26 Mei 2025
12:06 WIB
Pesan Jeffrey Sachs Ke Indonesia: Didik Generasi Muda, Investasi Akan Datang
Jeffrey Sachs meminta Indonesia memastikan kaum muda terlatih dengan baik untuk ekonomi hijau dan digital. Investasi diyakini akan datang kemudian.
Penulis: Fin Harini
Pernyataan Bersama dari UN Global Compact dibacakan oleh Ketua Inisiatif Global PBB SDSN di Asia Tenggara Cherie Nursalim (kiri) dan anggota UN Global Compact Zhao Dong di Jakarta, Minggu (25/5/2025). Antara/Cindy Frishanti
JAKARTA - Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN Sustainable Development Solutions Network/UN SDSN) Jeffrey Sachs mendesak Indonesia untuk mendidik generasi mudanya dengan baik.
“Tolong didik setiap anak Indonesia dengan kualitas tinggi. Pastikan bahwa kaum muda di Indonesia terlatih dengan baik untuk ekonomi hijau dan digital,” kata Sachs, dilansir dari Antara.
Hal itu diungkapkan Sachs dalam forum bisnis internasional “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals” yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum Sustainable Development di Jakarta pada Minggu (26/5).
Sachs, yang juga seorang ekonom dan analis kebijakan publik itu, menyebut generasi muda Indonesia, terutama tenaga kerja muda yang terampil, merupakan insentif terbesar dan terkuat Indonesia dalam menarik investasi.
Baca Juga: Percepat SDGs, Airlangga Dorong Komunitas Bisnis Berinvestasi Infrastruktur Berkelanjutan
Sachs berpendapat jika generasi muda Indonesia dididik dengan baik, modal atau investasi akan mengalir ke Indonesia dengan skala yang benar-benar transformatif.
“Tunjukkan kepada dunia bahwa Anda (Indonesia) terbuka, bahwa Anda memiliki masyarakat yang terampil, muda, berbasis sains, dan berwawasan ke depan, dan semua investasi yang dapat Anda impikan akan terwujud,” ujar Sachs.
Selain itu, Sachs menilai Indonesia membutuhkan bantuan untuk mentransformasi sektor energinya dan melindungi ekosistemnya. Dia juga menilai transformasi ke emisi nol bersih di Indonesia akan lebih terjangkau jika sistem energi ASEAN merupakan sistem energi terpadu.
Namun, kemampuan Indonesia untuk menjadi produsen kapasitas tenaga surya atau ekonomi hidrogen atau aplikasi AS atau kendaraan listrik, juga akan sepenuhnya bergantung pada integrasi Indonesia dengan China dalam rantai pasokan regional.
Pernyataan Bersama
Dalam forum bisnis internasional “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals”, Pakta Global PBB (UNGC) meluncurkan Pernyataan Bersama dan sembilan proyek kerja sama antara Indonesia dan China.
Pernyataan bersama dan proyek kerja sama tersebut diluncurkan dengan tujuan untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) antara Indonesia dan China.
“Belt and Road Initiative” (BRI) adalah proyek infrastruktur China yang bertujuan untuk meningkatkan perdagangan dan konektivitas dengan meningkatkan infrastruktur, termasuk jalan, rek kereta api, pelabuhan dan telekomunikasi di seluruh Asia, Eropa dan Afrika.
Dalam pernyataan bersama tersebut, kedua negara akan terus mendorong para pelaku bisnis di seluruh dunia untuk menanggapi seruan yang disampaikan dalam “Joint Committee of the Leaders Roundtable, the Second Belt and Road Forward for International Cooperation” yang diadopsi di Beijing pada 27 April 2019.
“Seruan ini menekankan bahwa semua pelaku pasar dalam kerja sama BRI harus memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan mereka dan mengikuti prinsip-prinsip United Nations Global Compact,” mengutip pernyataan bersama tersebut.
Baca Juga: Pemerintah Sebutkan Tantangan Dalam Komitmen Ekonomi Hijau
UNGC meyakini bahwa 10 prinsip UNGC memberikan panduan penting bagi para pelaku bisnis untuk mengintegrasikan tanggung jawab sosial ke dalam proyek-proyek infrastruktur BRI dan mendorong pertumbuhan ekonomi global yang hijau, inklusif, dan adil.
Selanjutnya, pernyataan itu sepenuhnya mendukung dan mendorong para pelaku bisnis di seluruh dunia untuk berpartisipasi aktif dalam proyek-proyek infrastruktur BRI dalam kerja sama, melampaui batas-batas negara, memperkuat kemitraan, dan bersama membangun infrastruktur yang hijau, inklusif dan berkelanjutan.
“Melalui inisiatif Infrastruktur Berkelanjutan untuk BRI guna mempercepat platform Aksi SDGs, kami berkomitmen untuk membina kolaborasi yang lebih mendalam di seluruh komunitas bisnis global dalam infrastruktur berkelanjutan dan mempercepat realisasi SDGs untuk kesejahteraan seluruh umat manusia,” menurut pernyataan tersebut.
UNGC juga mendukung pembentukan mekanisme jangka panjang untuk “Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals”, menjadikannya platform penting untuk mempromosikan inovasi kolaboratif dan meningkatkan kerja sama internasional di antara para pelaku bisnis.
“Kami mengajak komunitas bisnis global bersama-sama untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dalam ekonomi, lingkungan, dan masyarakat dunia, dan berkontribusi positif terhadap kemakmuran dan kemajuan global,” menurut pernyataan itu.
Forum bisnis internasional itu juga meluncurkan sembilan proyek kerja sama antara Indonesia dan China.
Proyek kerja sama tersebut adalah Jaringan Aksi Komunitas Korporat Indonesia China untuk mempercepat SDGs antara Huayou Cobalt, Indonesia Global Compact Network (IGCN), UN Indonesia dan UN China.
Kedua, kerjasama teknologi dan budaya memberikan dukungan bakat dan pemberdayaan teknologi untuk pembangunan berkelanjutan dari BRI antara Institut Teknologi Bandung (ITB), Central South University (CSU) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
Ketiga, inisiatif untuk Aliansi Berkelanjutan Tenaga Surya Global (GSSA) untuk mempercepat transisi energi dari JA Solar, Jinko Solar, Tongwei Co. Ltd., LONGi, dan GCL Group.
Proyek keempat yaitu inisiatif global pengobatan tradisional dunia dari ZAN Group.
Proyek kelima, pemberdayaan UKM untuk kehidupan yang lebih baik dan tidak meninggalkan siapa pun. Kesepakatan ini antara FinVolution dari China, AdaKami dari Indonesia dan JuanHand dari Filipina.
Proyek keenam, memberdayakan pendidikan melalui inovasi teknologi dari VIVO.
Proyek ketujuh yaitu membangun desa yang lebih baik di Indonesia dan negara-negara mitra BRI dari Tencent dan China Agricultural University.
Selanjutnya, proyek kedelapan yaitu meningkatkan rantai nilai yang bertanggung jawab lewat Peluncuran Sistem Penetapan Harga Logam yang Bertanggung Jawab oleh SMM China.
Proyek terakhir, yaitu menuju pembangunan ekosistem bisnis internasional yang bersih dan transparan antara YINGKE Law Firm dan peserta UNGC.