c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Juni 2025

14:30 WIB

PGEO Catat Produksi Listrik 4.827,22  GWh Sepanjang 2024

Produksi listrik PGEO di 2024 naik tipis 1,96% jika dibanding produksi listrik tahun sebelumnya. 

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">PGEO Catat Produksi Listrik 4.827,22&nbsp; GWh Sepanjang 2024</p>
<p id="isPasted">PGEO Catat Produksi Listrik 4.827,22&nbsp; GWh Sepanjang 2024</p>

Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021). AntaraFoto/Indrianto Eko Suwarso.

JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mencatat produksi listrik periode 2024 di angka 4.827,22 gigawatt hour (GWh) atau naik tipis 1,96% jika dibanding produksi listrik tahun sebelumnya.

Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio lewat keterangan tertulisnya memaparkan sepanjang 2024 lalu, perseroan berhasil mendongkrak produksi di berbagai wilayah kelolaan. Termasuk PLTP Kamojang yang meningkat 5,36% secara tahunan, Lahendong 0,40%, serta produksi di Lumut Balai yang naik sebesar 2,72% dibanding tahun 2023.

"Pencapaian ini mencerminkan kinerja operasional Perseroan yang stabil dan efisien," kata dia, Rabu (4/6).

Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Julfi Hadi menekankan pihaknya secara masif akan terus melakukan ekspansi guna merealisasikan target kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2-3 tahun yang akan datang.

Baca Juga: Laba PGEO Tahun 2024 Turun Tipis 1,89%

"Upaya ini kami lakukan dalam mendukung agenda transformasi bauran energi nasional dengan meningkatkan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 76% pada periode 2025–2034," tandasnya.

Sekadar informasi, PGEO saat ini mengelola PLTP dengan total kapasitas terpasang di kisaran 1,88 GW yang terdiri dari 672 MW kelolaan mandiri dan 1,2 GW bersama mitra.

Julfi optimis bisa meningkatkan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam dua tahun ke depan, dan mencapa 1,7 GW tahun 2033. Di samping itu, PGEO juga membidik proyek Lumut Balai Unit 2 bisa beroperasi pada pertengahan 2025 ini.

"Proyek ini akan memperkuat portofolio energi hijau dan menjadi sinyal optimistis PGE untuk mendorong peningkatan operasional dan kinerja keuangan sepanjang tahun 2025," pungkas Julfi Hadi.

Sebagai informasi, PGEO membukukan laba bersih sepanjang tahun 2024 lalu di kisaran US$160,49 juta atau setara Rp2,61 triliun dengan asumsi kurs Rp16.310 per dolar AS.

Mengutip laporan keuangan yang dipublikasikan, emiten panas bumi pelat merah berkode saham PGEO itu mengalami penurunan tipis sekitar 1,89% jika dibanding laba bersih tahun 2023 yang kala itu mencapai US$163,59 juta atau sekitar Rp2,66 triliun dengan asumsi kurs yang sama.

Sementara itu, pendapatan PGEO pada tahun 2024 lalu mengalami kenaikan tipis 0,20% dari US$406,28 juta menjadi sekitar US$407,12 juta. Di lain sisi, terdapat pula kenaikan dari aspek beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya dari US$158,35 juta tahun 2023 menjadi US$164,88 juta di 2024 lalu.

Baca Juga: Pertamina–Sinopec Jalin Kerja Sama Di Sektor Geothermal

Yurizki mengungkapkan sekalipun ada penurunan laba bersih, kondisi keuangan perseroan saat ini masih tergolong sehat.

Bahkan, PGEO yang merupakan bagian dari Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) PT Pertamina itu mampu membagikan dividen sebesar US$136,4 juta dan penyisihan laba ditahan sebesar US$24 juta.

"Performa keuangan dan operasional yang positif itu menegaskan keberhasilan penerapan strategi bisnis berkelanjutan dalam mendorong pengembangan panas bumi di Indonesia yang bermanfaat bagi masyarakat luas," terang Yurizki.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar