c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

24 Oktober 2024

17:11 WIB

Pefindo: Per September 2024, Penerbitan Obligasi Korporasi Nasional Rp94,9 T

Adapun, penerbitan obligasi korporasi dan sukuk tercatat senilai Rp93,4 triliun, atau meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp89,3 triliun.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Pefindo: Per September 2024, Penerbitan Obligasi Korporasi Nasional Rp94,9 T</p>
<p>Pefindo: Per September 2024, Penerbitan Obligasi Korporasi Nasional Rp94,9 T</p>

Ilustrasi. Dok Bank Indonesia

JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melaporkan, penerbitan surat utang (obligasi) korporasi secara nasional mencapai senilai Rp94,9 triliun sepanjang Januari-September 2024. Adapun, penerbitan obligasi korporasi dan sukuk tercatat senilai Rp93,4 triliun, atau meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp89,3 triliun.

“Total penerbitan surat utang korporasi secara keseluruhan atau nasional itu sekitar Rp94,9 triliun, dengan outstanding per posisi September adalah di sekitar Rp474 triliun untuk total surat utang korporasi yang outstanding,” ujar Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 1 Pefindo Martin Pandiangan melansir Antara, Jakarta, Kamis (24/10).

Adapun, lanjutnya, penerbitan obligasi jangka menengah (MTN) menurun menjadi senilai Rp1,0 triliun pada periode Januari-September 2024, dibandingkan pada periode sama tahun sebelumnya senilai Rp1,7 triliun.

Kemudian, untuk penerbitan efek utang lainnya yaitu perpetual dan Surat Berharga Komersial (SBK) menurun menjadi senilai Rp500 miliar pada periode Januari-September 2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp800 miliar.

Sementara itu, untuk sekuritisasi periode Januari-September 2024 belum ada penerbitan, berbanding periode sama tahun sebelumnya yang terdapat penerbitan senilai Rp924,3 miliar.

Baca Juga: Suku Bunga Turun, Mandiri Sekuritas: Saham-Obligasi Kian Menarik

Martin menjelaskan, Pefindo melakukan pemeringkatan terhadap 85,6% surat utang korporasi nasional yang diterbitkan selama periode Januari-September 2024.

“Penerbitan suatu utang korporasi yang diperingkat oleh Pefindo total sebesar Rp81,3 triliun untuk periode Januari-September 2024, di mana masih didominasi oleh obligasi korporasi dan diikuti oleh suatu utang jenis lainnya yaitu sukuk dan lain-lainnya,” ujar Martin.

Adapun, tujuan penggunaan dana penerbitan surat utang korporasi sebagian besar adalah untuk modal kerja sebesar 65,4% dan refinancing sebesar 24,5%.

Proyeksi Penerbitan Obligasi Korporasi 2024 
Pada kesempatan sama, Pefindo juga merevisi proyeksi penerbitan surat utang (obligasi) korporasi yaitu berada di rentang Rp123,07-143,79 triliun, dengan titik tengah sekitar Rp132 triliun pada akhir tahun 2024.

Revisi tersebut didasarkan atas beberapa hal, di antaranya pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang akhirnya tidak terjadi pada awal semester II/2024 lalu.

“Di dalam negeri, kemarin Bank Indonesia (BI) masih menaikkan suku bunga acuan kembali di bulan April 2024. Jadi, akhirnya suku bunganya lebih tinggi dari perkiraan awal kami, yang kemudian membuat penerbitan (obligasi) juga masih tertahan di sembilan bulan pertama ini,” ujar ekonom Pefindo Suhindarto.

Dia merinci, sudah ada penerbitan surat utang korporasi sekitar Rp90 triliun per September 2024, di mana pada Oktober 2024 diproyeksikan akan ada penerbitan senilai Rp21,5 triliun.

“Kemudian, untuk mungkin dua bulan terakhir yaitu November dan Desember totalnya ada sekitar Rp15 triliun. Mungkin untuk yang di tahun ini sendiri, titik tengah kami akan tercapai di sekitar Rp130 triliun,” sebutnya.

Selain sentimen suku bunga acuan, ia mengakui, penerbitan obligasi 2024 juga masih dalam kondisi agak rumit seiring kemunculan instrumen lain yang menyubstitusi, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Baca Juga: Belum Usai, Asing Masih Jual Instrumen Investasi RI Rp1,09 T Pekan Ini

Kehadiran instrumen tersebut membuat persaingan dalam penggalangan dana dari pemerintah meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Seperti diketahui, BI cukup agresif menerbitkan SRBI untuk menstabilkan nilai tukar di tahun ini. Menurut Suhindarto, upaya ini secara tidak langsung membuat investor lebih cenderung untuk menginvestasikan dananya ke SRBI.

“Mengingat SRBI sendiri, instrumennya sifatnya risk-free, dan kalau dilihat di perbandingan suku bunga dengan kuponnya, suku bunga atau kuponnya itu masih lebih tinggi juga dibandingkan dengan SUN (Surat Utang Negara),” ungkapnya.

Untuk 2025, Suhindarto memperkirakan, perkembangan kondisi tidak akan jauh berbeda, di mana nilai surat utang korporasi yang akan jatuh tempo akan sedikit lebih besar dibandingkan tahun ini.

“Mungkin, perbandingannya kalau di tahun ini (jatuh tempo) Rp150,5 triliun, di tahun depan bisa ini per data September kemarin sudah di Rp150 triliunan. Tapi, mungkin per akhir tahun ini bisa ada di sekitar Rp155 triliun. Artinya, jatuh temponya memang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2024 ini,” terangnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar