c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

21 Agustus 2025

12:23 WIB

Pertamina Patra Niaga Sanggupi Penyaluran Bioavtur Dari Minyak Jelantah

Pertamina Patra Niaga menyanggupi penyaluran bahan bakar avtur berbahan baku minyak jelantah yang diproduksi lokal, sebagai upaya mendukung target nol emisi karbon 2060.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Pertamina Patra Niaga Sanggupi Penyaluran Bioavtur Dari Minyak Jelantah</p>
<p>Pertamina Patra Niaga Sanggupi Penyaluran Bioavtur Dari Minyak Jelantah</p>
Acara penerbangan perdana menggunakan bahan bakar Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbahan baku minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). Antara/HO-PT Pertamina Patra Niaga

JAKARTA - PT Pertamina Patra Niaga menyanggupi penyaluran bahan bakar avtur berbahan baku minyak jelantah atau Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang diproduksi di dalam negeri, sebagai upaya mendukung target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra mengatakan, pemerintah mengapresiasi penuh penerbangan perdana menggunakan bahan bakar Pertamina SAF berbahan baku minyak jelantah atau used cooking oil/UCO) yang disalurkan oleh Pertamina.

Info saja, penggunaan SAF dalam penerbangan komersial perdana dilaksanakan dengan pesawat Pelita Air dan rute Jakarta-Bali ini lepas landas pada Rabu (20/8) dari Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten. Hal ini jadi momen bersejarah sekaligus menandai posisi Indonesia dalam inovasi bahan bakar berkelanjutan.

Mars Ega mengatakan, Pertamina Patra Niaga sebagai pengembang amanah pendistribusian BBM di tanah air, memastikan penyaluran Pertamina SAF berjalan lancar.

"Kami memastikan distribusi Pertamina SAF berjalan dengan baik sehingga penerbangan perdana ini dapat terlaksana dengan lancar," katanya melansir Antara, Jakarta, Kamis (21/8).

Baca Juga: Bioavtur Dari Minyak Jelantah Garapan Pertamina Resmi Mengudara

Menurut dia, pihaknya juga berperan dalam penyediaan bahan baku utama SAF, yakni minyak jelantah yang dikumpulkan dari masyarakat.

Upaya ini tidak hanya memperkuat ekosistem energi berkelanjutan, tetapi juga mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk mewujudkan ekonomi sirkular yang mampu meningkatkan nilai tambah.

"Bahan baku SAF berasal dari minyak jelantah yang dikumpulkan masyarakat, mulai dari restoran, rumah tangga, hingga usaha kecil. Dengan cara ini, pengembangan ekosistem Pertamina SAF tidak hanya mendukung transisi energi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat," ujar Mars Ega.

Dalam acara tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menekankan, Pertamina SAF bukan hanya soal aspek teknis, tetapi juga menjadi instrumen strategis dalam geopolitik dan diplomasi energi Indonesia di tingkat global.

"Pertamina Group harus menjadi pelopor. Seharusnya kita sebagai negara yang mampu, yang pertama dan satu-satunya di ASEAN yang membuat SAF sendiri bisa memiliki hak dalam konteks riset, pemasaran, dan kebijakan. Indonesia itu punya aset untuk menjadi pemimpin di kawasan global," ungkap Havas.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Tambah Titik Pengumpulan Minyak Jelantah

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menambahkan, SAF merupakan bagian dari arahan presiden dalam mewujudkan Astacita di bidang ketahanan dan kemandirian energi.

"Ini adalah program Astacita yang harus terus kita laksanakan, yaitu ketahanan energi, dan untuk yang ini tidak hanya ketahanan energinya, tapi juga swasembadanya, jadi kemandiriannya juga semakin kuat. Pertamina SAF telah naik kelas karena memiliki sertifikasi keberlanjutan yang diakui global," tambah Dadan.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Odo RM Manuhutu menyampaikan, pentingnya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekosistem SAF.

Dia juga menyebut, momen penggunaan SAF perdana ini menunjukkan komitmen nyata Indonesia dalam dekarbonisasi sektor aviasi. Indonesia juga berkomitmen penuh menggapai NZE di sektor aviasi pada 2050, salah satunya lewat SAF. 

"Harapannya, nanti Indonesia bukan hanya pengguna, tapi juga pusat inovasi. Tujuannya, menjadikan Indonesia benar-benar pusat, Indonesia harus menjadi nomor satu paling tidak di Asia Tenggara," ucap Odo.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar