinerja sektor industri pangan sudah cukup baik, yang juga telah mampu memberikan surplus neraca perdagangan sebesar US$12,95 miliar,” ungkapnya. 

Lima komoditas ekspor dari industri pangan Indonesia adalah minyak kelapa sawit, bungkil sawit, margarin, minyak kelapa, dan udang beku.

Berikutnya, industri pangan merupakan subsektor yang menempati peringkat kedua dalam memberikan kontribusi terbesar terhadap investasi industri nonmigas pada kuartal II/2022, dengan capaian Rp22,42 triliun. 

Menperin bilang, peningkatan kinerja industri khususnya pada subsektor pangan patut semua pihak syukuri, perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi, “Dengan tetap mewaspadai di tengah adanya ancaman krisis pangan dunia,” imbuhnya.

Adapun investasi terbesar di sektor pangan, antara lain meliputi industri roti, tepung dan kelapa sawit. Untuk penyerapan tenaga kerja, jumlah pekerja di sektor industri pangan sebanyak 5,21 juta orang.

Jumlah serapan pekerja itu berkontribusi setara 20,87% dari total tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas yang mencapai 18,64 juta orang. Sementara itu, untuk subsektor IKM pangan terdapat 1,68 juta unit usaha yang memberikan kontribusi sebesar 1,33% terhadap PDB nasional pada kuartal II/2022. 

“Semua provinsi di Indonesia memiliki sentra IKM pangan, dengan jumlah keseluruhan mencapai 4.107 sentra IKM dengan total 155.605 unit usaha, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 431.830 orang,” tutur Agus.

Untuk pengembangan dan peningkatan daya saing IKM pangan, Kemenperin telah menjalankan berbagai program melalui pendekatan sentra IKM. Pada sentra IKM, para pelaku IKM di dalamnya memiliki kesamaan kebutuhan bahan baku, karakteristik proses produksi, hingga kebutuhan sumber daya manusia.

“Maka bentuk intervensi yang dilakukan pemerintah akan memberi dampak lebih signifikan, pada para pelaku IKM yang terhubung dengan sentra IKM tersebut,” paparnya.

Hal itu membentuk ekosistem sentra IKM yang terdiri dari para pelaku IKM, sektor hulu, pemasaran dan juga pengurus di lokasi sentra tersebut. 

“Dengan memperhatikan karakteristik dari bahan baku yang ada, intervensi yang dilakukan Kemenperin meliputi penguatan kelembagaan sentra IKM dan pemetaan lokasi sentra IKM,” ujar Agus.

Dukungan Teknis Sentra IKM
Lebih lanjut, Kemenperin juga melakukan dukungan teknis pengembangan sentra IKM melalui upaya pemanfaatan teknologi. Untuk kesiapan bahan baku, branding hilirisasi produk, manajemen usaha IKM, sistem mutu, teknis produksi, kemasan dan traceability, termasuk dukungan industri 4.0 di sentra IKM. 

“Kami juga memfasilitasi perluasan akses pasar melalui link and match dengan mempertemukan pelaku IKM dengan eksportir, industri besar, retail maupun Horeka,” tandasnya.

Ia menegaskan, dalam menjalankan upaya-upaya tersebut, perlu ada sinergi dengan lembaga litbang, perguruan tinggi, asosiasi industri dan para pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan keberhasilan dari jaminan mutu produk dan akses pasar.

Secara khusus di 2022, beberapa program kegiatan yang telah dilakukan oleh Ditjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) dalam upaya pengembangan sentra IKM berbasis bahan pangan lokal, di antaranya adalah peningkatan nilai tambah komoditas bahan pangan lokal pada sentra penghasil.

Selanjutnya, bimbingan, pendampingan dan sertifikasi HACCP terhadap empat pelaku IKM penghasil tepung mocaf dan tepung porang. Ada juga pendampingan teknis dan bisnis dari tenaga ahli, pengembangan jaringan (bahan baku dan pasar), serta sertifikasi sistem keamanan pangan terhadap delapan IKM.

Dirjen IKMA Kemenperin Reni Yanita memaparkan, pihaknya juga telah melakukan promosi dalam rangka peningkatan pasar melalui pameran dalam negeri, marketplace lokal dan global, kemudian peningkatan teknologi dan kapasitas produksi melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan, serta kemitraan IKM pangan binaandengan hotel, restoran dan kafe (Horeka).

Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan, terdapat tujuh komoditas utama yang menjadi bahan baku industri pangan, yaitu tepung terigu, gula, jagung, perikanan, minyak goreng, daging unggas, daging sapi, dan beras. “Saat ini, secara stok masih aman,” ungkap Putu.

Untuk diversifikasi produk olahan pangan, Indonesia memiliki keragaman hayati, antara lain potensi tepung singkong, porang, sorgum, sagu, ganyong, hanjeli, hotong, pisang, sukun, talas, ubi jalar, dan lainnya. “Contohnya tepung porang menjadi mi dan beras shirataki,” ujar Putu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar