10 September 2025
08:00 WIB
Pertamina Mulai Proyek Pemanfaatan Panas Bumi Untuk Hidrogen Di Lampung
Pemanfaatan panas bumi untuk produksi hidrogen hijau dimulai dari PLTP Ulubelu di Lampung
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Aktivitas di PLTPB Lahendong, sebesar 60 MW dan mampu memenuhi kebutuhan listrik sebesar 60%di provinsi Sulawesi Utara. Antara/Abdul Fatah/am.
JAKARTA - PT Pertamina lewat PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) resmi melakukan groundbreaking pilot plant Green Hydrogen Ulubelu di Lampung. Lewat proyek itu, PGE bakal memanfaatkan energi panas bumi bukan hanya untuk energi listrik, tetapi juga memproduksi hidrogen hijau.
Fasilitas tersebut digadang-gadang menjadi yang pertama di dunia yang mengintegrasikan teknologi Anion Exchange Membrane (AEM) electrolyzer dengan energi panas bumi sebagai sumber listrik bersih.
Tak hanya itu, pabrik hidrogen hijau di Ulubelu juga dirancang sebagai pusat pembelajaran teknologi dan uji kelayakan komersial, termasuk studi permintaan dan kualitas produk green hydrogen pada fase lanjutan.
Baca Juga: Bahlil Siapkan Beleid Pengelolaan Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Langsung
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menegaskan peletakan batu pertama pilot plant Green Hydrogen Ulubelu itu merupakan langkah konkret perseroan untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan energi bersih kelas dunia.
"Pengembangan green hydrogen selaras dengan dual growth strategy Pertamina Group, yaitu dalam hal mengembangkan portofolio bisnis rendah karbon untuk masa depan berkelanjutan," sebutnya lewat keterangan tertulis, Selasa (9/9).
Lewat inisiatif itu, Pertamina mencoba membuktikan teknologi green hydrogen berbasis panas bumi bisa diterapkan secara nyata. Proyek tersebut pun ia katakan menjadi fondasi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen di Indonesia.
"Proyek ini menjadi fondasi regulasi, standar, dan model bisnis hidrogen di Indonesia, serta menjadi ekosistem energi baru yang bisa direplikasi di wilayah lain," ucap Simon.
Pilot plant Green Hydrogen Ulubelu sendiri ditargetkan mulai beroperasi pada 2026 mendatang. Tak tanggung-tanggung, nilai investasi untuk proyek tersebut mencapai sekitar US$3 juta.
"Hidrogen hijau yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk uji pasar, termasuk ke sektor transportasi dan industri," kata Simon.
Senada, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan PLTP Ulubelu menjadi tempat uji teknologi dan pembelajaran untuk kemudian bisa direplikasi di berbagai wilayah lain.
Proyek hidrogen hijau di PLTP Ulubelu, sambung Yuliot, dirancang sebagai laboratorium energi bersih. Dengan begitu, operasional empat unit PLTP Ulubelu dengan total kapasitas 220 Megawatt (MW) tidak akan menambah emisi karbon.
"Saya yakin, pengalaman dan pembelajaran dari proyek ini akan menjadi best practice dan referensi untuk direplikasikan di wilayah lain," tutur dia.
Terpilihnya Ulubelu sebagai pabrik percontohan hidrogen hijau disebut Yuliot bukan tanpa alasan. Infrastruktur panas bumi di kawasan tersebut bisa dibilang sudah mapan, ditambah pasokan listrik bersih yang stabil, ketersediaan cooling tower untuk kondensat, hingga kedekatan dengan jalur distribusi Sumatra-Jawa.
Baca Juga: Bukan Hanya Untuk Listrik, Ini Manfaat Lain Dari Panas Bumi
Keunggulan-keunggulan tersebut membuat PLTP Ulubelu pada akhirnya terpilih untuk menguji integrasi hidrogen hijau ke jaringan energi maupun pasar industri.
Walaupun saat ini biayanya lebih tinggi ketimbang hidrogen berbasis fosil, Wamen Yuliot berharap upaya peningkatan skala produksi dan dukungan kebijakan bisa menurunkan biaya hidrogen hijau supaya lebih kompetitif.
Dia pun menegaskan pemanfaatan panas bumi sebagai energi primer untuk memproduksi hidrogen hijau adalah langkah strategis yang menempatkan Indonesia selangkah lebih dekat dengan tujuan ketahanan energi nasional.
"Green Hydrogen diyakini akan menjadi game changer dalam transisi energi global karena sifatnya yang fleksibel dan dapat menjadi komoditas ekspor di masa depan," tandas Yuliot Tanjung.