08 Agustus 2024
18:39 WIB
Perang Iran-Israel Berpotensi Kerek Harga Minyak Dunia
Memanasnya gejolak Timur Tengah saat ini berpotensi meningkatkan harga minyak global. Situasi terakhir memungkinkan peningkatan eskalasi geopolitik dipicu seteru antara Iran dan Israel.
Penulis: Khairul Kahfi
Ilustrasi pengeboran minyak bumi. Shutterstock/dok
JAKATRA - Head of Industry & Regional Research PermataBank Adjie Harisandi menyampaikan, memanasnya gejolak Timur Tengah saat ini berpotensi meningkatkan harga minyak global. Situasi terakhir memungkinkan peningkatan eskalasi geopolitik dipicu seteru antara Iran dan Israel.
Apalagi, produksi minyak mentah Iran di 2023 berkisar 4 juta barel atau hampir sekitar 4-5% dari produksi minyak mentah global. Adapun produksi minyak mentah negara yang tergabung dalam negara OPEC hampir mencapai lebih dari 30% produksi minyak global.
“Memang eskalasi dari geopolitik (Timur Tengah) ini cukup signifikan terhadap pergerakan harga minyak dunia… Kalau kita lihat situasi terakhir yang akan memungkinkan meningkatkan eskalasinya itu antara Iran dan Israel,” katanya dalam PIER Economic Review Mid-Year 2024, Jakarta, Kamis (8/8).
Hanya saja, dia belum bisa memberikan besaran kenaikan harga minyak dunia akibat gejolak Timur Tengah karena akan sangat tergantung seberapa besar eskalasi yang terjadi dan seberapa banyak negara yang terlibat. Jika seluruh negara OPEC terlibat, harga minyak mentah dunia akan melonjak tajam.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Melemah Dipicu Kekhawatiran Resesi
Secara historis, Perang Teluk 1990-1991 berhasil memicu peningkatan hanya minyak dunia saat itu hingga mencapai 81%.
Perang yang terjadi selama enam bulan ini juga berhasil mengerek naik harga minyak mentah dunia hampir dua kali lipat, dari kisaran US$19,36 per barel menjadi US$37 per barel.
“Ini mungkin bisa menjadi indikasi seberapa besar pengaruhnya eskalasi dari geopolitik (Timur Tengah) ini terhadap peningkatan harga minyak (dunia),” sebutnya.
PermataBank memproyeksi, harga minyak dunia di akhir tahun ini bisa mencapai US$80,3 per barel di 2024 dan US$84,1 per barel di 2025. Sebagai perbandingan, harga minyak dunia mengalami penurunan selama 2022-2023, dari US$80,90 per barel menjadi US$77,9 per barel.
Mengutip Business Time, ketegangan di Timur Tengah terus memicu kekhawatiran pasokan minyak dunia. Timur Tengah disinyalir bersiap menghadapi kemungkinan gelombang serangan baru oleh Iran dan sekutunya menyusul pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah pekan lalu.
Kondisi tersebut juga akan meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik di Gaza berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Tipis Didorong Ketegangan Timur Tengah
Militan Houthi yang bersekutu dengan Iran juga menargetkan sebuah kapal kontainer di Laut Merah dan dua kapal perusak AS di Teluk Aden yang berdekatan. Serangan terhadap kapal-kapal yang melewati wilayah tersebut telah memaksa kapal tanker pembawa minyak untuk memilih rute alternatif yang lebih panjang.
“Setiap peningkatan konflik di Timur Tengah dapat menimbulkan risiko lebih besar berupa terganggunya pasokan dari kawasan tersebut,” kata analis ANZ Daniel Hynes, Kamis (8/8).
Pada Rabu (7/8), harga minyak mentah dunia naik lebih dari 2% atau mengalami kebangkitan dari posisi terendah beberapa bulan terakhir.
Kenaikan itu terjadi setelah data menunjukkan penarikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari yang diharapkan, bahkan ketika kekhawatiran tentang lemahnya permintaan minyak di Tiongkok tetap ada.
Harga minyak mentah Brent ditutup naik US$1,85 atau 2,42%, menjadi sekitar US$78,33 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$2,03 atau 2,77%, menjadi sekitar US$75,23 per barel.
Stok minyak mentah AS turun dalam pekan keenam berturut-turut, turun 3,7 juta barel menjadi 429,3 juta barel pekan lalu. Data pemerintah menunjukkan, lebih dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 700.000 barel.