19 Juni 2025
20:10 WIB
Pertamina NRE Lirik Peluang Jadi Pemain Utama Di ASEAN Power Grid
Bos Pertamina NRE ingatkan jangan sampai ASEAN Power Grid didominasi oleh negara lain seperti Laos dan Vietnam.
Penulis: Yoseph Krishna
Pengecekan kondisi kelistrikan di Gardu Induk PLTU Jeranjang di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Jumat (27/8/2021). AntaraFoto/Ahmad Subaidi
JAKARTA - CEO PT Pertamina New & Renewable Energy John Anis mengungkapkan pihaknya terus mempersiapkan diri untuk menjadi pemain utama dalam ASEAN Power Grid yang akan terbentuk pada masa yang akan datang.
Salah satu yang dilakukan, ialah menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan energi terbarukan asal Filipina, yakni Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) dalam pengembangan energi bersih di Indonesia dan Filipina.
Dia meyakini, kerja sama dengan CREC dapat menjadi fondasi penting sebelum ASEAN Power Grid benar-benar terealisasi untuk menghilangkan batasan koneksi antarnegara Asia Tenggara.
"ASEAN Power Grid itu idenya seperti di Eropa, nanti tiap negara itu interconnected. Nanti aliran molekul listrik itu sudah tidak ada batasannya dalam tanda kutip," kata John dalam sesi konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/6).
Baca Juga: Jaringan Transmisi Pegang Peran Penting Dalam Rencana ASEAN Power Grid
Terlebih, Indonesia disebut John punya segudang potensi energi baru dan terbarukan. Mulai dari panas bumi, surya, bayu, dan lain sebagainya ia sebut tersimpan di Indonesia yang belum begitu dioptimalkan.
"Termasuk juga hidro, mungkin juga nanti dengan nuklir kalau sudah cukup bisa saja nanti kita ekspor. Ini kan revenue generator untuk negara kita. Mungkin belum dalam 1-2 tahun ke depan, tapi kita jangan sampai ketinggalan," imbuh dia.
Karena itu, kerja sama dan akuisisi 20% saham milik CREC jadi upaya memperkuat fondasi bisnis Pertamina NRE sebelum ASEAN Power Grid tercipta suatu saat nanti.
Meski belum dalam waktu dekat, persiapan ia sebut harus dilakukan sedari dini. Dia mengingatkan agar jangan sampai Indonesia tertinggal dari negara lain dalam pemanfaatan APG.
"Ini adalah salah satu bagian bagaimana kita sebut how to strengthen our muscle," papar John.
Segudang potensi yang dimiliki Indonesia, tegas John, harus dimanfaatkan seoptimal mungkin supaya Nusantara dapat menjadi pemain utama ketika ASEAN Power Grid sudah tercipta di kemudian hari.
"Selama Indonesia punya potensi ke depan yang masih perlu waktu untuk let's say lebih masif, di tempat lain ada development masif, ya kita menggunakan itu sebagai building our muscle," tandasnya.
Baca Juga: Menteri ESDM: ASEAN Power Grid Genjot Pemanfaatan EBT
Lebih lanjut, John menilai kerja sama government-to-government (G2G) antara Indonesia dan Singapura jadi langkah awal yang tepat untuk memulai dominasi di ASEAN Power Grid.
Kerja sama dengan Negeri Merlion, sambung dia, berada dalam jalur yang benar menuju status Indonesia sebagai eksportir listrik di masa yang akan datang.
"Jadi ketika nanti APG benar-benar sudah jalan, kita tidak ketinggalan kereta. Jangan sampai nanti yang masuk situ Laos apa Vietnam yang lebih memanfaatkan itu," pungkas John Anis.