c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

08 Oktober 2024

20:51 WIB

Peningkatan BI Rate Kuartal II/2024 Buat Permintaan KPR Dan KPA Turun 8%

Pinhome menyebutkan, peningkatan suku bunga pada kuartal kedua tahun ini membuat penurunan dalam permintaan KPR dan KPA sebesar 8%.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

<p id="isPasted">Peningkatan BI Rate Kuartal II/2024 Buat Permintaan KPR Dan KPA Turun 8%</p>
<p id="isPasted">Peningkatan BI Rate Kuartal II/2024 Buat Permintaan KPR Dan KPA Turun 8%</p>

Ilustrasi. Rumah siap huni yang dipasarkan sebuah pengembang perumahan di dekat kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/6/2021). Antara Foto/Muhammad Iqbal.

JAKARTA - Pinhome, perusahaan startup di bidang pembelian dan sewa properti di Indonesia menyebutkan, peningkatan suku bunga pada kuartal kedua tahun ini membuat penurunan dalam permintaan KPR dan KPA sebesar 8%.

"Kenaikan biaya pinjaman menjadi salah satu faktor utama yang menghambat daya beli masyarakat yang berdampak pada keputusan mereka dalam mengakses produk KPR dan KPA," kata CEO Pinhome, Dara Ayu dalam konferensi pers, Selasa (8/10).

Hal ini rupanya juga membuat penurunan median plafon permintaan pembiayaan rumah sebesar 3% yang menunjukkan sikap lebih konservatif dari konsumen dalam mengambil jumlah pinjaman yang besar.

"Konsumen cenderung memilih rumah yang lebih terjangkau atau mengumpulkan uang muka (DP) yang lebih besar sebelum mengajukan KPR atau KPA sebagai respon terhadap ketidakpastian ekonomi dan kebijakan perbankan yang lebih ketat," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, pada kuartal kedua tahun 2024, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

"Kenaikan suku bunga ini berdampak langsung pada sektor pembiayaan," ujarnya.

Baca Juga: Punya Potensi Besar, Pinhome Akan Jajaki Digitalisasi Properti Di IKN

Selain itu, dalam riset Pinhome bersama Yougov tentang fenomena kepemilikan rumah bagi sandwich generation menyatakan bahwa generasi ini cenderung menggunakan KPR dan KPA. 

Sebanyak 26% dari pengguna KPR memilih tenor 1-5 tahun, diikuti 25% memilih tenor 6-10 tahun dan 23% memilih tenor 11-15 tahun.

"Data ini menunjukkan preferensi mereka terhadap pembayaran cicilan yang lebih cepat selesai yang mencerminkan kehati-hatian dalam mengelola beban utang di tengah tuntutan keuangan yang beragam," jelas Dara.

Lebih lanjut, dalam dinamika pasar ini permintaan KPR take over mendominasi (60%) total pembiayaan pembelian properti, ini mencerminkan keinginan konsumen untuk mencari kondisi pembiayaan yang lebih dan menguntungkan terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti.

Lonjakan Preferensi Hunian Menengah ke Bawah
Pada kuartal kedua tahun 2024, Dara mengatakan pasar properti Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik, terutama dalam segmen rumah residensial.

"Data terbaru mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan signifikan sebesar 8% dalam pembelian rumah menengah ke bawah dibandingkan kuartal pertama tahun ini," ucapnya.

Sebaliknya, segmen rumah mewah yang mencakup properti dengan harga di atas Rp3 miliar mengalami penurunan drastis hingga 26%. 

Baca Juga: Generasi Sandwich Jadi Alasan Utama Belum Miliki Hunian Sendiri

Untuk pasar di Jabodetabek sendiri, dia menjelaskan bahwa mayoritas pembelian rumah di segmen ini terkonsentrasi di Kabupaten Bogor dan kota Bogor yang mencatatkan 56% dari total pembelian.

Dara menilai hal ini mengindikasikan bahwa area Bogor semakin menjadi pilihan utama bagi konsumen yang mencari hunian terjangkau di kawasan sub urban Jabodetabek.

Sebaliknya Jakarta hanya menyumbang 2% dari total pembelian rumah di segmen harga ini. Rendahnya presentasi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pembeli di ibukota di mana harga properti yang tinggi dan keterbatasan lahan membuat segmen menengah ke bawah semakin sulit untuk mendapatkan rumah yang sesuai dengan anggaran mereka.

"Sebagai akibatnya banyak calon pembeli rumah di Jakarta memilih untuk mencari hunian di daerah sub urban seperti Bogor yang menawarkan kombinasi antara keterjangkauan dan kualitas hidup yang lebih baik," imbuhnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar