c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

14 Januari 2025

17:02 WIB

Pembiayaan Industri Otomotif Seret, OJK: Sektor Perumahan Akan Moncer

OJK memperkirakan, penyaluran pembiayaan di sektor perumahan pada 2025 akan jadi peluang besar. Program 3 juta rumah dapat mengatasi pembiayaan otomotif perusahaan multifinance yang seret.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Pembiayaan Industri Otomotif Seret, OJK: Sektor Perumahan Akan Moncer</p>
<p id="isPasted">Pembiayaan Industri Otomotif Seret, OJK: Sektor Perumahan Akan Moncer</p>

Foto udara deretan rumah yang masih dalam tahap pembangunan perumahan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (3/10/2024). Antara Foto/Andry Denisah

JAKARTA - Di tengah penyaluran pembiayaan otomotif perusahaan multifinance yang seret, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan, penyaluran pembiayaan di sektor perumahan pada 2025 akan jadi peluang besar.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengatakan, optimisme penyaluran pembiayaan ini berkat program 3 juta rumah yang digalakkan oleh pemerintah.

“Dapat kami sampaikan bahwa perusahaan pembiayaan memiliki peluang atau potensi yang besar dalam berpartisipasi dalam program 3 juta rumah ini,” katanya dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa (14/1).

Menurutnya, dalam POJK 46/2024 tentang pengembangan dan penguatan perusahaan pembiayaan, perusahaan pembiayaan infrastruktur dan perusahaan modal ventura, telah membuka berbagai jenis skema pembiayaan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam pembiayaan ke sektor perumahan.

“Antara lain, pembiayaan untuk pembelian rumah, ruko, apartemen dan rukan, baik yang baru maupun yang bekas, kemudian pembiayaan modal kerja untuk developer perumahan dan toko bangunan, serta pembiayaan alat berat untuk pembangunan perumahan,” ucapnya.

Baca Juga: OJK: Pembiayaan Kendaraan Listrik Multifinance November 2024 Turun Jadi Rp16,69 T

Spesifik, Agusman memperkirakan, pembiayaan alat berat akan terdampak positif dengan adanya program pembangunan 3 juta rumah.

“Kebutuhan alat berat sangat diperlukan seperti untuk pengelolaan lahan, pembangunan infrastruktur mendukung dan konstruksi,” jelasnya.

Dengan demikian, OJK optimistis potensi penyaluran pembiayaan di sektor perumahan akan cukup besar sesuai dengan pengaturan yang disebutkan.

Keberadaan program pembangunan 3 juta rumah juga, Agusman melanjutkan, akan memberikan peluang yang besar kepada industri pembiayaan yang selama ini lebih fokus pada pembiayaan sektor otomotif. 

“Jadi sekarang ada alternatif baru (sektor pembiayaan) yang juga jauh lebih sangat potensial,” ucapnya.

Sebagai informasi, catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) terdapat penurunan penjualan mobil sepanjang Januari-November 2024 sebesar 14,7% (yoy) menjadi 784.788 unit. Angka ini turun dibanding periode sama tahun sebelumnya yang menyentuh angka 920.518 unit.

Selain itu, penjualan retail mobil selama Januari-November 2024 juga turun sebesar 11,2% (yoy) menjadi 806.721 unit. Jumlah ini lebih kecil ketimbang periode sama di 2023 yang sejumlah 908.473 unit.

OJK dalam laporan sebelumya menyebutkan, outstanding pembiayaan kendaraan bermotor per November 2024 tercatat sebesar Rp347,87 triliun. Dari total tersebut, sebesar 68,28% adalah pembiayaan kepada kendaraan bermotor baru dengan nilai sebesar Rp237,52 triliun.

Keterbatasan Modal dan Masalah Likuiditas
Di samping itu, Agusman juga menjelaskan cara mengatasi tantangan keketerbatasan modal. Menurutnya, perusahaan pembiayaan didorong untuk meningkatkan sinergi dan kerja sama, antara lain dengan PT SMF dan BP Tapera dalam rangka penyediaan sumber dana murah jangka panjang.

“Ini untuk mendukung penyaluran pembiayaan kesektor perumahan oleh perusahaan pembiayaan,” ucapnya. 

Baca Juga: OJK Beberkan Dukungan Untuk Program 3 Juta Hunian

Agusman menyampaikan, hingga saat ini setidaknya terdapat 14 perusahaan pembiayaan yang mendapatkan dukungan dari PT SMF dengan nilai nominal sebesar Rp3,17 triliun. 

Meski begitu, Agusman mengakui, perusahaan pembiayaan akan menghadapi persoalan likuiditas yang bakal menantang. Pasalnya, memberikan pembiayaan perumahan memerlukan pendanaan yang stabil dalam jangka panjang.

“Oleh karena itu, kami mengharapkan perusahaan pembiayaan perlu melakukan pengelolaan risiko likuditas ini dengan cukup dan baik,” sarannya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar