c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

18 April 2024

14:05 WIB

Pefindo Ungkap Prospek Penerbitan Surat Utang Korporasi Tahun Ini

Pefindo menyebut ada beberapa faktor pendorong yang mempengaruhi prospek penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2024. Apa saja?

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Pefindo Ungkap Prospek Penerbitan Surat Utang Korporasi Tahun Ini</p>
<p id="isPasted">Pefindo Ungkap Prospek Penerbitan Surat Utang Korporasi Tahun Ini</p>

Ilustrasi bond atau obligasi. Shutterstock/ilikeyellow

JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi bahwa prospek penerbitan surat utang (obligasi) korporasi pada tahun ini masih terbilang bagus.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, ada beberapa faktor pendorong (push factor) yang memengaruhi prospek penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2024.

"Pertama, aktivitas sektor riil terjaga. Dorongan dari aktivitas kampanye menjelang pemilu serentak sepanjang tahun, di mana pada Februari ada pemilu nasional dan November ada pemilu daerah serentak, membuat permintaan tetap kuat dan stabil," kata Suhindarto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/4).

Kedua, lanjut dia, kondisi wait and see yang perlahan cenderung menurun pasca selesainya Pemilu Nasional 2024. Ketiga, adaptasi strategi bagi korporasi untuk mengahadapi kondisi suku bunga yang higher for longer. Terlihat dari semakin maraknya penerbitan dengan tenor pendek.

Keempat, kebutuhan refinancing tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023, di mana jatuh tempo surat utang tahun 2024 sebesar Rp150,5 triliun dibandingkan pada tahun 2023 sebesar Rp126,9 triliun.

Kelima, fasilitas pembiayaan dari perbankan cenderung memiliki tenor pendek, dengan bunga pinjaman yang relatif lebih mahal. Hal ini mendorong permintaan akan sumber pembiayaan alternatif, salah satunya melalui penerbitan surat utang.

Baca Juga: Ekonom: Pasca Pemilu, Pasar Alihkan Perhatian Ke Obligasi

Keenam, terdapat prospek penurunan suku bunga acuan pada semester II/2024, meningkatkan ekspektasi akan biaya penerbitan yang lebih murah.

Kendati demikian, menurut Suhindarto, terdapat pula faktor penarik (pull factor) yang memengaruhi prospek penerbitan surat utang korporasi pada tahun ini.

"Pertama, lingkungan suku bunga tinggi yang masih dijaga hingga awal semester II/2024. Kedua, eksklasi risiko geopolitik yang bertahan tinggi, meningkatkan ketidakpastian dan membuat yield bertahan tinggi," ujarnya.

Ketiga, terdapat potensi pelemahan konsumsi dan meningkatnya cost of fund jika suku bunga bertahan tinggi lebih lama daripada perkiraan jika suku bunga baru diturunkan pada akhir tahun.

Keempat, premi risiko meningkat karena leverage naik akibat bunga lebih tinggi, meningkatkan spread yield obligasi korporasi. Kelima atau yang terakhir, potensi keluar arus modal, mendorong penyerapan penerbitan lebih rendah.

Penerbitan 2024
Secara keseluruhan, Pefindo mencatat total penerbitan surat utang korporasi secara keseluruhan pada Januari hingga Maret 2024 atau pada kuartal I/2023 mencapai Rp26,4 triliun.

Penerbitan obligasi korporasi dan sukuk tercatat sebesar Rp25,1 triliun, turun dibandingkan Rp27,5 triliun periode yang sama tahun sebelumnya.

"Memang ada penurunan yang terjadi karena ada beberapa perusahaan yang menunda penerbitannya yang tadinya direncanakan pada kuartal I/2024 ini menjadi bergeser ke awal April. Karena, kemarin di bulan Maret ada banyak libur dan tanggal merah sehingga penerbitannya bergeser ke bulan selanjutnya," jelas dia. 

Baca Juga: Mengenal Green Bond

Kemudian, penerbitan MTN periode Januari hingga Maret 2024 juga menunjukkan peningkatan, yaitu mencapai Rp700 miliar dibandingkan Rp300 miliar periode yang sama tahun sebelumnya.

Penerbitan efek utang lainnya, yaitu perpetual dan SBK turut menunjukkan tren peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2023, tidak ada penerbitan, sedangkan pada 2024 telah mencapai Rp545,2 miliar.

Sementara untuk Sekuritisasi hingga Maret 2024, belum ada penerbitan. Padahal, pada 2023, mencapai Rp924,3 miliar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar