c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

06 Agustus 2024

19:39 WIB

PLTP Co-Generation Jadi Jurus Pemerintah Optimalkan Pembangkit Geothermal

Proyek PLTP Co-Generation bakal dijalankan dengan skema kemitraan antara PGE dan PLN dengan membentuk Joint Venture.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>PLTP Co-Generation Jadi Jurus Pemerintah Optimalkan Pembangkit Geothermal</p>
<p>PLTP Co-Generation Jadi Jurus Pemerintah Optimalkan Pembangkit Geothermal</p>

Foto udara uji produksi sumur (Discharge Well) di PLTP Wayang Windu Star Energy Geothermal di Desa Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong optimalisasi pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik.

Salah satu yang tengah dikembangkan, ialah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Co-Generation. Proyek tersebut bakal mengoptimasi kapasitas pada lapangan yang telah beroperasi secara komersial.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan skema pengusahaan yang digunakan pada proyek tersebut ialah kerja sama atau kemitraan antara PGE dengan PT PLN melalui PLN Indonesia Power dengan membentuk Joint Venture (JV).

Adapun potensi proyek Co-Generation itu berada pada Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kamojang, Sibayak, dan Sungai Penuh.

"Untuk geothermal ini ada juga yang Co-Generation, ditambahkan dari eksisting. Sudah ada target-targetnya dari 2027-2029 untuk COD (Commercial Operation Date)," jelas Arifin di Jakarta, Selasa (6/8).

Baca Juga: Optimalisasi Geothermal Dorong Perekonomian Di 3T

Pada 30 Mei 2024 lalu, PLTP Co-Generation telah mencapai fase penandatanganan Joint Development Agreement (JDA), yang salah satunya terfokus pada proyek PLTP Ulubelu Bottoming Unit yang pengembangannya direncanakan berkapasitas 30 MW.

Tak hanya itu, PLTP Lahendong Bottoming Unit juga menjadi fokus pada JDA itu dengan rencana pengembangan sebesar 15 MW. Menteri Arifin menargetkan proyek Co-Generation pada kedua PLTU itu bisa COD tahun 2027 mendatang.

Sementara untuk PLTP yang diusahakan oleh PGE, yakni PLTP Kamojang, Ulubelu, Karaha, Lahendong, dan Lumut Balai, terdapat potensi optimalisasi mencapai 1.081 GWh.

"Nilai ini diperoleh dari sisa total kapasitas pembangkitan netto sebesar 5.528 GWh dikurangi dengan kapasitas penyaluran ke PT PLN sebesar 4.447 GWh," terangnya.

Kemudian pada PLTP yang diusahakan PT Geo Dipa Energi, yakni PLTP Dieng dan Patuha, terdapat potensi optimalisasi sebesar 134 GWh. Selanjutnya, PLTP SMGP dan PLTP Sokoria sebesar 365,8 GWh.

"Lalu Star Energy Group (PLTP Salak, PLTP Darajat, dan PLTP Wayang Windu) sebesar 494,8 GWh, dan PLTP Sarulla yang dioperasikan Sarulla Operations sebesar 24 GWh," kata dia.

Baca Juga: Pertamina Pakai Tiga Teknologi Kembangkan Sumber Panas Bumi

Eks-Direktur Utama PT Pupuk Indonesia itu pun menerangkan optimalisasi PLTP tak hanya dilakukan lewat proyek Co-Generation, tetapi juga lewat minimalisasi curtailment pada sistem Sulawesi Utara-Gorontalo (SulutGo).

Arifin menerangkan saat ini terdapat beberapa kendala pada sistem ketenagalistrikan dengan sumber panas bumi, salah satunya pada sistem SulutGo, dimana terdapat ketidakseimbangan antara penyediaan tenaga listrik dengan pertumbuhan demand.

"Kondisi itu menjadikan status ketenagalistrikan menjadi over capacity," jelasnya.

Di lain sisi, dirinya menjelaskan ada kemungkinan penerapan shutdown secara bergantian untuk pembangkit berbasis fosil, dengan tetap mempertimbangkan efisiensi selisih harga pembangkitan dari PLTU dan PLTP.

"Maka dari itu, diperlukan ekspansi jaringan transmisi dan distribusi PLN untuk memaksimalkan pemanfaatan panas bumi dalam memenuhi captive power tambang dan industri di Sulawesi," tegas Arifin Tasrif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar