04 Januari 2025
08:16 WIB
Pastikan Kelangsungan Usaha Sritex, Menperin Akan Lakukan Pendekatan Dengan Kurator
Hanya pihak kurator yang bisa mengeluarkan pernyataan kelangsungan usaha (going concern) dalam menangani masalah pailit pabrik tekstil PT Sritex.
Penulis: Aurora K M Simanjuntak
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Teng ah, Kamis (24/10/2024). AntaraFoto/Mohammad Ayudha
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita berencana melakukan pendekatan dan berdiskusi dengan pihak kurator yang bertugas menangani pailit PT Sri Rejeki Isman Textile (Sritex) Tbk.
Agus berharap ada pernyataan going concern dari kurator, agar pabrik Sritex tetap beroperasi dan mempertahankan para pekerjanya. Ia meminta kurator untuk mementingkan dua hal ini.
"Jadi kantor kami akan melakukan pendekatan dengan kurator, agar kita sama-sama lah mengedepankan kepentingan nasional kita," ujarnya kepada awak media di Kantor Kemenperin, Jakarta, Jumat (3/1).
Agus menjelaskan, hanya pihak kurator dan pengawas yang bisa memutuskan going concern atau tidak. Itu sebabnya, ia ingin bertemu langsung supaya kedua pihak memiliki pandangan yang sama dalam menangani pailit Sritex.
Menurutnya, pertemuan tersebut penting untuk dilaksanakan. Dengan bertemu langsung, pihak Kemenperin bisa menyampaikan tujuan secara terarah dan lugas.
"Yang kita inginkan adalah going concern, bahwa tetap produksi, tenaga kerja bisa kita selamatkan, dan yang bisa memutuskan going concern atau tidak, kurator dan tim pengawas," terang Menperin.
Baca Juga: 10.000 Buruh Sritex Bakal Demo Di Jakarta Pada 14-15 Januari
Untuk diketahui, PT Sritex telah dinyatakan pailit oleh PN Niaga Semarang pada Senin (21/10/2024). Setelah itu, Sritex pun mengajukan kasasi atas putusan tersebut, tapi ditolak Mahkamah Agung (MA).
Agus berpandangan, masalah soal Sritex ini lebih pelik dari kelihatannya. Ia mengakui, pemerintah pun menghadapi kesulitan karena putusan pengadilan dan penolakan kasasi tersebut.
"Menurut pandangan saya, isu Sritex ini jauh lebih complicated dari apa yang ada di permukaan," ucapnya.
Menperin pun menegaskan, hal yang perlu menjadi prioritas saat ini adalah operasional pabrik tekstil di Jawa Tengah tersebut, serta kelangsungan pekerjaan para karyawannya.
Dia juga menilai, produk-produk besutan Sritex kualitasnya cukup bagus, dan laris di pasar ekspor. Apabila berhenti produksi, dia khawatir pasar domestik dan negara tujuan ekspor akan diisi oleh produsen dari negara lain.
Apabila itu terjadi, sambung Agus, maka produsen lokal Indonesia akan merugi. Dia menambahkan, sekalinya produsen kehilangan market, akan lebih sulit lagi untuk mendapatkan kepercayaan atau trust konsumen.
"Jadi kami minta kepada kurator, by the way saya sudah minta untuk bertemu kurator, tapi sekarang waktunya lagi diatur," ucap Menperin.
Pada kesempatan terpisah, Koordinator Serikat Pekerja Sritex Group Slamet Kaswanto mengatakan, pekerja Sritex akan menuntut keberlangsungan kerja dan kelangsungan usaha pabrik tekstil di Jawa Tengah tersebut.
Baca Juga: Menilik Lini Bisnis Sritex
Dia menyebut, sedikitnya ada 10.000 pekerja PT Sritex yang akan melakukan unjuk rasa ke Jakarta. Rencananya, aksi tersebut digelar pada 14-15 Januari 2025.
"Tuntutan aksi adalah kelangsungan kerja karyawan dan otomatis kelangsungan usaha perusahaan," ujarnya kepada Validnews, Jumat (3/1).
Slamet menyampaikan, ada 9 lokasi di Jakarta yang akan menjadi titik aksi unjuk rasa. Itu meliputi, Istana Presiden, DPR RI, Mahkamah Agung, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kemudian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Kementerian BUMN.
"Sesuai hasil rapat koordinasi hari ini terkait rencana aksi buruh Sritex ke Jakarta, akan kami laksanakan pada 14-15 Januari 2025, estimasi massa 10.000, estimasi armada 200 bis," jelas Slamet. Lebih lanjut, dia juga membeberkan, sudah ada 3.500 orang yang dirumahkan karena tidak lagi bisa bekerja. Salah satu penyebabnya, bahan baku sudah habis, sehingga mereka tidak ada yang dikerjakan lebih lanjut.