28 Oktober 2025
11:51 WIB
Perundingan AS-China Sentimen Utama Rupiah Menguat, Redam Isu MSCI
Pertemuan AS-China yang akan berunding di sektor perdagangan pada KTT APEC lanjut memperkuat rupiah secara terbatas. Adapun sentimen lain hadir via wait and see investor terkait penyesuaian MSCI.
Petugas menunjukkan uang rupiah di Kantor Cabang BNI Pasar Baru, Jakarta, Senin (27/10/2025). Antara Foto/Muhammad Adimaja
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan menguat terbatas seiring sentimen harapan perundingan dagang China dengan Amerika Serikat (AS).
"Rupiah berpotensi menguat terbatas atau cenderung datar terhadap dolar AS di tengah sentimen risk on oleh harapan perundingan dagang China-AS," katanya melansir Antara, Jakarta, Selasa (28/10).
Baca Juga: Perundingan China-AS dan Data Inflasi AS Perkuat Rupiah, Meski Terbatas
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa (28/10) di Jakarta, menguat sebesar 0,02% atau 3 poin, dari sebelumnya Rp16.621 menjadi Rp16.618 per dolar AS.
Bloomberg mencatat, dolar AS terpantau melemah sebesar 0,03% atau senilai 5 poin, sehingga rupiah ditransaksikan Rp16.616 per dolar AS pada pukul 10.58 WIB. Rupiah diperkirakan bergerak harian pada kisaran Rp16.611-16.628 per dolar AS.
Berdasarkan laporan Anadolu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio dan Menlu China Wang Yi melakukan pembicaraan telepon pada Senin (27/10), menjelang pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China berharap, agar kedua negara dapat bekerja ke arah yang sama, mempersiapkan interaksi tingkat tinggi, dan menciptakan kondisi bagi perkembangan hubungan bilateral.
Pembicaraan kedua menlu itu dilakukan ketika Trump dijadwalkan bertemu dengan Xi di Korea Selatan, menurut Gedung Putih. Kedua pemimpin tersebut akan mengunjungi Korea Selatan untuk menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) pada 31 Oktober-1 November 2025.
Mengutip Antara Beijing, Kemenlu China mengungkapkan kesepakatan dagang dengan AS masih membutuhkan persetujuan internal dari masing-masing negara.
Pada Minggu (26/10), Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan, pihaknya dan China telah menyepakati kerangka kerja kesepakatan perdagangan beberapa hari sebelum Trump dan Xi Jinping dijadwalkan bertemu.
Bessent mengatakan, kerangka kesepakatan itu akan menghapus ancaman pengenaan tarif 100% atas impor China mulai 1 November dan mencakup 'kesepakatan final' terkait penjualan TikTok di AS.
Baca Juga: IHSG Anjlok 2,94%! Isu MSCI Pukul Saham Konglomerat Dan Komoditas
China dan AS juga dilaporkan akan mengadakan perundingan dagang di Kuala Lumpur pada 25-26 Oktober 2026. Delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, sedangkan delegasi AS dipimpin Scott Bessent.
Bessent mengatakan, China akan 'menunda' kontrol ekspor mineral tanah jarang yang banyak digunakan dalam pembuatan jet tempur, ponsel, maupun kendaraan listrik selama satu tahun sebagai bagian dari kesepakatan.
Wakil Menteri Perdagangan China Li Chenggang yang menjadi negosiator China dalam perundingan tersebut mengungkapkan, kedua negara sudah mencapai 'konsensus awal' dan selanjutnya akan melalui proses persetujuan internal masing-masing.
Kementerian Perdagangan China menyebut, negosiasi tersebut termasuk soal kebijakan AS di bidang logistik maritim dan industri galangan kapal terhadap China, perpanjangan masa penangguhan tarif timbal balik, tarif fentanil, dan kerja sama penegakan hukum, perdagangan produk pertanian, serta pengendalian ekspor.
Investor Wait And See Kebijakan Free Float
Seiring adanya faktor positif terhadap rupiah dari global, sambung Lukman, investor tetap waspada dengan sentimen domestik yang berpotensi kembali terjadi sell-off ekuitas akibat kekhawatiran penurunan bobot beberapa saham Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Baca Juga: IHSG Anjlok Di Tengah Penyesuaian MSCI Pada Perhitungan Free Float
MSCI berencana menyesuaikan metodologi perhitungan free float khusus untuk konstituen saham Indonesia, dengan masukan dibuka hingga 31 Desember 2025 dan hasil diumumkan paling lambat 30 Januari 2026. Apabila disetujui, perubahan ini akan diterapkan pada review Mei 2026.
Selain itu, MSCI juga akan menerapkan pembulatan baru mulai Mei 2026, dengan aturan berbeda tergantung besarnya free float, di antaranya 25% dibulatkan ke 2,5% terdekat, 5-25% dibulatkan ke 0,5% terdekat, serta di bawah 5% dibulatkan ke 0,5% terdekat.
"(Beberapa bobot saham Indonesia yang menurun) diperkirakan BBCA, AMMN, BMRI, dan Telkom, tapi belum terkonfirmasi," ujar Lukman.