c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 April 2025

13:01 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Asia-Pasifik Tak Sampai 5%

Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tak sampai 5%, dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan pemerintah AS menaikkan tarif impor.  

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Rikando Somba

<p>Pertumbuhan Ekonomi Asia-Pasifik Tak Sampai 5%</p>
<p>Pertumbuhan Ekonomi Asia-Pasifik Tak Sampai 5%</p>

Seorang pria memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/ 2/2025). Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA - Ekonomi sebagian dunia sedang tak baik-baik saja. Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik, yang sedang berkembang, diproyeksikan tertinggi hanya mencapai 4,9%  pada 2025. Pertumbuhan ini menurun dibandingkan 2024 sebesar 5%. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memproyeksikan pertumbuhan ini, yang dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan pemerintah AS menaikkan tarif impor. 

Menurut Asian Development Outlook (ADO) April 2025 yang dirilis hari ini, pertumbuhan regional diperkirakan akan turun lebih lanjut menjadi 4,7% pada 2026. Inflasi diproyeksikan akan melandai menjadi 2,3% di tahun ini dan 2,2% tahun depan seiring terus menurunnya harga pangan dan energi global.

"Kenaikan tarif, ketidakpastian tentang kebijakan Amerika Serikat, dan kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan tantangan yang signifikan terhadap prospek ekonomi," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park di Jakarta, Rabu (9/4).

Albert mengatakan, ekonomi di kawasan Asia harus mempertahankan komitmen mereka untuk membuka perdagangan dan investasi, yang telah mendukung pertumbuhan dan ketahanan kawasan itu. 

Di sisi lain, diakuinya perekonomian Asia-Pasifik tidak terlalu melorot lantaran ada fundamen kuat.

"Berbagai perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang ditopang oleh fundamental yang kuat, sehingga menjadi landasan bagi ketangguhan di tengah lingkungan global yang menantang ini," ujarnya.

ADB melihat, adanya permintaan domestik yang solid dan permintaan global yang kuat untuk semikonduktor yang didorong oleh peningkatan kecerdasan buatan mendukung pertumbuhan, tetapi tarif dan ketidakpastian perdagangan menjadi kendala.


Pengaruh Tarif Tinggi
Perkiraan pertumbuhan disusun sebelum pengumuman tarif baru oleh Pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025, sehingga proyeksi dasar hanya mencerminkan tarif yang berlaku sebelumnya. Namun, ADO April 2025 menampilkan analisis tentang bagaimana tarif yang lebih tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan di Asia dan Pasifik.

ADB melihat, kenaikan tarif Amerika Serikat kian menimbulkan dampak negatif, selain masih adanya ketidakpastian kebijakan dan tindakan pembalasan dapat memperlambat perdagangan, investasi, dan pertumbuhan. Kemerosotan lebih lanjut pasar properti China, perekonomian terbesar kawasan ini, juga dapat menjadi penghambat pertumbuhan.

ADB memproyeksikan China akan tumbuh 4,7%  tahun ini dan 4,35% tahun depan, dibandingkan dengan 5% tahun lalu.

Baca juga: Setelah Sempat Trading Halt, IHSG Menghijau Hari Ini

Pertumbuhan lebih kuat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, yang didorong oleh permintaan domestik, dan berlanjutnya pemulihan pariwisata di bagian lain kawasan ini, akan mengimbangi sebagian perlambatan di China.

Sebaliknya, India justru  akan tumbuh 6,7% tahun ini dan 6,8%  tahun depan. Perekonomian di Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 4,7% tahun ini dan tahun depan.

Di Pasifik, pariwisata masih terus mendukung pertumbuhan, tetapi dengan laju lebih lambat. Pertumbuhannya tak lagi 4,2% seperti di tahun lalu. Kini, diperkirakan sebesar 3,9% tahun ini dan 3,6% pada tahun depan. 

Yakini Masih Solid
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memaparkan berbagai data yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih solid selama awal tahun 2025.

Di acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa, Purbaya menyampaikan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 5,3% year on year (yoy) menjadi Rp8.599,4 triliun pada Januari 2025. Pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,1 persen (yoy).

"Saya pikir 2025 akan susah, laju pertumbuhan DPK turun. Tapi, untungnya di Januari tiba -tiba pertumbuhan DPK positif, menuju level normal lagi. Jadi ada pembalikan di sana,” ujar Purbaya di agenda yang dihadiri Presiden Prabowo dan jajaran menteri bidang ekonomi.

Baca juga: Analis Proyeksikan Pelemahan IHSG Berlanjut Jangka Pendek

Data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat masih berada di level ekspansif sebesar 52,4 poin pada Maret 2025, meskipun menurun dibandingkan sebelumnya sebesar 53,6 poin pada Februari 2025.

“Artinya, mereka atau para pengusaha para manufacturer melihat ke depan kayaknya melihat demand-nya tinggi, sehingga mereka meningkatkan belanjanya,” ujar Purbaya.

Yang juga menjadi penguat keyakinannya adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada pada level optimis sebesar 126,4 pada Februari 2025, meskipun menurun dibandingkan sebelumnya di level 127,2 pada Januari 2025.

Dan, penjualan kendaraan bermotor tercatat tumbuh, yang mana penjualan mobil tercatat tumbuh mencapai 72.295 unit pada Februari 2025, atau bertambah 10.363 unit dibandingkan bulan sebelumnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar