c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

15 April 2025

20:53 WIB

Peluang Baru Hilirisasi Batu Bara Ke Hidrogen, Bisakah Gantikan DME?

Pemerintah mulai terbuka untuk menerima hilirisasi batu bara menjadi produk selain DME, seperti hidrogen.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Peluang Baru Hilirisasi Batu Bara Ke Hidrogen, Bisakah Gantikan DME?</p>
<p id="isPasted">Peluang Baru Hilirisasi Batu Bara Ke Hidrogen, Bisakah Gantikan DME?</p>

Aktivitas bongkar muat batu bara di pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (20/2/2024). Sumber: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mulai terbuka dengan opsi hilirisasi batu bara menjadi produk selain Dimethyl Ether (DME).

Kali ini, Eks-Ketua Umum HIPMI tersebut membuka peluang hilirisasi batu bara menjadi hidrogen. Dalam gelaran Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition 2025, Bahlil turut mengundang investor agar mau melakukan hilirisasi batu bara menjadi hidrogen di Indonesia.

Dirinya menyebut, Indonesia berstatus sebagai negara yang memiliki cadangan batu bara nomor enam terbesar di dunia, sehingga investor yang ingin menanamkan modalnya pada hilirisasi coal to hydrogen tak perlu khawatir kehabisan bahan baku.

"Bagi teman-teman investor, apa yang harus dilakukan? Tidak perlu ragu, kita mempunyai (batu bara) nomor enam di dunia," tegas Bahlil di Jakarta Convention Center, Selasa (15/4).

Selepas memberi sambutan di acara tersebut, Bahlil kepada awak media mengakui hidrogen menjadi salah satu produk alternatif untuk agenda hilirisasi batu bara selain menjadi DME, gas, hingga metanol.

Tapi sayangnya, dia tak secara gamblang menjelaskan hilirisasi coal to hydrogen bakal menjadi pilihan pemerintah setelah proyek gasifikasi batu bara menjadi DME 'jalan di tempat' semenjak mundurnya Air Products dari kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk beberapa tahun lalu.

Menurut Bahlil, yang terpenting ialah pemerintah bakal memberi fasilitas penuh pada investor yang akan menjalankan agenda hilirisasi batu bara, baik untuk memproduksi DME maupun hidrogen dan produk lainnya.

"Jadi silakan teman-teman investor yang membangun industri, mau pilih produk apa, pasti pemerintah akan fasilitasi. Jadi tidak terbatas hanya pada DME, semuanya yang mereka mau apa, kita kasih," tambah dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi XII DPR Bambang Patijaya menjelaskan hilirisasi batu bara menjadi hidrogen harus berjalan beriringan dengan gasifikasi coal to DME.

Terlebih, saat ini teknologi dan biaya yang diperlukan untuk memproduksi hidrogen dari batu bara masih belum diketahui secara pasti.

"Saya pikir ini dua hal yang berjalan masing-masing. Tidak bisa kita bilang kita off ini (DME), kita on yang ini (hidrogen). Kita juga belum tahu teknologi dan cost dalam memproduksi hidrogen dari batu bara itu berapa, jadi belum bisa berandai-andai," jabar Bambang.

Berkaca dari mandeknya proyek gasifikasi batu bara menjadi DME, Bambang menilai kala itu teknologinya masih terlalu mahal. Apalagi 2-3 tahun lalu, harga batu bara sedang tinggi-tingginya ketika pemerintah ingin menjalankan proyek gasifikasi.

"Prinsip segala hal itu menurut saya silakan berkembang, dia dengan caranya masing-masing. Yang penting mana yang kira-kira paling efisien, mana yang cost-nya paling rendah, tetapi menguntungkan, ini tentu akan berkembang secara alamiah," kata dia.

Berjalan Bersama
Komisi XII DPR pun mendukung penuh agenda hilirisasi batu bara menjadi produk apapun yang lebih bernilai tambah dan bisa menghilangkan stigma kotornya batu bara di dunia internasional.

Dukungan terhadap segala bentuk hilirisasi batu bara semakin kuat diberikan Politisi dari Partai Golkar itu ketika Amerika Serikat menyatakan mundur dari Perjanjian Paris. Artinya, Negeri Paman Sam kini sudah kembali memanfaatkan energi fosil dan tidak begitu fokus pada agenda transisi energi seperti sebelumnya.

"Saya bilang oke, pertama Komisi XII mendukung pemerintah tetap kepada pencapaian net zero emission, tetapi kita mulai fleksibel. Sehingga potensi-potensi yang ada di dalam pemanfaatan misalkan batu bara, itu tidak akan kita hilangkan. Jadi saya pikir ini tidak ada masalah, semakin banyak teknis-teknis di dalam pengembangan hilirisasi untuk batu bara, kita sambut baik," tandas Bambang Patijaya.

Sementara itu, Menteri Bahlil menegaskan hilirisasi batu bara dijalankan untuk memperbaiki persepsi buruk terhadap komoditas tersebut. Pemerintah, sambungnya, ingin menciptakan produk energi baru dan terbarukan (EBT) dari batu bara yang menjadi 'musuh' bagi agenda transisi energi.

"Menyangkut dengan regulasi seperti apa, ini kan barang baru. Jadi, kita akan melakukan diskusi lebih mendalam untuk bagaimana bisa merespon investor yang masuk melakukan investasi di hidrogen," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar