22 Mei 2024
15:28 WIB
PLN EPI Siap Jadi Pembeli Besar Gas Alam Nasional
Siap menjadi offtaker, PLN EPI tertarik bekerja sama untuk melakukan investasi bersama pada pembangunan pipa transmisi gas dari Lapangan Andaman hingga Pulau Jawa
Direktur Gas dan BBM PLN EPI Rakhmad Dewanto saat berbicara pada Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition 2024. dok.PLN EPI,
JAKARTA - PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menyatakan ini siap menjadi salah satu offtaker (pembeli) besar dari produksi gas alam dalam negeri. Terlebih, PLN saat ini mempunyai skema Accelerated Renewable Development di mana kebutuhan gas untuk pembangkit menjadi salah satu backbone kelistrikan di masa transisi ini.
“PLN EPI sangat mendukung dan siap menjadi offtaker untuk pengembangan lapangan migas Indonesia," kata Direktur Gas dan BBM PLN EPI Rakhmad Dewanto dalam keterangan di Jakarta, Rabu (22/5).
Dia mengatakan, pihaknya mendukung penuh langkah pemerintah serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas untuk bisa meningkatkan produksi gas. Hal ini mengingat pertumbuhan kebutuhan gas oleh pembangkit untuk mendukung konsumsi listrik pada masa transisi energi.
Rakhmad Dewanto menjelaskan, total kebutuhan gas untuk pembangkit listrik saat ini hingga 2040 mendatang akan terus tumbuh. Hal ini dikarenakan pembangkit gas merupakan energi transisi yang lebih rendah emisi untuk menyongsong target Net Zero Emission (NZE).
Rakhmad merinci pada tahun ini saja misalnya, kebutuhan gas pembangkit mencapai 1.213 MMBTU. Sedangkan tahun depan bisa mencapai 1.706 MMBTU jika konsumsi listrik tumbuh dengan signifikan. Tahun ini, setidaknya PLN EPI telah memetakan potensi sumber gas seperti 532 MMSCFD dari gas pipa terkontrak, 488 MMSCFD gas pipa yang potensial untuk diserap. Sedangkan untuk LNG, 115 BBTUD berasal dari Bontang.
Saat ini, kata Rakhmad PLN juga mendukung penuh pengembangan Blok Andaman. Sebab Blok Andaman merupakan lapangan dengan potensial gas yang besar dan bisa memenuhi kebutuhan gas untuk pembangkit PLN.
"Untuk memanfaatkan potensi gas Lapangan Andaman, PLN siap untuk berkolaborasi dalam penyediaan infrastruktur pipa gas untuk memastikan bahwa produksi dari lapangan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kebutuhan dalam negeri," tutur Rakhmad.
Rakhmad menyebutkan, kebutuhan gas dalam negeri pada 2031 mencapai 300 BBTUD. Dengan peta sebaran pembangkit gas yang berada di Jawa dan Sumatra, PLN siap berkolaborasi dalam pembangunan ruas-ruas pipa.
"PLN EPI tertarik bekerja sama untuk melakukan investasi bersama pada pembangunan pipa transmisi gas dari Lapangan Andaman hingga Pulau Jawa," imbuhnya.
Dengan pemanfaatan ruas pipa yang ada, perlu ada tambahan investasi sebesar US$1,26 miliar untuk menghubungkan dan memperluas kapasitas Sumatera dan Jawa, dengan panjang ruas pipa sepanjang 513 kilometer.
Menurut dia, meningkatnya kebutuhan gas untuk LNG memang hampir dipastikan akan terjadi. Selain karena ada penurunan dari sisi hulu, ke depan pembangkit listrik yang membutuhkan gas juga bertambah dengan adanya program gasifikasi pembangkit listrik.
Agresivitas PLN mencari alokasi gas memang wajar lantaran dalam proyeksi yang disusun PLN ada peningkatan kebutuhan LNG pada tahun mendatang. Tahun ini saja, porsi penggunaan LNG dari keseluruhan penyerapan gas PLN mencapai 53% dan akan terus meningkat hingga 68% pada tahun 2030.
Prospek Cerah
Sebelumnya, Penasihat Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengatakan, bisnis gas alam cair (LNG) di Indonesia ke depannya memiliki prospek yang baik.
“Permintaan (LNG) ke depannya terus meningkat. Jadi, enggak khawatir lah untuk LNG ke depan,” ujar Nanang ketika ditemui setelah menghadiri acara Indonesia Petroleum Association Conference and Exhibition (IPA Convex) 2024 di Tangerang, Banten, Kamis (16/5).
Nanang menjelaskan, LNG merupakan salah satu alternatif untuk para pelaku industri yang kesulitan mendapatkan gas alam untuk proses produksinya. Terkadang, kata Nanang, posisi antara sumber gas alam dengan lokasi industri terpisah oleh jarak yang jauh.
“Misalkan, market ada di Jawa Barat, sumbernya ada di Tangguh (Papua Barat). Kalau pasang pipa kan enggak mungkin sama sekali,” tutur Nanang.
Oleh karena itu yang menjadi alternatif bagi para pelaku industri adalah LNG, lantaran tidak terbatas pada keberadaan infrastruktur pengiriman gas, seperti pipa. Pupuk dan PLN, kata dia, merupakan industri domestik yang banyak memerlukan gas.
Selain untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri, Nanang juga mengatakan, LNG bisa dikirim ke negara-negara lain, seperti Jepang, Korea, China. “Dan permintaan mereka (Jepang, Korea, China) juga terus meningkat. Mereka sudah bilang kebutuhan gas lebih besar lagi,” kata Nanang.
Apabila infrastruktur berupa pipa penyalur gas sudah membaik, Nanang mengatakan Indonesia bisa memfokuskan LNG-nya untuk diekspor. “Kita harus tingkatkan kapasitas (produksi LNG),” serunya.
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama sendiri menyatakan, pihaknya akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan gas bumi seluruh segmen pelanggan dengan menyediakan solusi LNG. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain memanfaatkan alokasi pasokan LNG yang dicanangkan oleh SKK Migas dan akan meluncurkan sejumlah kargo LNG pada Mei 2024.
Rachmat menambahkan, peran PGN sebagai penyalur volume gas bumi pun mematuhi ketetapan pemerintah, yakni Kepmen No 91 Tahun 2023 dan kontrak dengan pemasok.