c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

19 Mei 2025

11:59 WIB

Peringkat Utang AS Turun, Rupiah Berpotensi Menguat

Pengamat memperkirakan rupiah akan menguat karena penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Moody’s. Penurunan peringkat utang pemerintah AS ini bakal meningkatkan tekanan ekonomi AS. 

Editor: Khairul Kahfi

<p>Peringkat Utang AS Turun, Rupiah Berpotensi Menguat</p>
<p>Peringkat Utang AS Turun, Rupiah Berpotensi Menguat</p>

Uang kertas Rupiah Indonesia, Rp100 ribu. Antara/Shutterstock/pri

JAKARTA - Pengamat pasar uang yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra memperkirakan, nilai tukar (kurs) rupiah akan menguat karena penurunan peringkat utang Amerika Serikat (AS) oleh lembaga pemeringkat Moody’s.

“Berita penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s mendorong pelemahan dolar AS,” katanya melansir Antara, Jakarta, Senin (19/5).

Baca Juga: Rupiah Masih Akan Melemah Efek Negosiasi AS-China

Melansir Xinhua bahwa penurunan peringkat utang pemerintah AS dari Aaa menjadi Aa1 bakal meningkatkan tekanan ekonomi AS yang tengah menghadapi risiko resesi di tengah peningkatan tarif dan ekspektasi inflasi.

Moody’s menjadikan utang pemerintah dan pembayaran bunga AS sebagai alasan penurunan peringkat tersebut. Pemerintah dan Kongres AS dinilai gagal untuk membalikkan tren defisit fiskal tahunan yang besar dan kenaikan biaya bunga.

Potensi penguatan rupiah juga berasal dari ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) karena kondisi ekonomi AS yang melemah, akibat kebijakan tarif AS yang menurunkan konsumsi juga memicu pelemahan dolar AS.

Presiden AS Donald Trump sendiri telah menuntut The Fed agar segera memangkas suku bunga lebih cepat.

"Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diprediksi menguat ke kisaran Rp16.350-16.400 per dolar AS," jelasnya.

Meski punya proyeksi positif, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin (19/5) pagi di Jakarta melemah sebesar 36 poin atau 0,22%, dari sebelumnya Rp16.445 menjadi Rp16.481 per dolar AS.

Bloomberg mendata, per 19 Mei 2025 pukul 11.04 WIB, rupiah terpantau melemah tipis di hadapan dolar AS sebesar 0,09% atau sekitar Rp15 ketimbang sebelumnya. Saat ini rupiah bernilai kisaran Rp16.460 per dolar AS.

Bloomberg memperkirakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini akan bergerak pada kisaran antara Rp16.453-16.491 per dolar AS.

Baca Juga: Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi Lesu Tekan Kurs Rupiah

Sebelumnya, Moody's Ratings (Moody's) telah menurunkan peringkat penerbit jangka panjang dan senior tanpa jaminan Pemerintah AS menjadi Aa1 dari Aaa dan mengubah prospek menjadi stabil dari negatif.

Penurunan satu tingkat pada skala pemeringkatan 21 tingkat Moody's mencerminkan peningkatan selama lebih dari satu dekade dalam utang pemerintah dan rasio pembayaran bunga ke tingkat yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara berdaulat yang memiliki peringkat serupa.

"Pemerintahan dan Kongres AS yang berurutan telah gagal menyepakati langkah-langkah untuk membalikkan tren defisit fiskal tahunan yang besar dan meningkatnya biaya bunga," terang Moody's dalam keterangan resminya, New York, Jumat (16/5). 

Moody's menilai, pihaknya tidak meyakini bahwa pengurangan material selama beberapa tahun dalam pengeluaran wajib dan defisit akan dihasilkan dari proposal fiskal saat ini, yang sedang dipertimbangkan. 

"Selama dekade berikutnya, kami memperkirakan defisit yang lebih besar karena pengeluaran hak meningkat, sementara pendapatan pemerintah secara umum tetap datar," sebutnya. 

Pada gilirannya, defisit fiskal yang besar dan terus-menerus akan mendorong beban utang dan bunga pemerintah AS menjadi lebih tinggi. 

Dengan demikian, Moody's mempertimbangkan kemungkinan kinerja fiskal AS yang akan memburuk dibandingkan dengan masa lalunya sendiri, bahkan dibandingkan dengan negara-negara berperingkat tinggi lainnya.

Prospek yang stabil mencerminkan risiko yang seimbang pada Aa1. AS mempertahankan kekuatan kredit yang luar biasa seperti ukuran, ketahanan, dan dinamisme ekonominya serta peran dolar AS sebagai mata uang cadangan global. 

"Selain itu, meskipun beberapa bulan terakhir ditandai oleh tingkat ketidakpastian kebijakan, kami memperkirakan bahwa AS akan melanjutkan sejarah panjangnya dengan kebijakan moneter yang sangat efektif yang dipimpin oleh Federal Reserve yang independen," urainya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar