12 Agustus 2025
12:50 WIB
Pelaku UMKM Dibekali Literasi Keuangan Oleh Kemenkeu
Literasi keuangan dinilai membuat pelaku UMKM lebih siap menghadapi pasar yang semakin terbuka.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Ilustrasi UMKM. UMKM Imanuella Craft berhasil ekspor produk kerajinan patung bebek yang terbuat dari limbah akar bam bu ke Jerman. Sumber: LPEI/Imanuella Craft
JAKARTA - Kementerian Keuangan bersama Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan CPA Australia menyelenggarakan lokakarya bagi 30 pelaku UMKM di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Para pelaku UMKM ini saling berbagi cerita usaha, bertanya, dan mencoba memahami hal yang selama ini kerap mereka lewatkan, apalagi kalau bukan soal keuangan yang terkelola dengan benar.
Kepala Subdirektorat Program dan Manajemen Pengetahuan Direktorat Stabilitas Sistem Keuangan dan Sinkronisasi Kebijakan Sektor Keuangan Kementerian Keuangan, Risyaf Fahreza mengatakan lokakarya seperti ini bagian dari prioritas nasional memperkuat daya saing UMKM.
Pemerintah paham bahwa produk yang bagus dan strategi pemasaran yang kreatif saja belum cukup, tapi memerlukan pengelolaan keuangan yang sehat karena merupakan kunci agar usaha bisa bertahan menghadapi badai.
“Kolaborasi lintas pihak menjadi jembatan untuk menciptakan transformasi ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan,” kata Risyaf dilansir Antara pada Selasa (12/8).
Pada kesempatan itu, Direktorat Stabilitas Sistem Keuangan dan Sinkronisasi Kebijakan Sektor Keuangan yang memaparkan beragam opsi pembiayaan.
Bagi banyak pelaku usaha kecil, ini bukan sekadar daftar pinjaman, tetapi pengetahuan untuk menimbang mana yang aman dan mana yang berisiko.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit UMKM Melambat, OJK: Perlu Prinsip Kehati-Hatian
Sebab sampai sejauh ini banyak UMKM yang mengakses modal tapi sekadar berani meminjam semata. Belum sampai pada pengetahuan tentang mana yang aman, mana yang berisiko, dan bagaimana mengelolanya agar tak menjadi beban di kemudian hari.
Sementara Kepala Regional CPA Australia untuk Asia Tenggara, Priya Terumalay mengatakan kolaborasi ini selaras dengan upaya memperkuat kapasitas finansial di kawasan. Menurut dia, pelaku UMKM Indonesia memiliki potensi besar jika dibekali panduan yang tepat.
Potensi besar UMKM ini tecermin pada survei tahunan usaha kecil Asia-Pasifik oleh CPA Australia, yang menunjukkan bahwa 2024 menjadi tahun dengan prospek pertumbuhan terbaik dalam lima tahun terakhir.
Sebanyak 83% pelaku usaha kecil di Indonesia melaporkan pertumbuhan positif, sebagian besar digerakkan oleh generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Potensi itu ibarat bara yang sudah menyala, yang diperlukan adalah cara menjaga nyalanya.
Mampu Bersaing
Di samping itu, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi, Nanin Oktaviantie menilai pemahaman keuangan akan membuat pelaku usaha lebih siap menghadapi pasar yang semakin terbuka. Sehingga, kata dia, pelaku usaha berani melangkah keluar dari zona nyaman.
“Hasil dari pelatihan semacam ini memang jarang langsung terlihat dalam bentuk lonjakan omzet atau pembukaan cabang baru. Tapi benih yang ditanam berupa kepercayaan diri, kesadaran mengelola arus kas, dan keberanian mencoba jalur pembiayaan yang tepat akan tumbuh seiring waktu,” jelas dia.
Untuk itu, Nanin berharap langkah seperti ini tidak hanya berhenti pada satu lokasi atau satu kali kegiatan saja. Akan tetapi, kata dia, literasi keuangan untuk UMKM seharusnya menjadi upaya berkelanjutan.
Setiap daerah bisa memiliki program pendampingan rutin, di mana pelaku usaha belajar dari pengalaman satu sama lain, memanfaatkan teknologi untuk mengakses materi pembelajaran daring, dan memperoleh informasi pembiayaan yang terbaru.
Baca Juga: BI: Menyedihkan, Kredit UMKM Maret 2025 Hanya Tumbuh 1,95%
Literasi keuangan memberi mereka bekal bukan hanya untuk bertahan, tetapi untuk berkembang dan bersaing. Bila gerakan ini terus meluas, negeri ini bisa membayangkan masa depan di mana UMKM Indonesia tidak hanya menjadi penopang ekonomi nasional, tetapi juga pemain yang diperhitungkan di pasar dunia.
Dalam rangka merayakan Hari UMKM Nasional pada 12 Agustus 2025, pelatihan di Banyuwangi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan ekonomi Indonesia ada di tangan mereka yang bekerja tanpa banyak sorotan, membangun usaha dari nol, menjaga pelanggan, dan bertahan meski situasi sulit.
Sebagai informasi, berdasarkan kajian Ernst and Young (EY) Indonesia, kebutuhan pendanaan untuk UMKM pada 2026 mendatang tercatat sebesar Rp4.300 triliun. Namun, jumlah yang sudah terakomodasi baru mencapi kurang dari setengah atau 44,18%, yakni sebesar Rp1.900 triliun. Dengan demikian, masih terdapat kesenjangan pembiayaan sebesar Rp2.400 triliun.
Hingga Mei 2025, kredit perbankan secara keseluruhan tercatat tumbuh 8,43% year on year (yoy) menjadi Rp7.997,63 triliun. Dari kategori debitur, kredit UMKM pada periode tersebut hanya tumbuh sebesar 2,17% yoy, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM.